-Ternyata-

668 19 2
                                    

Aku adalah tempat dimana kamu mengeluh
Aku adalah tempat dimana kamu berteduh
Aku adalah tempat dimana kamu bercerita
Aku adalah tempat dimana kamu menaruh luka

Aku adalah manusia bodoh dengan sejuta harap
Dengan mudahnya kamu membawaku terbang dan melepaskanku tanpa sayap
Hingga aku jatuh
Kepercayaan ini sudah tak lagi utuh

***********

Setelah pertemuan gue, Rendi dan Kak Laras kemarin. Gue dan Kak Laras sering berhubungan lewat handphone setelah Rendi memberikan nomor gue pada kak Laras atas dasar keinginan Kak Laras ngobrol dengan gue. Detik demi detik gue jalanin dengan warna baru, pemeran baru dalam hidup gue yang tidak gue sangka sebelumnya akan memberi gue cerita baru. Cewek yang akan mengajari gue tentang berbagai macam hal. Dia datang tanpa pernah diminta, masuk dan menggoreskan tinta hitamnya di kertas Putih hidup gue.

"Hei." Sebuah pesan masuk. Gue melihat sebuah nama di layar handphone. Kak Laras.

"Iya ka. Kenapa?" balas gue.

"Lagi apa?"

"Lagi ngerjain tugas."

"Rajin banget ya. Hahaha."

"Tuntutan hidup ka. Ada apa ka?"

"Kamu udah makan malam?"

Gue melihat jam dinding di kamar gue. Sudah pukul tujuh malam. Kenapa tiba-tiba kak Laras nanya gue udah makan atau belum? Apa dia tahu kalo perut gue daritadi berbunyi meminta jatah?

"Belum."

Beberapa menit berlalu tanpa jawaban. Hingga sebuah lampu kecil dari handphone gue menyala kembali memberi isyarat ada pesan baru masuk.

"Mau makan baReng?"

Kak Laras mengajak gue makan malam? Ada apaan ya? Kenapa rasanya campur aduk? Ada rasa senang, takut, dan heran. Lama gue nggak membalas karena bingung harus jawab apa.

"Enggak bisa ya? Kalo enggak bisa enggak apa-apa, Za." tambahnya.

"Bisa ka. Mau ketemu dimana?"

"Bisa jemPut di rumah? Rumah aku enggak jauh dari taman tempat kita ngobrol waktu itu. Warna cat rumah aku biru langit."

"Ya udah, gue siap-siap dulu ya."

"Iya, aku tunggu ya."

Meskipun terlihat aneh karena gue menggunakan kata 'gue' sedangkan dia menggunakan kata 'aku' dalam chat kami. Hal itu nggak terlalu menjadi masalah bagi gue karena gue merasa bahwa hampir semua cewek menggunakan kata 'aku' dalam bersosial. Jadi, untuk saat ini gue tidak terlalu memikirkan hal itu.

Memiliki teman seperti kak Laras memberi pengaruh baik untuk gue. Meskipun beberapa murid yang lain yakin bahwa suatu saat nanti aka nada di antara gue dan kak Laras yang jatuh cinta terhadap yang lain, setidaknya gue tetap menjaga perkataan dan perbuatan gue agar kak Laras tidak merasakan harapan yang palsu. Pertemanan adalah sebuah hubungan yang antara 2 mahluk, baik itu antara manusia atau mahluk lainnya. Didalam pertemanan, kita Butuh sebuah komitmen dalam menjalaninya. Komitmen tentang apa aja, tentang kesetiaan, kepercayaan dan mungkin persahabatan membutuhkan komiten dan janji agar nggak saling jatuh cinta.

"Assalamualaikum," ucap gue dari luar gerbang setelah mematikan mesin motor Om Edy dan sudah tepat berdiri di depan rumah dengan cat biru langit. Semoga gue tidak salah rumah. Gue mendekat ke gerbang dan memegangnya serta mendangakan kepala dan mengulagi perkataan gue.

Don't say Why!! -Selesai-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang