CG (3)

3.2K 389 17
                                    

Pagi ini Daniel menjemput Jennie dengan motor kesayangannya -roki-. Terang saja Jennie sangat senang. Kan gratis.

Baru saja, Daniel menjalankan motornya kira kira satu meter dari posisi awal. Jennie sudah lebih dulu berbicara. Dasar beo.

"Daniel ah, sore nanti antar aku ke toko buku samping cafe aste ya." Daniel menoleh.

"Untuk apa." tanya Daniel penasaran. Jennie nyengir.

"Aku bekerja di sana." ucap Jennie mantap. Daniel membolakan matanya.

"Untuk apa kau masih saja ingin bekerja. Dirimu tidak kekurangan uang kan?" tanya Daniel, mengernyitkan dahinya. Heran dengan sahabatnya itu.

"Dan kenapa suka sekali sih dengan uang." tambah Daniel.

Jennie berdecak pelan. Lalu mencebikkan bibirnya. Kenapa Daniel cerewet sekali sih.

"Dengarkan aku. Jika kau menginginkan uang, tinggal suruh orang tua mu mentransfer kan uang saja apa susahnya. Atau kalau mendadak, kau bisa minta Irene noona. " ucap Daniel serius.

Jennie melotot tidak suka. "Lagian, kenapa kau sangat menyukai uang." kata Daniel

Bughh

Tanpa disangka, Jennie memukul belakang kepala Daniel dengan keras, menggunakan salah satu sepatu miliknya.

Astaga! Sejak kapan gadis itu melepas sepatunya.

"Hishh, mulutmu itu kalau bicara selalu seenaknya." ucap Jennie sambil mendengus sebal.

"Kau fikir aku gadis matre." Daniel memilih diam sambil mengusap kepalanya yang masih terasa nyut-nyutan dengan sesekali meringis pelan.

"Baiklah, anggap saja aku menyukai uang. Siapa sih yang tidak menyukai kertas tipis yang berharga itu. Aku tidak akan munafik. Lagian aku bekerja untuk membeli album terbaru BTS. Aku tidak ingin memeras orang tua ku lagi, kau tau kan kalau aku membeli album tidak hanya satu biji. Dan lagi, Irene Eonnie. Dia sangat pelit." cerocos Jennie

"Heh, bukannya sudah biasa kalau kamu membeli album minimal lima biji lagian orang tuamu juga membelikan. Aku hanya tidak mau kau pingsan lagi. Nanti aku dimarahi eomma dan mama lagi." ucap Daniel

Ya, Jennie pernah pingsan saat bekerja paruh waktu. Kejadian itu sekitar dua bulan yang lalu. Dokter bilang, Jennie demam karena kelelahan. Setelah Eomma (ibu Jennie) tau Jennie pingsan, ia segera pulang dari Busan ke Seoul. Saat sampai beliau langsung menjambak Daniel. Sebelum itu pun Daniel sudah di tendang oleh mama nya. Eoh, poor Kang Daniel.

"Tenang saja, kali ini aku tidak akan pingsan. Kau tau kan toko buku tak seramai cafe. Selain itu kali ini aku hanya empat jam berjaga. Bukankah sebentar?" ucap Jennie

Daniel menghela nafasnya keras.

"EH KANG DANIEL. KENAPA BELUM BERANGKAT."  teriak Irene dari balkon kamarnya.

Daniel dan Jennie membulatkan bola mata mereka.

"Astaga! Bagaimana ini." kata Jennie gelagapan. Daniel mencoba menstater motornya. Tapi tidak bisa.

"Yak, Roki. Apa kau rusak lagi." ucap Daniel panik. Jennie yang mendengar pun ikut panik. Lalu turun dari motor gede itu.

Daniel masih mencoba menstater motornya. Ia yakin tadi sudah menyalakan motornya.

"Daniel bodoh." ucap Jennie lalu memutar kunci motor itu.

Ngeng

Daniel dan motornya melaju cepat dan-...

Brak

"Aghh, Jennie awas kau. ROKI." pekik Daniel lalu berdiri dari motornya dengan tidak lupa motornya pun ikut ia dirikan (ehe).

Jennie meringis pelan. Lalu berjalan menuju tempat Daniel.

"Apakah Roki rusak?" tanya Jennie. Daniel naik motornya lalu menyalakannya.

Terasa beban di jok belakang. "Ayo kita berangkat." ucap Jennie sambil menepuk bahu Daniel. Jennie fikir Daniel tukang antar.

Daniel dan Jennie meninggalkan tempat itu. Di sepanjang jalan, Jennie tak henti hentinya mengoceh. Daniel yang kesal pun melajukan motornya dengan cepat.

Lima menit kemudian mereka sampai di sekolah. Daniel memarkirkan motornya pelan. Untung saja tidak telat.

"Terimakasih Niel. Aku duluan. Bye" ucap Jennie lalu turun dari motor itu dan berlari menuju kelasnya.

Dasar gadis bodoh. Daniel kan satu kelas dengannya, kenapa dia harus lari seperti itu. Huh.

Saat Jennie berlari, ia tak sengaja melihat siswa yang cukup familiar baginya. Murid baru itu.

"Uy, murid baru. Tunggu aku." ucap Jennie sedikit berteriak. Taehyung menghentikan langkahnya. Menoleh kebelakang, lalu memutar bola matanya malas.

Jennie sampai di samping Taehyung. "Ayo, kita satu kelas kan. Aku takut telat, ayo kita masuk bersama." ajak Jennie. Taehyung hanya mengangguk setengah tidak rela.

"Ini semua karena Daniel." kata Jennie. Taehyung memicingkan matanya. Lalu mengedarkan pandangannya.

"Bukankah Daniel sekelas dengan kita." ucap Taehyung. Jennie mengangguk lalu-...

"BENAR JUGA." teriak Jennie lalu menoleh ke belakang berniat melihat apakah Daniel sudah dekat.

Taehyung menggelengkan kepalanya. Bagaimana bisa, gadis ini melupakan sahabatnya. Astaga!

"Heh bodoh. Kenapa meninggalkanku?" tanya Daniel sambil ngos ngosan. Jennie meringis.

"Aku lupa. Kalau kita sekelas." ucap Jennie pelan.

Pletak

"Kau melupakan sahabatmu sendiri. Huh." Ucap Daniel tak terima. "Maaf ih, aku kan lupa." ucap Jennie ikutan tak terima.

"Kalian berkencan?" tanya Taehyung. Jennie dan Daniel mengarahkan pandangannya pada Taehyung.

"Kau fikir aku mau berkencan dengan gadis gila seperti dia." ucap Daniel sambil menunjuk Jennie. Taehyung mengangguk.

"Benar juga. Siapa yang mau berkencan dengannya." ucap Taehyung polos.

"Yak, kalian berdua. Kenapa kompak sekali menghinaku." pekik Jennie.

"Karena dirimu memang bullyable." ucap Taehyung. Jennie mendelik. Murid baru ini sudah berani kurang ajar dengannya.

"HEH KALIAN BERTIGA. KENAPA BELUM MASUK KELAS. MAU SSAEM HUKUM." teriak Haechul Ssaem guru konseling di sekolah ini.

Mampus - batin mereka bertiga

.
.
.
.









Tbc

Keep vote and comment yoai. Gue seneng ih, kalian pada komen. Gue harap kalian nggak bosen bosen sama karya gue ya.

Maaf kalau banyak typo. Maklum lah, manusiawi kan.

Mau nanya random dong. Fandom kalian apa?
Just for fun okay,

Tengkyu, bye

CRAZY GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang