Adolescence 🔓 Lee Jeno

tujuh belas

Jeno keliatan mainin helm nya sambil sesekali ngaca. Iya, orang ganteng mah bebas.

"Udah lama?" tanya Dara yang baru keluar dari tempat les.

Penampilannya sih biasa, celana training, kaos pendek, rambut diiket keatas plus kacamatanya.

"Hm, udah 10 menit yang lalu sih."

"Maaf ya, tadi ada beberapa soal yang harus ditanyain secara privat."

"Gapapa, yuk berangkat!"

Jeno keliatan ngasihin helm emaknya yang warna girly banget ke Dara.

Jeno ngulurin tangannya buat bantu Dara naik ke motornya yang bisa dibilang lumayan tinggi buat seukuran Dara.

"Gas pak Jeno!"

Dara nepuk pundaknya Jeno semangat.

"Pegangan, awas jatuh."

Secara reflek Dara naro tangannya di pundak Jeno. Jeno yang udah siap ngegas motor langsung nengok.

"Muka gue mirip ama tukang ojol apa gimana Dar?"

"11 12 lah sa—JENOOO!!"

🏃🏃

"Kenapa tiba-tiba mau ganti softlens?" tanya Jeno pas mereka masuk ke toko optik.

"Hm.. Apa ya? Cari suasana baru mungkin."

"Yakin?"

"Kenapa emangnya?"

"Gue takut ada yang buat lu tertekan dan terpaksa ubah penampilan."

Jeno ngedikin bahunya sambil liat jejeran softlens.

"Tenang, ga ada yang bisa mempengaruhi Min Dara."

Dara nepuk-nepuk dadanya bangga. Jeno cuma senyum aja.

"Bagus deh."

Jeno cuma ngikutin Dara mulu dari tadi. Sesekali ikut dengerin mba-mba spg yang lagi jelasin.

"Wah, yang biru sama coklat cerah bagus." kata Dara

"Kalo buat lu, yang coklat cerah lebih bagus."

"Oh ya?" tanya Dara semangat.

"Bener kata pacarnya mba. Cocok sama  karakter mukanya mba."

"Kita ga pacaran mba!"

"Belum sih lebih tepatnya."

"Ha?"

Dara keliatan ngeliatin Jeno bingung

"Jadi? Mau yang mana?"

Lagi-lagi Jeno cuma bisa ngalihin pembicaraan.

"Saya ambil yang coklat cerah satu ya mba."

Kayanya Dara emang pinter ngubah raut wajahnya, yang tadinya bingung jadi sumringah kaya anak kecil yang baru dibeliin es krim sama ibu nya.

"Berapa mba?"

"300 ribu mba."

Pas Dara mau ngeluarin dompetnya, Jeno langsung aja ngeluarin kartu atm nya. Biasa, anak orang kaya.