Happy Reading!
.
.
BTS
.
Fantasy
.
.
Jimin berjalan menuju kamar Yoongi. Ketika masuk, ia mendapati sang pemilik kamar tengah melamun, memandang langit malam dalam hening lewat jendela yang terbuka lebar.
"Merindukan orang tuamu?" Jimin bertanya, pria itu tidak menghampiri Yoongi, melainkan hanya berdiri diam memandang punggung kecil itu
"Iya," Yoongi menyahut sembari mengangguk kecil, kepalanya ia tolehkan sekilas pada Jimin hanya untuk memberi senyuman yang terlihat dipaksakan. Jenis senyum yang akan dibenci Jimin sampai mati.
Hening kemudian. Jimin dan Yoongi sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
"Jimin. Apakah kau pernah merindukan seseorang?" Tanya Yoongi tiba-tiba, kali ini ia berbalik dan posisinya menghadap Jimin meskipun jarak mereka tidak terlalu dekat.
"Rindu ya?" Jimin terlihat berpikir.
"Tentu," akhirnya ia menjawab
Yoongi mengulum bibirnya.
"Apakah itu orang tuamu?" Tanya Yoongi.
Jimin tidak menjawab, berpikir mengenai orang tua, ia merasa tidak memiliki kenangan sama sekali dengan mereka. Mereka memang tidak mati ketika umurnya belia, namun keberadaan mereka yang di antara ada dan tiada membuat Jimin terkadang menganggap dirinya sebagai yatim piatu sejak lahir.
"Kurasa bukan," ujar Jimin sembari menggelengkan kecil kepalanya
"Ahh." Yoongi terlihat kecewa, lalu siapa yang dirindukan Jimin? Pikir penyihir itu. Apakah itu kekasihnya? Terkanya.
Pertanyaan Yoongi selalu mengundang kenangan masa lalu. Jimin tidak ingin mengingatnya namun ia masihlah normal dan bisa merasakan sesuatu bernama rindu itu. Ia merindukan adiknya, wajahnya yang manis dan tubuhnya yang kecil, juga celotehannya yang selalu mewarnai hidup membosankan Jimin. Ia merindukan temannya, pria-pria pejuang yang mengeluarkan darah dan keringat bersamanya. Bahkan ia rindu ketukan-ketukan ranting di jendela kamarnya karena hembusan angin malam yang nakal.
Semuanya tidak ada lagi, tidak ada yang tersisa bahkan setitik harapan pun. Semuanya sirna tak berbekas meninggalkan dirinya seorang diri. Jimin selalu ingin mati, tapi takdir tidak pernah mengizinkannya. Dan baginya itu tidak adil. Di saat orang-orang terdekatnya meninggalkannya dengan begitu mudah, menyisakan dirinya, hanya dirinya.
Perubahan ekspresi Jimin dengan matanya yang kosong membuat Yoongi merasa bersalah. Seharusnya aku tidak menanyakannya, sesal Yoongi.
"Apakah dia itu ke-"
'Grebb'
Yoongi tidak bisa melanjutkannya karena tiba-tiba sebuah pelukan menenggelamkannya. Jimin memeluknya dengan erat dan membebankan kepala bersurai abu itu ke pundaknya, membuat posisi pria itu merunduk karena perbedaan tinggi mereka.
"Jimin,"
"Biarkan seperti ini Yoongi." ujar Jimin dengan nada lelah.
Akhirnya Yoongi membiarkan hal itu. Kulitnya selalu dingin, Yoongi bertanya dalam hati apakah Jimin juga merasakan hal itu. Namun ketika pelukan itu berlangsung, Yoongi merasa hangat. Hangat dalam artian yang sebenarnya, juga artian lain yang tidak dan belum ia mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale Of The Wonder [Completed]
FantasíaYoongi adalah penyihir yang diusir dari Wizd Land, tempat di mana para penyihir sepertinya berada. Kekuatan es yang dimilikinya dianggap kutukan oleh bangsanya. Bisakah Yoongi kembali ke tanah kelahirannya sementara keberadaanya benar-benar tidak di...