Bagian 2

19K 186 3
                                    



Sepanjang perjalan aku tak berhenti berdoa pada yang maha kuasa, sedangkan Om Sudjito sepertinya sudah begitu tak kuat menahan konaknya.

Sesekali tangannya meraba pahaku, sering pula dia mencubit pipi, dan menjulurkan lidahnya, seakan ingin segera menelanku bulat-bulat. Raut wajah berminyak itu terlihat sangat menjijikan.

Sesampainya di sebuah hotel mewah, hatiku semakin tak karuan, takut, bingung, sedih dan putus asa menyatu di dada yang sudah sangat sesak ini, Menangis... Air mata ini sudah mengering, tangisan hanya membuat aku semakin rapuh dan tak berdaya.

Mungkinkah malam ini menjadi malam terakhir untukku dalam mempertahankan kehormatan ini?
Ya Allah, begitu susahnya bertahan dari hal nista di dunia ini sekarang.

“Manisku, ayolah aku sudah membayarmu dengan mahal, jangan sia-siakan malam ini.” Hembusan nafasnya yang memburu membuatku bergidik

“Zahra, jka kau bisa memberiku kepuasan lebih, maka akan kuberikan tips yang bisa kau belikan apa saja yang kau inginkan.” Tangan pria itu sibuk memainkan rambutku dari belakang

“Om enggak minum dulu, biar lebih kuat.” Kataku mengalihkan perhatiannya dari tubuhku

“Pintar juga kamu, Manis.” Jawabnya menjawil daguku, lalu memencet tombol sambil mengucapkan pesanannya.

Tak berapa lama, pelayan datang dengan membawa beberapa minuman dlam botol dan dua buah gelas cantik, serta buah-buahan segar, tak lupa bongkahan es batu nampak diatas mangkuk dengan ukuran agak besar.
Setelah memberi tips yang lumayan banyak pada si pelayan, pria itu melanjutkan aksinya

Pria paruh baya yang seharusnya saat ini berada bersama anak istrinya di rumah terus menciumi punggungku dengan rakusnya. Hingga air liurnya terasa lengket di kulitku.

“Om, aku ke toilet dulu ya, enggak tahan nih.” Kata-kataku menghentikan aksi ganasnya

“Oke Manis. Tapi jangan lama-lama ya.” Sekilas kulihat pria tambun itu mulai melucuti pakaiannya

“Om minum saja dulu.” Tergesa aku masuk ke toilet

Aku terkejut, saat melihat bercak darah yang sudah membasahi celana dalam yang aku pakai, padahal ini bukan jadwal tamu bulananku.

“Ya allah, apakah ini pertolongan darimu?” desisku, antara bingung dan bahagia, secercah harapan terbersit di benakku.

Dengan gontai aku berjalan keluar toilet, jantungku berdegub semakin kencang

“Manis, ayolah, kenapa kau hanya berdiri saja disitu?” Om sudjito membuka dua lengannya, mungkin berharap aku akan segera datang kedalam pelukannya.

“Om, Maaf ya, aku…aku datang bulan.” Jawabku dengan bibir bergetar, bagaimana jika Om Sudjito tetap minta kulayani meski dalam keadaan kotor begini, dan pastinya ini kan lebih menjijikan dari sebelumnya.

“Apa? Kamu Lagi Mens?” Pria itu melotot padaku
Aku mengangguk

“Ya Tuhan! Hancur sudah semuanya.” Umpatnya.

Heran, Pria seberengsek ini masih bisa menyebut nama Tuhan saat dia gagal melakukan perbuatan bejadnya, Miris sekali.
Lalu dia meneguk beberapa gelas minuman dengan raut wajah kesal.

“Zahra, kali ini kuberikan keringanan padamu, tapi ingat Minggu depan, akan kuminta jatahku kembali pada Luki. Tapi setidaknya aku bisa mencumbumu saat ini, kemarilah, Sayang.” Tangannya merengkuh bahuku.

Aroma alkohol menyengat, membuat perutku mual

“Ayolah, tariff kamu itu ratusan Juta, biarlah Om mencicip bagian tubuhmu yang lain, jika malam ini Om gagal menikmati keperawananmu.”

AKU ZAHRA Where stories live. Discover now