-Siapa dia?-

444 20 2
                                    

Kamu hadir di waktu yang tepat, saat rasa mulai kembali tidak melekat. Kamu hadir membawa luka, saat diri mulai kembali percaya. Kamu hadir memberi harap, saat hati mulai terlelap. Kamu hadir memperbaiki rasa ragu, saat senyum sudah mulai layu.

**************

Malam hari ini, gue pergi ke salah satu minimarket yang tidak jauh dari rumah guna membeli beberapa kebutuhan rumah. Sebenarnya ini tugasnya Om Edy, tapi ia berhalangan dengan alasan memiliki kerjaan yang tidak bisa ditinggal hari ini. Setelah membeli kebutuhan rumah, gue berjalan pulang. Langkah kaki gue terhenti ketika gue melihat seorang pria dan cewek di sebrang jalan yang sepertinya sedang bertengkar hebat.

"BODOH!!!" Bentak seorang laki-laki, berpostur tegak, dengan rambut pendek berwarna hitam pekat, serta brewok yang mulai tumbuh di bagian dagunya, lalu berpakaian jaket hitam dan celana jeans hitam dengan sedikit robek di bagian lutut dan paha.

"Aku cuman mau kamu tanggung jawab." balas seorang cewek berambut pendek memakai kaos berwarna pink serta rok pendek di atas lutut.

"Kamu gila?! Kamu pasti selingkuh di belakang aku. Makanya kamu bisa jadi kaya gini"

"Aku habisin hari-hari aku sama kamu. Enggak mungkin ada yang lain"

"Tadi kamu bilang apa ? tanggung jawab? Aku aja enggak pernah ngerasa aku ngelakuin kesalahan."

"Jadi selama ini aku cuman alat pemuas nafsu kamu aja?! Laki-laki enggak tahu malu!" Teriak cewek tersebut sembari memukul bagian kiri kepala laki-laki tersebut dengan tas yang ia gandeng.

Laki-laki tersebut nggak jatuh. Ia merasakan sakit dan langsung memegang bagian kiri kepalanya. Matanya mengerinyit, merapatkan gigi seakan menahan amarah.

"Aku bakal laporin hal ini ke polisi!" Lanjut cewek tersebut. "Aku harap kamu siap untuk tanggung jawab atas perbuatan kamu!"

Laki-laki tersebut mencoba membuka matanya. Ia melihat ke arah dimana cewek tersebut berjalan membelakanginya, ia melihat jauh ke arah tujuan cewek tersebut berjalan.

Sebuah terminal angkot, sepertinya cewek tersebut ingin pergi ke suatu tempat. Laki-laki itu berusaha berjalan pelan mengikuti cewek tersebut.

"Hai, pelacur!" panggil laki-laki tersebut.

Lalu cewek tersebut memalingkan wajahnya dan....

Jleb....

Muncratan darah keluar dari bagian kanan kepala cewek tersebut hingga badannya terbanting ke arah kiri membentur sebuah tembok besar bercorat-corat yang dikerjakan kelompok jalanan memakai pilok. Wajah dari laki-laki tersebut penuh dengan darah cewek keluar dari kepala cewek tersebut. Pakaian yang ia kenakanpun sama. Ia mencoba melepas kayu yang ia gunakan untuk memukul cewek tersebut.

Ketika ia mencoba melepas kayu tersebut, ia merasakan kesulitan. Beberapa menit kemudian ia tersadar bahwa ia memukul cewek tersebut dengan kayu penuh paku. Kayu itu pun ia lepaskan. Ia menengok ke arah kanan dan kiri guna memastikan nggak ada orang yang menyaksikan perbuatannya. Tidak ada orang. Jalanan benar-benar terlihat sepi malam ini, bahkan suara tusukan dia saja enggak terdengar ke telinga para pengunjung mini market. Wajar saja, jarak dia dan mini market berkisar 10 meter.

Gue yang melihat kejadian tersebut sontak saja dengan cepat langsung mencari tempat persembunyian di comberan dekat salah satu rumah. Suara gonggongan anjing dari dalam rumah tersebut, memaksa gue harus keluar dari tempat persembunyian. Gue fikir bersembunyi di sini adalah langkah yang tepat. Ternyata salah. Gue mencoba mengusir anjing itu dengan melemparinya batu. Namun hal itu sia-sia.

Laki-laki tersebut menengok ke arah suara anjing tersebut. Ia melirikkan matanya mencari tahu. Ketika mengetahui keberadaan gue. Mata gue dan matanya beradu seakan ingin berperang saling mengikat.

Don't say Why!! -Selesai-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang