-Pengakuan-

344 16 0
                                    

Beribu-ribu alasan telah hadir dan memintaku mengganti perasaan ini, mencaciku dengan kata-kata yang mudah kufahami. Tapi nyatanya apa? Aku masih berdiri dengan harap kamu kembali dan tidak akan pergi lagi.

***********************

"Aku mau ngobrol sebentar sama kamu," kata gue menarik tangan Putri. Ia tetap berjalan di lorong sekolah tanpa memutarbalikkan badannya ke arah gue.

"Put, aku mau ngobrol sama kamu," ulang gue dengan nada yang cukup ditekan.

Ia menyerah dan berhenti. Membalikkan badannya dan berkata, "Apa?" tanyanya dengan nada pelan seakan malas untuk berbicara.

"Ko jawabnya gitu? Kamu lagi puasa senin kamis??"

"Sekarang hari selasa. Ya terus kamu mau ngobrol apa?"

Melihat dia berbicara dengan ekspresi sedikit kesal, gue mengurungkan niat untuk menanyakannya tentang hubungan dia dengan Pria berbaju hitam itu.

"Aku mau ngajak kamu jalan sore ini. Ada waktu?"

"Enggak ada," jawabnya dengan tegas. "Udah? Ada yang mau diomongin lagi?"

Apa hari ini ia nggak sarapan sehingga moodnya menjadi kacau seperti ini? Atau ia sedang mengalami apa yang dialami cewek pada umumnya? Atau ia sedang ngantuk?

Aneh.

Gue menggeleng sembari memperlihatkan wajah takut sebagai antisipasi bila tebakan gue benar. Karena menurut situs yang gue baca di internet, kalo cewek sedang mengalami mens, maka disarankan bagi laki-laki untuk diam dan berpura-pura bodoh atau gila.

"Ya udah, aku mau ke kelas." Ia membalikkan badan dan melepas genggaman gue lalu pergi menaiki tangga menuju kelasnya.

Gue menengok ke arah langit dan berkata, "Hari ini enggak ada tanda-tanda mau kiamat kan?," kata gue pada diri sendiri.

"WAYOLOHHHH," teriak Rendi persis di telinga kanan gue.

"Setan!" ucap gue spontan karena kaget.

"Innalillahi, wajah tampan seperti dilan ini disebut setan," balas Rendi sembari merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Tampan-tampan. Muka lu kaya wajan!"

"Eh, Za. Tadi gue lihat dari jauh muka Putri kusut banget hari ini. Apa karena nggak ada kuota? Atau kenapa?" tanyanya heran.

Gue menggeleng. "Enggak tahu Ren. Semoga bukan tanda-tanda kiamat."

*****************

Hari itu pelajaran benar-benar padat bak jalanan Jakarta. Membuat para murid mabuk diri dan tak lagi merasa bahwa arwah mereka ada dikelas.

"Ok.. Today's lesson is enough here. Thank you and see you in the next class. Don't forget for the assignment.," ucap Bu Wati, guru bahasa Inggris kami.

"Thank you for the lesson, Mrs. Wati, see you! Don't forget to subscribe, like and comment," balas Rendi tertawa diikuti murid yang lainnya.

Ketika Bu Wati sudah keluar dari kelas. Kami, para murid, memutuskan untuk menutup pintu dan membuka jendela selebar-lebarnya guna membiarkan ac alami masuk dengan sempurna.

"GILA! Gue lebih baik hirup kentutnya Emma Watson daripada harus belajar bahasa Inggris," ceplos Hadi, salah satu teman kelas gue.

"Itu mah mau lu nyet," balas Rendi melemparkan penghapus hasil gigitannya ke arah Hadi.

"Hei, Bahasa Inggris itu berguna buat masa depan kita. Kita enggal boleh ngobrol gitu," ucap Afifah, teman kami yang berturut-turut mendapat nilai bagus di mata pelajaran bahasa Inggris.

Don't say Why!! -Selesai-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang