Aloha

450K 28.2K 1.5K
                                    

Tahu kenapa kita masih bertahan dalam satu pekerjaan yang terkadang selalu memberi tekanan berlebih yang bisa saja membuat tensi darah naik seketika, itu semua karena kita tahu bahwa hidup tidak pernah semudah apa yang kita bayangkan.

Kaila, satu dari banyak karyawan yang merasa bahwa terkadang hidup ini tidak semenyenangkan kisah disney.

"Kenapa lo?" tanya Venus saat Kaila baru saja keluar dari ruangan bosnya, "Muka ditekuk gitu kayak abis dapet hadiah."

Kaila mencibir Venus, rasanya ia ingin menggulingkan Venus saja sekarang. "Niat gue pindah kerjaan dari konsultan itu yah pengen rasain kerjaan yang lebih santai, eh tahunya similikiti. Kerjaan gue di sini lebih banyak dari kerjaan sebelumnya."

"Terus?" Venus menaikan sebelah alisnya, ia tahu Kaila baru menginjak bulan ketiganya bergabung menjadi timnya. "Lo merasa menyesal udah join di perusahaan ini?"

Kaila diam, sepertinya Venus bukan orang yang asyik diajak bercerita soal keluhannya di perusahaan ini. Kaila lupa jika Venus sudah cukup lama bekerja di perusahaan ini. "Nggak, gue cuma ngerasa agak capek."

Satu-satunya laki-laki di timnya adalah Farhan, empat rekannya semua berjenis kelamin perempuan. Saat pertama kali interview Kaila sempat diberitahukan job desknya apa saja, namun kenyataannya sekarang job desknya tak sesuai dengan apa yang dijelaskan saat interview.

Kenapa lebih memilih bekerja di company? Kaila merasa ia harus mencari yang lebih baik. Mencari lingkungan yang lebih baik dan tentu saja perusahaan yang lebih baik juga, sekarang ia bekerja di sebuah perusahaan developer.

Dering telpon di meja Fahran berbunyi, Kaila mengabaikannya karena itu bukan telponnya yang berbunyi. Belum sempat Kaila membalas kembali ucapan Venus, Fahran menyebut namanya.

"Kai! Lo disuruh ke ruang Pak Orion."

Kan, Kaila menghela napas rendah. Belum genap lima belas menit ia keluar dari ruangan Orion si Onion itu, ia sudah harus kembali ke dalam ruangan menyeramkan itu.

Kalau waktu kuliah ruangan paling horror adalah ruangan dosen pembimbing, kini bagi Kaila ruangan paling horror adalah ruang kerja Orion.

"Jangan lupa bawa laptopnya, Kai." seloroh Fahran dengan cengiran menyebalkan, "Sebelum dieksekusi lagi, baca doa dulu."

"ALLAAHUMMA LAKASUMTU WABIKA AAMANTU WA'ALAA RIZQIKA AFTHORTU BIROHMATIKA YAA ARHAMAR ROOHIMIIN. AMIIN." Kaila dengan wajah polosnya menampilkan senyumnya. "Puas lo Mas."

Venus tertawa ringan melihat ekspresi Kaila, "Semoga ibu Kaila dilindungi dari ganasnya closing bulan ini."

Kenyataannya, Kaila membaca Ayat Kursi dalam hati sebelum benar-benar masuk ke dalam ruangan Orion. Kaila sudah memantapkan hati jika harus dimarahi lagi ia akan dengan senang hati membalas Orion kali ini.

"Duduk Kai," Orion menunjuk kursi di depannya yang sering kali dijuluki kursi panas oleh tim reporting. "Saya mau bahas perihal ganti rugi yang kita dapat dari pihak asuransi."

"Maksud bapak ganti rugi karena runtuhnya gedung kantor cabang Bandung?" Kaila mencoba mengingat claim asuransi yang seharusnya bisa cair sebelum akhir tahun kemarin, tapi sampai sekarang masih belum cair.

"Iya."

"Kalau bapak tanya kapan pencairannya lebih baik bapak tanya langsung pada tim AP, karena saya tidak berhubungan langsung dengan vendor. Dan...,"

"Saya belum selesai jelasin sama kamu apa salahnya tapi kamu sudah main jawab aja, kebiasaan."

Nahkan, salah satu hal yang membuat Kaila sering kesal karena Orion tidak pernah mau dibantah atau disanggah. Pria itu akan mencari seribu alasan apapun itu yang terpenting mampu membuat Kaila kesal setengah hati.

"Terus?" tanya Kaila santai dengan sisa-sisa kesabarannya.

"Kenapa claim ganti rugi itu dimasukan kedalam account other income, kamu tahu kan arti dari account other income?" dengan nada sarkasnya Orion bertanya pada Kaila, "Dan ini transaksi sejak empat bulan lalu, belum ada kejelasan."

"Kalau masuk other income itu artinya adalah pendapatan untuk kita yang nantinya akan ada unsur pajak di dalamnya, sementara claim asuransi nantinya kita gunakan untuk menutup kerugian atas bangunan yang runtuh itu, kita sama sekali tidak membukukan keuntungannya," jelas Kaila. Dan sebenarnya ini bukan salahnya jika mau ditilik kembali ke belakang, karena transaksi ini terjadi sebelum Kaila bergabung.

"Itu kamu tahu, kenapa masih membiarkannya. Buat jurnal reclass!" Orion menaikan sebelah matanya, membuat Kaila menelan ludah pelan.

"Okay." Kaila baru saja akan mengangkat bokongnya dari kursi yang mampu membuat tensi darahnya naik tapi Orion membuat niatnya urung.

"Kamu mau kemana? memangnya saya sudah mengijinkan kamu keluar?"

Demi sempaknya Chanyeol, kalau bukan boss gue udah gue gantung di menara tokyo nih.

"Adalagi, Pak?" tanya Kaila pura-pura luga, karena sebenarnya ia sudah kesal sampai ke ujung kaki.

"Untuk support data audit kamu sudah selesaikan?"

"Eng...," kalau Kaila bilang belum pasti kena ceramah. "Baru setengahnya, masih progress."

"Coba saya lihat, saya mau memastikan data sales yang kita laporkan sama dengan tim pajak."

Gue belum ngerjain sama sekali, duh gusti nu agung.

"Nanti saya kirim by mail aja pak," kilah Kaila, setidaknya ia harus selamat dulu dari ancaman mulut Orion yang bisa membuat telinga perih.

"Sekarang! Itu laptop kamu dan send ke saya. Kita bahas di sini kendalanya apa saja." kali ini pasti habis sudah Kaila.

"Eng...," Kaila memasang wajah melasnya berharap Orion akan sedikit tersentuh nantinya. "Kemarin saya reclass jurnal Pak, jadi belum sempat."

"Kai?" Orion sedikit menggeram membuat Kaila menunduk, " Kamu tahu bulan ini bulan-bulan hectic untuk Finance Accounting 'kan? Audit Report harus selesai sebelum bulan maret berakhir."

"Saya tahu Pak," Kaila mengaitkan jari jemarinya. "Saya sedang mencoba meretrack Aging Piutang kita, dan soal DGT-1 kita harus segera minta ke Vendor luar Pak."

Kapan gue taken kalau tiap hari ngurusin duit Invisible.

"Saya tunggu email kamu besok siang," ucap Orion, akhirnya Kaila mampu menghela napas lega untuk saat ini, tidak tahu besok. "Minta bantuan Siera kalau kamu merasa berat mengerjakan Equalisasi PPh."

"Siera mana mau diminta bantuin kerjain Equalisasi, kalau disuruh bantu pilih lipstick dia baru mau."

"Kamu bisa atur kerjaan kamu yang mana yang bisa dibantu oleh dia."

"Kalau saya minta bantuin dia buat cari jodoh boleh nggak ya?"

Sebelum Kaila benar-benar sadar dengan apa yang diucapkannya Orion sudah menatap tajam dirinya.

TBC

Ora's note :

Ciyeeee gue malah buat ceritanya Kaila.

Jadi gini, di kantor gue pada tau kalau gue ini penulis termasuk Boss gue yang super.... yah superlah. You knowlah, baik-buruknya boss sebenernya dia baik cuman kadang kita ngeyel, yahh pokoknya baik walau kadang ngeselin 😂
Terus karena mereka tau gue nulis dia suka nanya cerita yang gue tulis itu nyata atau nggak?
Nah gue mau klarifikasi buat cerita ini ke depannya sungguh bukan kisah nyata, bukan kisah nyata!! meski sebenernya ada sentilan-sentilan dari kejadian kehidupan sehari-hari.

Siapa yang suka cerita Accounting lebih dikupas, maybe gue akan kasih kalian beberapa pengetahuan yang gue punya. Meski ini cerita konyol Kaila, tapi akan ada pengetahuan yang gue selipin di sini.

Soooooo Get ready bayyy... 😀

TIRAMISUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang