Tok.. tok.. tok..
Daniel mengetuk pintu kamar di depannya itu dengan brutal. Sudah hampir lima menit dirinya mengetuk pintu itu, tapi sepertinya orang yang ada di dalam tidak merasa terganggu. Padahal buku jari Daniel rasanya sudah pedas dan kebas. Akhirnya Daniel mencoba membuka pintu itu.
Ceklek
"Huh." Daniel terbengong. Jika tahu pintunya tidak dikunci, sudah dari tadi dia masuk. Dasar Daniel bodoh.
Daniel berjalan menuju gumpalan selimut di atas kasur berwarna pink itu. Kamar Jennie sangat berantakan. Buku-buku yang seharusnya di meja belajar justru berserakan di lantai. Dinding kamar itu pun hampir penuh dengan poster dan polaroid idol favoritnya. Tapi anehnya kamar ini tidak bau. Daniel heran dibuatnya.
Srak
Daniel membuka gorden yang ada di kamar itu. Tapi sepertinya gumpalan selimut itu belum terganggu juga. Akhirnya Daniel menarik selimut itu.
"Eonnie, aku masih mengantuk. Hari ini aku tidak berangkat. Libur." Ucap Jennie dengan mata masih terpejam dan tangannya meraba-raba kasur mencari selimut. Setelah dirasa selimutnya tidak kunjung ketemu dan kakaknya tidak menjawab, Jennie membuka matanya.
Mata kucing itu membulat. Ia lupa kalau yang di rumah itu Daniel bukan kakaknya. Gagal bolos deh. "Siapa bilang hari ini libur hmm." Ucap Daniel. Jennie meringis.
"Sudah sana mandi. Aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita. Pastikan kau mandi. Lihat matamu! Banyak kotorannya." Ucap Daniel lalu pergi dari kamar itu.
Brak
Pintu kamar Jennie ditutup dengan keras. Jennie merengut. Lalu jarinya bergerak ke kelopak matanya "eiww. Kotor sekali." Ucap Jennie lalu menempelkan kotoran matanya itu di tembok sampingnya.
Setelah sarapan bersama, meskipun hanya dengan roti panggang dan susu. Jennie dan Daniel pergi bersama ke sekolah dengan Roki, motor kesayangan Daniel.
Saat sampai di sekolah suasana sekolah masih sepi hanya ada beberapa murid rajin atau petugas piket yang sudah datang. Jarang-jarang Jennie datang pagi, kecuali kalau idolnya comeback.
"Tuh kan Niel. Ini itu masih pagi." Ucap Jennie saat masuk ruang kelas yang ternyata hanya berisi Taehyung saja. Dan dia sedang membaca buku yang lumayan tebal. Membosankan sekali pikir Jennie.
Jennie lalu menuju tempat duduknya yang berada di samping Taehyung. Lelaki itu hanya melirik sekilas, menyapa pun tidak. Jennie mendengus sambil masih memandang Taehyung.
Kalau dilihat-lihat Taehyung memang tampan, ditambah dia murid terpintar. Tapi kenapa sikapnya tidak baik, batin Jennie masih dengan menatap Taehyung.
"Berhenti melihatku seperti itu. Kalau kau jatuh cinta padaku, aku tidak akan tanggung jawab." Ucap Taehyung sambil menutup buku yang tadi ia baca. Jennie memutar bola matanya malas. Tingkat percaya diri lelaki di depannya ini tak bisa diragukan.
Akhirnya Jennie memilih memainkan ponselnya sementara Daniel dan Taehyung asik berbincang-bincang.
"Kenapa tumben hari ini berangkat lebih awal?" Tanya Taehyung sambil memainkan penanya. Ahh iya, kali ini Daniel sudah pindah tempat duduk, sekarang ia menempati bangku di seberang bangku Taehyung.
"Emm. Karena rumahnya kosong, Irene noona, kakak Jennie, ada tugas ke luar kota. Sedangkan Appa bekerja di Busan otomatis Eomma juga ikut. Jadi Jennie di rumah sendiri." Ucap Daniel. Taehyung mengerutkan dahinya. Sedekat itu kah Jennie dan Daniel. Bahkan Daniel memanggil orang tua Jennie dengan panggilan Eomma dan Appa, pikir Taehyung.
"Eumm. Memangnya Jennie takut ya di rumah sendiri, sampai-sampai ia juga bangun pagi." Tanya Taehyung.
"Aku yang membangunkannya. Mana mungkin dia takut di rumah sendirian. Aku hanya tidak mau terus-terusan telat. Jennie terlalu banyak menyusahkan ku." Jawab Daniel sambil terkekeh pelan, lalu dipandangnya Jennie yang sedikit tertutup bahu Taehyung tengah melotot padanya.
