CG (16)

1.8K 241 22
                                    

"hah, lelahnya." Keluh Jennie sambil mengenakan seatbealt. Daniel mengarahkan pandangannya pada Jennie.

"Kau bisa tidur dahulu. Nanti aku bangunkan." Ucap Daniel sambil tersenyum. Jennie mengangguk pelan.

Daniel mulai menjalankan mobilnya. Untung hari ini ia membawa mobil coba saja kalau motor. Bisa-bisa Jennie terjatuh karena mengantuk.

Tak lama kemudian terdengar dengkuran halus. Siapa lagi kalau bukan Jennie. Daniel tersenyum menatap gadis di sampingnya itu.

Hatinya menghangat melihat Jennie yang tertidur itu. Entah sejak kapan, Daniel menaruh perhatian lebih pada Jennie. Jantungnya selalu berdebar lebih cepat saat bersama gadis ini.

Awalnya ia selalu mengindahkan perasaannya itu. Tidak mungkin kan Daniel mencintai Jennie. Bahkan ia sempat mendekati primadona sekolah Kim Sejeong. Gadis cantik, sopan dan pintar itu. Tapi bagaimana pun juga sepertinya Daniel sudah jatuh hati pada sahabatnya itu.

Tak terasa kini mobil tersebut sudah sampai di halaman rumah Jennie. Daniel melepas seatbealt nya. Lalu menolehkan kepalanya untuk melihat Jennie yang kini masih tertidur dengan nyenyaknya. Tak tega untuk membangunkan, kini tangan Daniel terulur untuk melepas seatbealt Jennie.

Merasa terganggu, Jennie mengubah posisi tidurnya. Daniel menahan nafasnya. Jantungnya hampir saja copot. Daniel memutuskan keluar dari mobil. Dibukanya pintu rumah milik Jennie yang belum dikunci. Lalu berjalan ke arah mobilnya untuk membopong Jennie.

Belum juga Daniel menyentuh Jennie. Mata gadis itu sudah membuka terlebih dahulu. "Eoh, sudah sampai ya." Ucap Jennie lirih masih dengan mata yang sesekali mengerjap "terimakasih Niel." Kata Jennie lalu keluar dari mobil sambil menepuk pundak Daniel.

Jennie berjalan lambat dan sesekali berhenti untuk mencoba membuka matanya. Gadis itu berjalan sudah seperti orang mabuk saja.

Daniel hanya memandang Jennie yang kini sudah masuk ke dalam rumahnya itu. Tak lama senyum manis terpatri di bibirnya.

.
.
.
.
.

Kring kring

Jam weker milik Jennie sudah berbunyi mencoba membangunkan si empunya untuk segera bangun. Tapi seakan bunyi itu sebuah pengantar tidur, gadis itu justru semakin nyenyak dalam tidurnya.

Hingga bunyi pintu diketuk brutal dari luar mulai membangunkan Jennie.

Tok tok tok
Bug
Bug
Bug

"Jen bangun! Sekolah!" Teriak Irene dari luar kamar Jennie. Saat dirasa tidak ada sautan dari Jennie, Irene mencoba untuk membuka pintu itu.

Cklek

"Eoh, tidak dikunci." Gumam Irene. Lalu menuju gorden kamar yang masih tertutup itu.

Srek

Gorden itu dibuka dengan kasar. Membuat sinar matahari pagi menyorot pada seonggok daging yang kini masih meringkuk nyaman di ranjang itu.

"Yak, bangun." Pekik Irene sambil menarik selimut dari tubuh Jennie. Jennie yang merasa terganggu mulai mengerjapkan matanya pelan.

"Jangan berisik." Gumam Jennie. Irene merotasikan bola matanya malas. "Heh, kau mau membolos hari ini? Aku adukan pada eomma." Ancam Irene.

Jennie mendudukkan tubuhnya sambil menggaruk-garuk rambutnya yang berantakan itu. "Hoam, jam berapa?" Tanya Jennie sambil menggaruk punggungnya dan sesekali menguap lebar.

Irene menatap jijik. "Jam 6.15" kata Irene.

Jennie melotot. "Kenapa baru dibangunin sih." Kata Jennie lalu berlari ke kamar mandi untuk mandi.

.
.
.
.

Terlihat seorang siswi tengah berlari di sepanjang koridor itu. Rambut yang acak-acakan, tas gendong yang ia jinjing dan tali sepatu yang tidak diikat. Pemandangan yang mengenaskan. Tapi untung saja siswi itu tidak tersandung. Ah bukan tidak tapi belum.

Nyatanya saat ini dia sudah tersungkur di lantai koridor itu dengan posisi tengkurap. Dan jangan lupakan tas yang sudah terlempar jauh ke depan. Untuk sesaat aktivitas siswa siswi di koridor itu terhenti untuk memandang seseorang yang kini terjatuh dengan tidak elitnya itu. Hah memalukan.

"Jen." Teriak seseorang dari jauh sambil berlari menghampiri Jennie. Tapi sebelum itu, di depan wajah Jennie yang menunduk sudah ada sepasang sepatu.

"Bangun. Jangan mempermalukan dirimu sendiri." Suara bariton itu mengintruksi Jennie. Jennie mendongak. Matanya membola. Malu ih.

Lalu ia segera berdiri dan membersihkan seragamnya, masih dalam posisi menunduk. Siswa tadi membalikkan badannya meninggalkan Jennie.

Jennie mendengus. "Menyebalkan sekali sih." Gerutu gadis itu. Tak lama kemudian tangannya ditarik seseorang.

Jennie mendongak. "Eoh, ku kira kau pergi." Ucap Jennie bingung. Orang yang diajak bicara hanya diam.

"Yak Taehyung. Kau bisu." Pekik Jennie. Ya, siswa yang menarik Jennie tadi adalah Taehyung. Mendengar pekikan Jennie, Taehyung menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Jennie.

"Diam atau kau akan semakin malu." Ucap Taehyung dengan suara rendah. Jennie meneguk ludahnya kasar. Taehyung menakutkan.

Akhirnya Jennie mengangguk. Taehyung tersenyum tipis. Tipis sekali, sampai-sampai Jennie tidak yakin kalau itu senyuman.

Taehyung menarik tangan Jennie lagi. Berjalan menuju kelas mereka. Sesampainya di tempat duduk mereka, Taehyung meletakkan tas Jennie yang dari tadi ia pegang. Ah iya, bahkan Jennie melupakan tasnya itu.

Taehyung duduk di tempat duduknya lalu mengeluarkan ponselnya. Jennie ikut duduk.

Jennie berdehem, bertujuan untuk menarik perhatian Taehyung. Benar saja, Taehyung menoleh.

"Emm anu, itu." Jennie gelagapan. Taehyung yang melihat itu hanya menaikkan satu alisnya bingung. "Terimakasih. Kalau saja tidak ada dirimu pasti aku sudah mati karena malu." Ucap Jennie sambil menatap Taehyung yang tengah menatapnya.

"Kau. Punya malu?" Tanya Taehyung sambil menunjuk Jennie. Jennie yang kesal pun segera menepis tangan Taehyung. Kurang ajar sekali pria ini - batin Jennie.

"Ya punya lah." Ketus Jennie. Taehyung terkekeh masih menatap Jennie. Jennie yang merasa ditatap justru merasa gugup.

"Berhenti menatapku." Ucap Jennie salah tingkah. Bukannya berhenti menatap Jennie. Kini Taehyung justru meletakkan ponselnya di meja lalu wajahnya mendekat ke arah Jennie.

"Ap... Apa yang kau lakukan?" Tanya Jennie tergagap. Taehyung diam. Jennie memejamkan matanya erat. Nafas Taehyung semakin dekat. Dapat Jennie rasakan, Taehyung tengah mengendus lehernya. Merinding bukan main.


"Cerewet." Ucap Taehyung lirih tepat di samping telinga kanan Jennie. Jennie membuka matanya, ditatapnya Taehyung yang kini sibuk dengan ponselnya tanpa merasa bersalah.

Jennie mendengus kesal.



Tbc--

Hi gue bek.. maaf kalau banyak typo, maklumin aja ya.. soalnya nggak gue baca ulang. Jangan lupa vote and comment. Gue mohon kesadaran diri kalian terkhusus buat siders.

Bye

CRAZY GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang