Chapter XLIV

1.6K 359 158
                                    

Happy Reading!

.

.

BTS

.

Fantasy

.

"Kau tahu apa yang harus kau lakukan untuk menyelamatkan matemu itu bukan? Jimin. Kau harus membunuhku, membunuh ibumu sendiri."

Jimin menggeram, merasa muak kenapa wanita itu harus memperjelasnya. Ia benci, amat membenci bagaimana sampai sekarang, Aurel -ibunya- masih menganggapnya seperti bocah yang bisa dibodohi, dipermainkan, percaya dengan semua ucapnya yang mengandung ketidakjujuran.

"Mama janji mulai besok akan menemui Jiminie setiap hari."

Pembohong.

Nyatanya itu tidak pernah terjadi dan selalu dan selalu saja, ibunya hanya menyambanginya hanya kala bulan purnama. Mengucap dusta akan kembali esok hari ketika dirinya diambang lelap.

Kenangan manis itu, begitu pahit sekarang. Jimin tidak ingin mengingatnya lagi.

"Aku senang melihatmu semenyedihkan ini, Putraku,"

"Aku tidak sudi," Jimin mendesis dengan mata menyalak.

"Bagiku, kaulah yang paling menyedihkan di sini. Aku adalah orang yang memiliki kekuatan, pernah menggenggam kekuasaan dan aku memiliki apa yang kau inginkan," bersamaan itu api putih berkobar di kaki Jimin, melelehkan es di bawah kakinya dalam sekejap.

"Aku bahkan bisa memiliki sayap jika aku mau, Ibu," Jimin tersenyum sinis melihat kemarahan Aurel nampak mulai tersulut -lagi- karena pembicaraan tentang sayap sangatlah mengusik wanita itu.

"Aku tidak semenyedihkan dirimu yang mendamba sepasang sayap sehingga memilih berubah menjadi merpati. Aku tidak sepengecut dirimu yang meringkuk di balik punggung siluman dan bersembunyi di dunia mereka," sebab Phant World adalah wilayah yang tidak bisa ditembus bahkan oleh malaikat.

Jimin tahu bagaimana Aurel melakukan semua itu, menerobos Eden, mengambil kekuatan salah satu malaikat musim dingin dan juga kekuatan gelap yang kini dimiliki wanita itu yang seharusnya, tidak memiliki apa pun yang tersisa darinya setelah dijatuhi Hukuman Langit.

Ibunya bersekutu dengan iblis, tidak mungkin tidak dan dia hidup dengan wujud -mirip- siluman itu atas bantuan Ratu Chaerin. Siluman ular itu pastilah berada di balik semuanya, si licik yang pandai melakukan manipulasi.

"Semuanya tidak akan selesai meskipun kau membunuhku, Jimin Park,"

Jimin tahu itu.

Dan ia benci ketika sebagaimanapun kejamnya wanita itu dan sebesar apa pun ia membenci, tidak bisa mengubah fakta bahwa Aurel adalah ibunya.

"Kau tahu kenapa? Karena jika aku mati, matemu juga akan mati."

Jimin membeku, dalam waktu itu Aurel memanfaatkan dengan baik dan menyerang pria itu.

.

.

.

Jin berlutut di hadapan sang Ratu, memberikan hormat dan Roxane tahu apa yang membuat salah satu tangan kanannya itu begitu resah dan terburu-buru.

Namun, seperti biasa, ia ingin mendengar sendiri maksud dari kedatangan Jin.

"Apa yang membawamu menemuiku?" Wanita itu bertanya dengan lembut.

Tale Of The Wonder [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang