VI

185K 20.9K 1.1K
                                    

Kaila menutup mulutnya rapat setelah sadar dengan apa yang telah ia ucapkan, kalau di depannya adalah bos yang dingin dan cuek mungkin responnya akan biasa saja atau nyaris bisa Kaila tebak.

Ini Orion, yang otaknya kadang sama konsletnya dengan Kaila.

"Saya ikhlas kok kamu khilaf."

Dengan wajah polosnya Orion membuat mulut Kaila terbuka membentuk huruf O, "Bapak mulai demam kayaknya."

"Asal semua biaya pernikahan kamu yang nanggung."

"Enak aja...," Kaila membulatkan matanya tak percaya, ternyata Orion adalah satu dari sekian spesies cowok matre. "Lagian siapa juga yang mau nikah sama Bapak."

"Kamu yang ngajakin khilaf tadi," sindir Orion dengan ekspresi lugunya. "Saya mana punya modal diajakin nikah mendadak."

"Aduh Pak, udah ahh ngelanturnya." Kaila jadi gemas sendiri melihat air muka Orion yang justru terlihat tenang. "Saya enggak mau jadi bawahan yang ngelunjak, debat kusir tiada akhir sama Bapak."

"Terus kamu mau pulang?"

"Iya, memangnya mau apalagi?"

"Barangkali mau cari jodoh di pinggir jalan."

Mashaa Allah, dikira gue jajanan pinggir jalan.

"Mau, tapi nggak nyari di pinggir jalan." Kaila mau nyari di tempat sekelas Dragonfly yang sebenarnya Kaila tak ketahui tempat itu, tapi tempo hari teman sejawatnya mengajak Kaila untuk hangout ke Dragonfly, "Saya biasa main di Dragonfly, minimal saya bisa dapet jodoh CEO lah."

"Yang umurnya 50 tahun ke atas, perutnya buncit, rambutnya udah mulai menipis belum lagi kalau diajak kissing tiga puluh detik aja napasnya udah ngos-ngosan." Orion mencibir Kaila yang kini tengah merengut, "Yah kalau kamu bahagia dapet pria lansia, saya nanti bantu cari. Barangkali temen ayah saya ada yang duda."

"Jelas saya nanti bahagia," jawab Kaila tak mau kalah, "Mending sama lansia yang lebih berpengalaman."

Ya Allah, hamba hanya bergurau. Hamba masih ingin memiliki suami kayak Baekhyun, bukan kayak Kim Jong Un.

"Bantu saya ngerjain Data yang diminta Audit," ucap Orion, tanpa peduli dengan apa yang tadi Kaila ucapkan.

Sementara Kaila? Jangan ditanya, sumpah serapah sudah ingin ia lontarkan pada Orion. Tapi urung saat Orion menatap tajam dirinya, "Saya kirim email data yang mereka minta."

Kaila menghela napas, Audit ini menyiksaku.

Dengan pasrah Kaila kembali menyalakan laptopnya, tadi kenapa Orion bilang Kaila boleh pulang. Mungkin tadi kepalanya terbentur tembok sampai amnesia begitu.

"What the....?" Kaila ingin mencakar Orion sekarang, setelah membuka outlook miliknya Kaila menemukan email yang di forward dari tim audit. Yang mengejutkannya adalah pihak audit meminta data diserahkan lusa bukan besok. Kenapa Orion tak bisa menunda?

"Kenapa? radiasi kuping saya denger kamu teriak," ucap Orion santai duduk di samping Kaila membawa laptop miliknya tentu saja, Orion terlihat menikmati tempat yang biasanya diduduki Siera. "Baru dikasih kerjaan segitu udah ngeluh."

"Pak," ucap Kaila dengan wajah melasnya, "Ini kan mereka minta paling telat lusa, bisa dong saya kerjain besok."

Oh ayolah. Di ruangan finance sudah tidak orang, terlebih jajaran Kaila bagian reporting yang sudah kosong sejak pukul lima. Jangan tanyakan kenapa Kaila tak mengikuti Venus dan Siera pulang on time, karena pekerjaannya tak mengikhlaskan dirinya.

"Sekarang," Orion menatap lurus pada Laptopnya yang menampilkan barisan angka dalam excel, "Dari pada kamu keluyuran cari CEO nggak jelas mending kamu kerjain ini."

TIRAMISUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang