Sejeong masih setia duduk di halte bus sambil menekuri tiap tetes air hujan yg jatuh dari langit. Sebuah bus baru saja berlalu dari halte meninggalkan Sejeong yang kini hanya sendirian di halte. Gadis itu sedang malas pulang, apa lagi sedang hujan-hujan begini.
Dari kejauhan Sejeong melihat seorang laki-laki berseragam sekolah sama sepertinya nampak berlari kecil kearah halte sambil menghindarkan tubuhnya dari hujan.
"Shitt!" namja itu terdengar menggerutu sambil memegangi luka yang ada ditangannya.
Luka! Pandangan Sejeong langsung tertuju pada luka yang di tangan namja itu, seperti habis menghajar sesuatu. Sejeong mengamati wajah namja itu. Ah, pasti dia sedang menahan perih karna lukanya yg terkena air hujan.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Sejeong sedikit khawatir.
Namja itu hanya menoleh singkat ke arah Sejeong. Aigoo, Sejeong merasa seperti ada bongkahan es batu yg jatuh ke kepalanya. Tatapan namja itu sangat dingin dan ekor matanya memandang asing pada Sejeong.
"Tanganmu terluka. Biar kulihat," kali ini Sejeong memberanikan diri untuk meraih tangan namja itu.
Namja itu cepat menarik tangannya, "Jangan sentuh!"
"Tidak usah perdulikan aku," ucapnya dingin.Sejeong rupanya tidak menurut. Gadis itu cepat mengeluarkan sesuatu dari dalam tas ranselnya. Sebuah sapu tangan berwarna putih. Dengan takut-takut Sejeong kembali ingin meraih tangan namja itu yang terluka.
"Lukamu pasti perihkan?" Sejeong perlahan menarik tangan namja itu dan dengan hati-hati membalut bagian tangan namja itu yang terluka dengan sapu tangan miliknya.
Namja itu terdiam. Dibiarkannya saja Sejeong melakukan sesuatu pada tangannya yang terluka. Rasanya memang jauh lebih baik. Rasa perih yang dirasakannya tadi perlahan menghilang dan berganti dengan sedikit kehangatan karna sudah terbalut dengan sapu tangan milik Sejeong.
Sejeong mengangkat wajahnya setelah selesai dengan aktivitasnya di luka namja itu.
"Maaf kalau aku lancang," ucap Sejeong hati-hati.
"Kenapa kau manolongku? Kau bahkan tidak mengenalku," ucap namja itu dengan wajah datar.
"Apa menolong seseorang harus mengenalnya dulu? Itu terdengar tidak adil"
"Lagipula bukankah kita teman satu sekolah?" lanjut Sejeong.
"Teman?" alis namja itu nampak bertaut.
"Ne.. , aku tau kau. Namamu Kang Daniel, bukan?"
"Kau tau aku?"
"Hm. Kau sering memukuli anak-anak dikelasku," Sejeong tertawa singkat.
"Oh maaf soal itu"
"Tidak apa-apa. Lagi pula mereka memang menyebalkan"
Daniel kembali menatap Sejeong tajam. Aigoo, Sejeong bisa gila ditatapi seperti itu terus olehnya. Benar-benar seperti tidak ada kehidupan disana.
Sejeong menunduk ragu, menghindari pandangan Daniel. Mungkin dipikiran namja itu sekarang Sejeong terlalu banyak bicara.
"Gomawo.., Kim Sejeong"
"Mwo? Kau tau namaku?" Sejeong tercengang.
"Name tag-mu," pandangan Daniel mengarah pada name tag yang ada di seragam sekolah Sejeong.
Ah benar! Sejeong manggut-manggut.
"Apa kau sudah tidak apa-apa?" tanya Sejeong hati-hati.
"Aku duluan," Daniel bangkit dari posisi duduknya, dan bersiap melangkah memasuki bus yang berhenti di halte.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Innocent Girl
Fanfiction[Daniel-Sejeong Fanfiction] "Aku hanya tau kalau aku mencintaimu. Jadi sebanyak apapun kau membuatku menangis, aku akan tetap mencintaimu, karna aku tidak tau caranya untuk berhenti." 15+