Untuk Putri #11

62 2 0
                                    

"Enggak usah ganggu Putri lagi, faham?!"

Itu adalah sepenggal pesan yang aku terima dari salah satu sahabatmu. Sahabat yang mengaku dekat denganmu, sahabat yang mengaku lebih mengenalmu daripada aku mengenalmu, sahabat yang ingin kamu mendapatkan yang terbaik, sahabat yang berdalih ingin melindungimu. 

Iya, dia hanya salah satu diantara mereka. Mereka yang menghalangiku menghampirimu, mereka yang menjauhkanku darimu, mereka yang berusaha memukuliku, mereka yang berusaha membawamu pergi dariku, mereka yang membawa kabar-kabar buruk tentangku untukmu, mereka yang menghakimiku dengan tuduhan-tuduhan yang tidak ada pada diriku, mereka yang menilaiku lewat kabar burung, lewat foto-fotoku di media sosial, lewat histori perjalanan perahuku, lewat lingkar pertemananku yang tidak sesuai dengan lingkar pertemanan mereka, lewat bagaimana caraku menyelesaikan masalah, lewat fisikku yang masuk dalam kalangan bawah, lewat sikapku yang mereka sebut aneh, lewat kataku yang mereka sebut lebay, lewat tempat nongkrongku yang mereka sebut ketinggalan jaman, lewat pola pikir dan pendapatku yang tidak sejalan dengan mereka. 

Saat aku mendapati pesan yang bersifat peringatan itu, aku tersenyum tidak percaya, aku tidak percaya bahwa mereka memperingatiku lewat sebuah pesan, kenapa tidak mengajakku bertemu dan berdialog? 

Bukankah dialog meminimalisir kesalahpahaman? Bukankah dialog mampu memadamkan api permusuhan? Bukankah dialog mampu merajut kembali tali persaudaraan? Bukankan dialog mampu mencerminkan akal fikiran? Tentunya dengan dialog yang ditampung dengan kata-kata benar, sikap yang benar dan kepala dingin. 

Aku terdiam sejenak, berfikir panjang sebelum mengambil langkah yang baru, langkah yang menentukan kisahku denganmu, langkah yang siap memberi sebuah kejutan. Apakah aku harus mengikuti perintah sahabatmu atau  mengikuti hatiku? 

Sebuah notifikasi muncul di layar handphoneku ketika aku sedang memejamkan mata agar bisa mengambil sebuah keputusan. 

"Gue disuruh Putri. Dia merasa keganggu sama lo! Jadi, enggak usah ganggu Putri lagi!" 

Pesan yang sekarang beanr-benar memberiku berbagai macam kejutan dan pertanyaan. 

Kejutan karena kini sahabatmu telah mengklaim dirinya sebagai jembatan pesan antara dirimu dan diriku, kejutan karena kini sahabatmu telah mengklaim dirinya sebagai dukun hatimu yang mengetahui perasaanmu, kejutan karena kini sahabatmu telah menjadi orang yang berhak menseleksi orang lain yang ingin masuk dalam kehidupanmu. 

Pertanyaan karena kenapa bukan kamu yang mengirimku ini semua? Kenapa bukan kamu yang mengajaku berdialog? Kenapa bukan kamu yang memintaku untuk menjauhimu? Kenapa bukan kamu yang mengaku bahwa aku adalah pengganggu? Kenapa bukan kamu? 

Hingga kini, aku sedang berada di ambang kebimbangan, antara meninggalkan atau memperjuangkan, menyerah atau tak mengalah, pulang atau menang. 

Lagi, jika kamu membaca tulisan ini, tidak ada niatan dariku untuk membuatmu malu, tidak ada niatan dariku untuk mengikutimu, tidak ada niatan dariku untuk mengganggu, tidak ada niatan dariku menyakitimu. 

Ini semua aku lakukan karena butuh penjelasan. Bukankah kebanyakan orang pergi tanpa penjelasan, dan kebanyakan orang bertahan karena butuh penjelasan.


Don't say Why!! -Selesai-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang