XVII

172K 22.6K 880
                                    

Kaila harus merelakan jumat malamnya kembali mengerjakan report bersama Orion. Setelah acara makan malam merayakan ulang tahun Venus, Kaila harus rela diseret untuk kedua kalinya oleh Orion ke kantor.

"Tau gitu saya nggak usah bawa tas tadi, kan jadinya berat." keluh Kaila dengan tas ransel yang berisikan laptop.

"Yang nyuruh kamu bawa tas siapa memang?"

"Ya nggak ada, saya pikirkan mau pulang. Makanya bawa tas, tahunya balik lagi ke kantor." Kaila merengut tak suka saat Orion berhenti di depannya, mengambil alih tas ransel Kaila.

"Apa lagi?" tanya Orion saat Kaila masih diam di tempat tak beranjak.

"Nggak sekalian saya juga digendong, Pak?"

"Saya tuh heran sama kamu," Orion menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Bisanya godain saya, giliran saya godain balik kamu kelimpungan."

Orion mendekat satu langkah, menahan Kaila yang masih membatu di tempat. "Jangan bilang kamu berniat membuat gosip yang beredar tentang hubungan kita menjadi kenyataan?"

Kaila terbatuk, dengan sangat keras. Bahkan tak bisa menahan degup jantungnya yang bertalu terlalu cepat karena sikap Orion.

Tanpa peduli telah membuat Kaila terkena serangan jantung, Orion justru melangkah tenang penuh kemenangan. "Masih nunggu saya gendong? Atau mau saya dorong pake trolley barang?"

Kaila bergegas menyusul langkah Orion, "Bapak kalau ngomong bisa nggak agak beneran?"

"Lho, bukannya kamu yang suka ngomong ceplas ceplos nggak peduli sama orang yang dengernya?"

"Kapan?" tantang Kaila.

Orion berdecak nyaris menatap jengah pada Kaila.

"Banyak banget, contoh sederhananya yang baru tadi kamu ucapkan ke saya." Orion kembali menarik napas sebelum menirukan gaya bicara Kaila, "Nggak sekalian saya juga digendong, Pak? Kamu ini jadi perempuam tolong dikendalikan ucapannya, untung saya lelaki baik-baik yang masih berpikir lima kali dengan tingkah ajaib kamu. Coba kalau mengatakan itu semua pada pria yang nggak punya pikiran, saya yakin kamu bakalan digendong ke kamar. Kamu harus tahu konsekuensinya saat mengatakan sesuatu, jangan membahayakan diri sendiri."

Kaila berdehem pelan melihat ekspresi Orion yang begitu serius menanggapi ucapannya.

"Karena saya tahu Bapak berpikiran sehat, saya berani mengatakan itu." Kaila menunduk menatap kedua sepatunya. "Saya bersikap seperti itu dengan seseorang yang mampu membuat saya nyaman, saya nggak pernah asal bicara dengan sembarangan pria kok."

"Jadi, secara nggak langsung kamu mau bilang. Kalau kamu nyaman dengan saya?" Orion kembali menahan langkahnya, menatap serius pada Kaila yang tengah menunduk.

Mampus gue, kan keceplosan.

"Pak, mending kita buruan ke kantor. Takut tambah lama ngerjain SPT nya." Kaila menarik lengan Orion, mengalihkan pembicaraan dibanding ia harus menjawab pertanyaan Orion.

Sebenarnya Kaila juga tidak tahu kenapa ia dan Orion bisa begitu dekat dibanding dengan Staf lain. Orion lebih sering berkeluh kesah kepadanya ketika mendapat tekanan dari Bu Sandra atau manajemen.

Biasanya Orion akan bercerita tentang beban yang ditanggungnya saat hanya berdua dengan Kaila, seperti lembur sekarang ini.

Orion harus menyelesaikan laporan OJK tiga perusahaan sekaligus, belum lagi pertanggungjawaban atas operasion keuangan perusahaan.

"Kenapa bapak nggak minta bantuan?" tanya Kaila, sebenarnya Orion bisa mengerjakan semua itu jika ia tidak diberi tanggungjawab atau billing invoice penjualan. Memastikan penjualan sesuai dengan barang yang keluar, dan tak lupa memastikan harga pokok penjualan yang ditetapkan sudah benar tak akan membuat perusahaan rugi karena salah memperhitungkan berbagai aspek.

TIRAMISUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang