Daniel dan Tn. Kim nampak duduk berhadapan di sebuah Cafe. Suasana terasa sedikit canggung. Daniel benar-benar ragu mengungkapkan semuanya pada ayah Sejeong. Walaupun akhirnya ia katakan saja dengan jujur ketika ayah Sejeong bertanya tentangnya. Ia tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, berusaha menutupinya tapi akhirnya masalahnya jadi semakin rumit.
Keduanya terlihat berbicara serius. Daniel lebih banyak diam dan bicara hanya jika ayah Sejeong bertanya.
Tak berapa lama Tn. Kim beranjak dari duduknya, menepuk pundak Daniel beberapa kali, lalu melangkahkannya meninggalkan Daniel di sana.
Raut wajah Daniel berubah datar sepeninggal ayah Sejeong.
Daniel langsung menghempaskan tubuhnya di kasur begitu sampai di rumahnya. Namja itu menghela napas berat, berlanjut dengan menutup matanya perlahan dengan satu tangan yang ia taruh di atas keningnya.
Ucapan ayah Sejeong terus mengusik pikirannya,
"Izinkan paman membantumu melunasi semua hutang ayahmu, tapi paman minta, tolong kau jauhi Sejeong"
*
Daniel baru saja terbangun dari tidurnya. Ia melirik jam dinding yang ada di kamarnya sudah pukul 9 pagi. Artinya ia sudah pasti terlambat jika berangkat ke sekolah sekarang.
Daniel kembali memejamkan matanya bersiap kembali tidur sebelum dalam pikirannya terlintas wajah seorang gadis.
Daniel buru-buru mengambil ponselnya, ada puluhan panggilan tak terjawab dari Sejeong. Ia pasti sudah membuat gadis itu khawatir.
Daniel kemudian menyeret langkahnya untuk bersiap-siap sebentar.
*
"Hallo," jawab Sejeong ketika benda elektronik itu sudah menempel di telinganya. Ini masih jam pelajaran dan ia terpaksa pura-pura berbohong izin ke toilet hanya untuk menerima telpon dari Daniel yang dari tadi terus berusaha menelponnya.
"Kenapa lama sekali mengangkatnya?" protes Daniel di sebrang sana.
"Kau pikir karna apa? Inikan masih jam pelajaran. Dan kau sendiri kenapa tidak masuk hari ini? Kau bolos ya?"
"Ne"
"Waeyo?"
"Sedang bosan saja"
Sejeong terdiam sebentar sambil menggigit kukunya, "Memangnya kau tidak ingin bertemu denganku?"
Terdengar kekehan kecil di sana.
"Aku ingin. Aku merindukanmu, Kim Sejeong. Mau bolos bersamaku?"
"Mwo?"
"Aku ingin bertemu dengan pacarku. Aku sangat merindukannya. Mau bolos bersamaku, sayang?" ulang Daniel.
"Apa kau sudah gila, mengajakku bolos bersama?"
Daniel tersenyum miris mendengar itu, "Benar juga ya. Aku pasti akan dihajar ayahmu jika aku mengajakmu membolos"
"Baiklah, belajar yang benar ya, sayangku"
"Niel," cegat Sejeong ketika Daniel sudah ingin menutup telponnya.
"Kau sedang ada di mana sekarang?"
"Di depan sekolah"
"Benarkah?"
"Hm"
"Uhm..," Sejeong kembali menggigit kukunya, "Tunggu aku. Aku akan keluar sekarang"
Daniel tersenyum di sana,
"Aku mencintaimu, Kim Sejeong"
*

KAMU SEDANG MEMBACA
My Innocent Girl
Fiksyen Peminat[Daniel-Sejeong Fanfiction] "Aku hanya tau kalau aku mencintaimu. Jadi sebanyak apapun kau membuatku menangis, aku akan tetap mencintaimu, karna aku tidak tau caranya untuk berhenti." 15+