CG (17)

1.5K 219 22
                                    

"huh.. kenapa nilaiku jelek sih." Gerutu seorang siswi sambil memandang kertas yang dipegangnya. "Berapa Jen?" Tanya gadis berponi yang duduk di belakang Jennie.

Jennie menoleh dengan wajah cemberut "lima puluh." Kata Jennie. Lisa melotot. Tak lama kemudian senyuman bahagia mengembang di bibirnya.

"Yey, nilaiku lebih bagus dong." Ucap Lisa sambil menari-narikan tangannya. Jennie mendengus kesal "memangnya berapa?" Tanyanya.

"Lima puluh satu." Ucap Lisa dengan bangganya.

Plak

"Dasar bodoh." Ucap Daniel yang duduk di samping Lisa. Lisa mencebik "jangan asal pukul dong." Pekik Lisa lalu menggeplak Daniel.

"Lalisa! Kang Daniel! Bisa diam dan dengarkan Ssaem." Tegur Dahee Ssaem, guru matematika yang terkenal dengan kekejaman hukuman dan kegalakannya. Dan sialnya, Beliau adalah wali kelas mereka.

Lisa dan Daniel yang sempat ribut kini sudah anteng, sambil menatap Dahee Ssaem dengan tatapan memelas.

Dahee Ssaem menghela nafas jengah. "Ah iya, selamat untuk Kim Taehyung karena mendapatkan nilai sempurna di ujian semester 1 ini. Ssaem tidak menyangka kalau dirimu bisa mengalahkan Cha Eunwoo murid terpintar di angkatan kalian." Terang Dahee Ssaem sambil tersenyum.

Teman-teman sekelas Taehyung memberi tepuk tangan padanya. Decak kagum dan bisik-bisik dari beberapa siswa-siswi di kelas itu pun Tak dapat di hindari.

"Tapi." Ucap Dahee Ssaem menghentikan suara-suara dari murid kelas itu. Mereka menatap Dahee Ssaem dengan pandangan bertanya. "Ada beberapa anak yang harus mendapat bimbingan belajar tambahan karena nilainya buruk." Jelas Dahee Ssaem. Murid-murid kelas itu mengeluh atas ucapan Dahee Ssaem barusan.

"Bisa tenang sebentar." Ucap Dahee Ssaem sambil mengetuk-ngetuk papan tulis dengan penghapus di tangannya. Murid-murid langsung bungkam.

"Beberapa anak yang harus ikut tambahan kelas yaitu Yuta, Ten, Zelo, Joy dan Lisa." Ucap Dahee Ssaem.

Jennie dan Lisa mengerutkan kening mereka. "Kenapa aku tidak ikut kelas tambahan?" Tanya Jennie. "Nilai mu tidak ada masalah Jen. Tapi sayangnya Matematika mu hanya mendapat nilai lima puluh." Kata Dahee Ssaem "jadi Ssaem sudah mencari tutor yang cocok untukmu. Yang bisa mengajari mu dan mengatasi keras kepalanya dirimu itu." Tambahnya. Jennie yang mendengar itu hanya mengangguk lesu.

.
.
.
.

"Yah Jen aku iri padamu. Nilaiku semester ini sangat hancur huee." Ucap Lisa pada Jennie sambil menyendok nasi miliknya. Ya sekarang sudah istirahat, dan kini mereka berada di kantin untuk mengisi perut yang sedari tadi sudah keroncongan.

"Biasanya juga seperti itu." Ucap Jennie dengan santainya. Lisa memonyongkan bibirnya "biasanya kan tidak seburuk ini. Paling tidak nilaiku pas rata-rata." Kata Lisa. Jennie mengangguk anggukkan kepalanya, Lisa yang melihat itu tambah kesal "jangan sombong dong Jen. Kita kan sebelas dua belas, cuma semester ini kau lebih beruntung saja." Kesal Lisa.

"Itu salahmu sendiri. Kenapa belajar mati-matian di sejarah dan melupakan pelajaran yang lain." Ucap Jennie. Lisa cemberut mendengar itu "ck. Aku kan lupa. Biasanya kan nilai kita tidak jauh-jauh amat. Dan sekarang nilaiku kurang di empat mata pelajaran." Keluh Lisa.

Jennie meletakkan sendoknya di piring yang sudah kosong. "Ya! Bukankah itu masih lebih baik. Dari pada milik Ten, nilainya kurang di enam mata pelajaran." Ucap Jennie. Lisa membolakan matanya seolah bertanya 'benarkah?', Jennie mengangguk.

"Aku tadi tidak sengaja memergoki dia yang sedang menangis." Ucap Jennie lalu meminum minuman milik Lisa. "Kapan?" Tanya Lisa. "Tadi saat aku kembali ke kelas mau mengambil uang. Saat aku tanya kenapa, dia menunjukkan nilai semesternya." Jelas Jennie.

Lisa mengangguk paham. "Tapi aku heran deh. Kok sekarang dia sudah meng-upload artikel di web sekolah sih. Dasar 'sepuluh'." Kesal Jennie sambil melihat ponselnya yang kini menampilkan artikel yang dibuat Ten.

.
.
.
.

Entah kenapa hari ini Jennie merasa malas. Mungkin ini efek dari ia yang akan mendapat kelas tambahan, belum lagi ia memiliki tutor berbeda dari yang lain. Bayangan tutor matematika tua, galak dan botak sudah berputar-putar di kepala Jennie. Membayangkan saja sudah ingin muntah rasanya.

Kring
Kring
Kring

Bel pulang sudah berbunyi, semua murid segera membenahi alat tulis mereka. "Baik anak-anak, sekarang kalian boleh pulang. Sampai jumpa besok." Ucap Sunny Ssaem lalu meninggalkan kelas itu.

"Ah malas sekali. Kenapa tutorku berbeda sih. Lisa aku ikut denganmu saja ya." Ucap Jennie sambil memegang lengan Lisa. Lisa berdecak pelan "ya! Lepas. Nanti aku dimarahi Dahee Ssaem." Ucap Lisa sambil mencoba melepaskan pegangan Jennie.

Jennie merengut. Ia menoleh menatap Daniel yang masih merapikan alat tulis miliknya "Niel." Panggil Jennie pelan. Daniel menoleh ke arah Jennie sambil tersenyum. "Aku mau bolos saja ya." Kata Jennie. Senyum di bibir Daniel perlahan pudar membuat Jennie menunduk, Jennie takut dimarahi. "Tidak boleh." Tegas Daniel.

Tak lama kemudian usapan lembut terasa di puncak kepalanya. Jennie mendongak, ternyata itu Daniel. Ditatapnya Daniel yang kini tersenyum ke arahnya, membuat ia reflek ikut tersenyum. "Tenang saja, aku tunggu." Ucap Daniel. Jennie mengangguk pelan.

Daniel menghentikan usapannya lalu menarik nafas pelan "ayo aku antar ke perpustakaan." Ajak Daniel. Lagi-lagi Jennie hanya bisa mengangguk, lalu berdiri untuk pergi ke perpustakaan bersama Daniel.

Tanpa disadari seseorang menatap mereka dengan senyum masam.









Tbc--

Hallo holla aku balik lagi. Masih ada yang nunggu nggak?

Nggak kerasa, work ini udah 1 bulan lebih nggak up😂. Maaf ya buat kalian yang masih nunggu.

Entah kenapa aku lagi nggak mood akhir-akhir ini..
Keep voment ya, thank you

CRAZY GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang