Untuk Putri #10

95 4 0
                                    

Hai, Putri. 

Lagi-lagi aku kembali. 

Maaf telah menuliskan ini semua tanpa izinmu, aku sengaja, karena aku tahu jika aku meminta izin padamu, kamu akan berfikir dua kali atau bahkan tiga kali atau bahkan berpuluh-puluh kali untuk menyetujui tulisan ini. Sungguh, rasa menunggu adalah hal yang berat untuk-ku, aku bukan seperti Dilan yang terasa berat karena menunggu Milea, aku juga bukan orang yang berani seperti Nathan, aku juga bukan orang yang penuh dengan kata-kata sastra seperti  Kakek Sapardi, maestro sastra favorit-ku, aku juga tidak kaya seperti Atta halilintar, aku juga tidak pintar seperti Iqbaal, aku juga tidak manis seperti  Ka Ntasa, penulis favorit-ku, aku juga tidak romantis seperti Bung Fiersa Besari, musisi favorit-ku, badanku juga tidak se-bidang Noah Centineo, sikapku juga tidak se-cool Cole Sprouse, suaraku tidak seindah Afgan, aku juga tidak terlalu faham photography seperti Alpha dan masih banyak lagi kekurangan yang aku miliki jika kamu membandingkan diriku dengan orang lain. 

Aku hanyalah aku, remaja yang sedang menulis cerita tentang-mu namun bukan bersama-mu.

Aku hanyalah aku, remaja penuh mimpi yang sedang berusaha mewujudkannya menjadi realiti.

Aku hanyalah aku, remaja yang berdiri jauh dari tempatmu berdiri. 

Aku hanyalah aku, remaja yang hanya bisa melihatmu lewat instastory instagram-mu atau teman-mu. 

Aku hanyalah aku, remaja yang berubah menjadi bayang-bayang semu yang tidak pernah kamu temu.

Aku hanyalah aku, remaja dengan sedikit harapan yang sedang berusaha mempertahankan. 

Aku hanyalah aku, remaja yang tidak tahu caranya mengungkapkan apa yang mereka sebut cinta. 

Aku hanyalah aku, remaja yang berusaha memberimu bukti, bukan sekedar janji yang selalu menenggelamkanmu dalam halusinasi.

Aku hanyalah aku, remaja yang tidak terlahir pintar namun berusaha untuk pintar.

Aku hanyalah aku, remaja yang siap menjadi telinga-mu, bukan mulut-mu.

Aku hanyalah aku, remaja penuh kesalahan namun enggan kalah dari kegagalan.

Aku hanyalah aku, remaja yang mereka sebut gila karena menunggumu untuk waktu yang lama.

Aku hanyalah aku, remaja yang pemikirannya sulit dimengerti dan diakui.

Aku hanyalah aku, remaja yang tengah menghapus perkataan buruk mereka tentangku dari fikiranmu.

Aku hanyalah aku, remaja yang selalu berusaha mengucapkan selamat pagi dan malam untuk-mu.

Aku hanyalah aku, remaja yang selalu jatuh namun menolak untuk rapuh.

Aku hanyalah aku, remaja yang akan mencintaimu dengan sederhana meski harus seringkali terluka. 

Aku hanyalah aku, remaja bodoh yang mencoba untuk menjadi pintar.

Aku hanyalah aku, remaja yang berusaha membahagiakanmu.

Last but not least, jika kamu membaca tulisan ini, percayalah aku tidak mengada-ngada perasaan ini, aku tidak menciptakan perasaan palsu yang menyakitkan ini, aku benar-benar menunggu hari dimana kamu mengerti.

Sampai bertemu di tulisan berikutnya.....


Don't say Why!! -Selesai-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang