Don't say Why!! -Selesai-

Untuk Putri#19

Di sini saya berjuang melawan rindu, membunuh sedikit demi sedikit rasa ego, melepas terbang rasa harap, mengunci ruang hati rapat-rapat, membiarkannya kosong untuk waktu yang lama, menjadikannya sarang laba-laba atau sejenisnya, meski sesekali memberikannya nafas untuk bahagia, namun sendiri terasa lebih bahagia ketimbang memasuki dengan orang yang tidak tepat.

Hari ini saya mendapat kabar baru, kabar bahwa kamu menemani dia sebelum dia pergi karena tugas di tempat nan jauh disana. Kamu terlihat manis tatkala mengucapkan kata-kata perpisahan, memeluknya penuh harap agar tidak ditinggalkan, membasahi bajunya dengan air mata ketulusan, kamu bilang padanya "Jangan lupa bawa cerita, aku tidak sabar mendengarnya."

Bahagia bercampur iri adalah apa yang saya rasakan saat ini, bahagia karena kamu benar-benar bahagia saat ini, bahagia karena kamu berhasil menemukan sosok pria hebat yang menjadi payungmu di siang hari dan selimutmu di malam hari, bahagia karena kamu membiarkan air matamu jatuh padanya, bahagia karena keseriusanmu padanya.

Dan iri......

Apa perlu saya sebutkan? Saya rasa tidak. Karena itu malam membuat saya terlihat tidak rela.

Biarkan saja iri itu membuka kulit saya dan memasuki daging saya, meminum darah saya dan mematikan saya. Toh, mati dan hiduppun sama saja bagi saya saat ini.

Oh ya, satu lagi, kamu terlihat manis dengan kacamata yang kamu pakai saat ini, meski itu membuatmu sedikit dewasa, namun saya rasa itu pantas dengan pengetahuanmu saat ini.

Jangan lupa pakai payung atau semacamnya, Yogyakarta sepertinya sedang panas saat ini. Percayalah, bukan saya yang meminta matahari membakarnya, saya tidak mungkin tega membiarkanmu kepanasan.

Mungkin matahari ada di pihak saya, ia meminta saya mengusap keringat yang mengalir dari keningmu, menciptakan adegan romantis bak film-film yang diangkat di layar lebar. Tapi, saya tidak menganggap itu semu serius, karena keberadaanmu dalam hidup saya saja hanya sebuah adegan "bercanda" Tuhan.