Kaila dalam mode lugu sejak kejadian tadi pagi, seharusnya yang tersipu adalah Orion. Tapi Bossnya satu itu justru malah tersenyum simpul mendengar ucapan Kaila tadi pagi.
'Kan jadi gue yang deg-degan.
"Bang," panggil Kaila pada Farhan, tapi yang menoleh bukan cuman Farhan. Venus dan Siera ikut menoleh kepadanya. "Ini kok jantung gue dari tadi deg-degan terus yaa, udah kayak abis minum paracetamol lima."
"Terus?" Farhan menahan tawanya, sementara Venus menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Jangan-jangan lo kena penyakit jantung," ucap Siera penuh semangat. Siera perlu diapresiasi sebagai teman terbaik karena bahagia dengan temannya yang jantungan.
"Masa sih?" Kaila menekan tangannya di atas dada di mana detak jantungnya masih berdebar.
"Iya lo salah minum obat kali," Farhan meyakinkan. "Lo tadi pagi sarapan aspirin ya?"
"Horror amat, sarapan aspirin." Kesal Kaila, tangannya sudah bersiap akan melempar pulpen pada Farhan. Tapi berhenti melihat pintu ruangan Orion terbuka.
Semua akhirnya kembali pada posisi duduknya masing-masing.
"Kai," Orion melangkah mendekati Kaila, "Tolong retract transaksi dengan TCC terkait penggunaan jasa selama dua tahun ke belakang."
Kerjaan satu belam kelar udah ditambahin kerjaan lain, Bos mah bebas sih. Kaila mengangguk, memang apa yang bisa dilakukannya selain menggangguk setuju.
"Kapan?" Orion menaikan sebelah alisnya membuat dahi Kaila mengerut tak mengerti.
"Apa?"
"Kapan kamu bisa selesain ini?" lanjut Orion.
"Belum lihat sebanyak apa transaksinya," Kaila menyelipkan rambutnya ke telinga. Mungkin karena ini rambut sebahu yang baru ia potong karenanya rambut centil itu belum terbiasa dengan lehernya. Kalila masih menimang, Ia kalau janji dengan Orion harus tepat waktu, salah ambil perkiraan Kalia bisa shock sendiri karena nanti diteror Orion. "Saya pikir dulu."
"Terus kapan saya bisa tanya hasil pemikiran kamu?"
"Pemikiran yang mana?" tanya Kaila bingung.
"Kamu bilang mau mikir dulu buat nyelesain itu, jadi saya kapan bisa tanya hasil pemikiran kamu?"tanya Orion dengan tegas, lugas dan tanpa tergagu sedikitpun.
"15 menit," jawab Kaila, ia langsung membuka SAP lalu mengecek transaksi dengan TCC. Sebulan bisa ada lima sampai sepuluh transaksi, tapi yang dibutuhkan Kaila hanya transaksi mengenai penggunaan Jasa.
Orion meninggalkan meja Kaila, belum genap lima belas menit ia sudah berdiri di samping Kaila. Nyaris membuat Kaila menjerit karena pertanyaan Orion tiba-tiba.
"Jadi, kapan?" tanya Orion. Gila, Kaila udah ngerasa kayak diteror kapan nikah sama orang tua.
"Saya nggak bisa pastiin, karena kerjaan saya kan nggak cuman ini aja. Kadang ada hal-hal nggak terduga yang Bapak minta," keluh Kaila. Mungkin jika ia hanya fokus pada satu kerjaan yang diminta Orion mungkin bisa selesai dalam waktu tiga hari, tapi Kaila tidak hanya mengerjakan satu hal.
"Kapan?" ulang Orion dengan intonasi yang lugas.
Kaila menghela napas, "Apa konsekuensinya kalau saya telat dari waktu yang saya janjikan?"
"Nggak ada, kapan saya pernah ngasih konsekuensi sama kamu? Kamu telat juga saya nggak marah."
"Memang kapan saya pernah telat mengerjakan deadline dari Bapak?" Sabarkanlah hati ini, Kaila harus banyak-banyak piknik biar nggak gila menghadapi Orion. "Coba? Saya selalu berusaha sesuai deadline."
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRAMISU
ChickLitUmur kamu berapa? Sudah punya pacar? Kapan nikah? Temen kamu udah punya anak lho, nggak ada niat nyusul? Kerja terus kapan ke pelaminannya? Kaila merasa pertanyaan seperti itu lebih mengerikan dibanding nonton film horror sekalipun, semua orang terl...