Taehyung mengangguk "ya, benar, dia memang tukang menyusahkan. Jadi kau pagi-pagi ke rumah Jennie hanya untuk membangunkan gadis ceroboh ini?" Tanya Taehyung sambil melirik Jennie dengan tatapan mengejek. Jennie menggeplak bahu Taehyung keras. Keras sekali. Sampai Taehyung merasa pedas di bahunya.
"Ahh tidak. Aku kan tidur di rumahnya." Jawab Daniel masih sambil tersenyum.
Oke Taehyung terkejut bukan main. Tapi ia berusaha menyembunyikan keterkejutannya dengan masih mengelus-elus bahunya yang tadi di tampar Jennie, meskipun kini sudah tidak terasa sakit entah sakit itu lenyap ke mana.
.
.
.
.Kepala Jennie rasanya mau meledak. Jangan ditanya kenapa. Barusan Dahee Ssaem tiba-tiba mengadakan kuis matematika. Jennie kira guru itu tidak masuk kelas karena hampir dua jam mata pelajarannya tadi kosong tanpa tugas. Tapi nyatanya, lima belas menit sebelum istirahat tiba-tiba guru itu datang dan menyuruh semua murid mengerjakan dua puluh soal essay.
Jennie benar-benar kesal dengan guru bibir merah itu. Apalagi tadi Jennie sempat dilempar dengan spidol gara-gara hendak bertanya pada woozi yang duduk di seberangnya, menambah tingkat kebencian Jennie pada guru itu bertambah.
Dan apa-apaan tadi Taehyung yang duduk di sampingnya pun enggan untuk menoleh padanya. Jangankan menoleh melirikpun tidak. Rasanya Jennie ingin duduk kembali dengan Daniel. Setidaknya walaupun jawabannya salah Daniel mau memberikan jawabannya.
"Berhenti menjambak rambutmu seperti itu. Aku tidak mau duduk sebangku dengan orang botak." Ucap seseorang di samping Jennie. Siapa lagi kalau bukan Taehyung.
Jennie melirik sinis ke arah Taehyung. Taehyung mengangkat sebelah alisnya heran lalu beranjak dari duduknya "tidak ke kantin?" Tanya Taehyung. Jennie tidak menjawab. Akhirnya Taehyung pergi dari sana.
Jennie semakin kesal dibuatnya. Bukannya memaksa Jennie untuk mengajak ke kantin, taehyung justru pergi meninggalkannya. Jennie melirik bangku Daniel. Kosong. Sudah kosong. Pasti sahabatnya itu sudah pergi ke kantin dahulu. Kenapa hari ini semua orang tega padanya sih. Jennie membentur-benturkan kepalanya di meja.
Buk
Eh, kenapa mejanya sudah tidak terasa keras, batin Jennie. Lalu melihat apa yang barusan ia bentur. Ternyata satu bungkus roti. Jennie mendongak. Menatap orang di depannya dengan tatapan heran.
"Makan itu dan berhenti membenturkan kepalamu di meja. Nanti kau semakin bodoh." Ucap orang di depannya. Jennie berbinar menatap orang di depannya yang tak lain dan tak bukan adalah Taehyung.
Gadis itu meraih satu bungkus roti itu dan membukanya. Saat ia menyodorkan ke arah Taehyung, Taehyung mengangkat satu bungkus roti di tangannya juga sambil tersenyum. Jennie ikut tersenyum. Lalu memakan roti itu sambil masih menatap Taehyung malu-malu.
Taehyung meletakkan susu pisang di meja Jennie dan susu coklat di mejanya. Lagi-lagi Jennie hanya bisa tersenyum. Ternyata Taehyung manis juga.
Baiklah mari kita tinggalkan dua muda mudi yang sedang makan roti bersama itu ^.^
Tbc--
Hai gaes sesuai janji aku up cepet. Aku up setelah barusan menguras pikiran buat US hehehe.. doain ya semoga nilainya bagus, Amin..
Oh ya sebenarnya suasana hati aku dari kemarin nggak baik. Kenapa? Coba lihat deh gap antara views sama vote. Jomplang banget kan.
Tapi sekarang aku udah mulai mikir, mungkin cerita aku nggak sebaik itu sampai kalian mau ngasih vote😂 mungkin kalian cukup selektif jadi setelah selesai baca dan ceritanya jelek, kalian milih ninggalin aja. Hehe.. sekarang nggak papa kok, wajar aja. Lagian aku udah mau cepet-cepet tamatin ff ini. Aku bakal lebih memperhatikan kalian yang suka dan udah bareng² kasih aku dukungan atau kritikan sama cerita ini.
Aku sayang kalian, huhu..
Ya ampun ada apa sama istri Taehyung ini😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY GIRL
Random"wah kau tampan. sepatumu keren, jam tanganmu keren. stylemu bagus. hidungmu juga besar, apakah milikmu juga besar. hehehe" "dasar gadis gila."