Don't say Why!! -Selesai-

Untuk Putri#18

Ragu tak lagi menghujani, membasahi setiap tanah yang keras, melunakkan apa yang seharusnya dilunakkan, ia masuk ke dalam bagian sempit dimana hati sedang menjerit, memberi bantuan untuk bernafas, memberi ruang untuk menangis, memberi tali untuk kembali, membiarkan semesta mengajarkan rasa sakit hati, menghapus memori canda dan tawa yang sudah susah payah diukiri.

Ia muncul dengan kuyup basah dalam setiap doa yang ia lemparkan pada Tuhan, menangkap awan dan memakannya, membiarkan gelembung itu tertanam dalam tubuhnya, meski ia tahu langit akan murka karena telah mengambil kekasihnya, ia tidak peduli. Baginya, rasa sakit ditinggalkan adalah pelajaran paling berharga. Karena rasa itu berhasil merubahnya menjadi orang yang tidak mudah percaya, apalagi dengan cinta.

Cinta, satu kata yang membuat dewa jadi budak, membuat raja jadi pion, membuat singa menjadi kucing, membuat iblis jadi bidadari, meski banyak sekali kebalikannya.

Karena ragu, ia sudah tak lagi percaya pada huruf-huruf yang berbaris merangkai kata-kata paling romantis yang melebihi Roman Picisan atau El-Rumi, ditariknya sanubari kasih sayang, ditikamnya intisari perjuangan, lalu dibuangnya pengorbanan.

Dibalik tembok berwarna, manusia yang menjadi korban cinta ini meringkung malu dan kesal, membenamkam wajah di atas bantal basah penuh air mata, kenapa harus ia yang menjadi korban cinta?!

Jari-jari yang dulu sibuk memeluk alat telephone guna membalas setiap chat yang masuk, kini sibuk menghapus foto-foto lama yang menusuk.

Kendaraan yang dulu sibuk menjadi saksi bisu setiap cerita yang tertulis di jiwa, kini sibuk bertahan hidup karena tak lagi diterima.

Kertas-kertas yang dulu sibuk menjadi lahan tanaman cerita bahagia, kini sibuk menjadi bergandengan tangan agar tidak dirobeknya.

Lucu sekali dengan cinta, terlalu mudah baginya memperbudak manusia, meski seringkali manusia yang menjadi tersangka, karena terlalu bodoh meletakkan cinta.