Bagian 5

10.1K 135 2
                                    

"Selvi, jaga dia, awas kalau sampai kabur atau keluar di bawa oleh siapapun! Pekerjaanmu taruhannya." Dengan kasar pak Winangun mendorongku.

"Baik Bos!" Selvi, teman sekamarku menjawab dengan penuh rasa takut

"Pikirkan kembali tawaranku, Zahra, atau kau dan keluargamu akan menyesali semuanya." Nada yang sarat dengan ancaman diucapkan kasar, sebelum tubuh pria itu beranjak pergi

"Apa yang terjadi Ra? Bukannya kemarin malam kamu dibawa pergi sama Anaknya si Bos?" Selvi mendekat

Aku menggedikan bahu

"Abi membawamu kemana?"

"Ke rumahnya."

"Ya ampun Zahra! Kamu malah datang ke sarang macan?"

"Mana aku tau kalau Abi anaknya pak W inangun, secara aku baru bertemu dengannya."

"Lalu apa yang terjadi? Apa Abi dan Pak Winangun bertengkar?" Selvi terus bertanya

"Tidak, pak Winangun membawaku saat Abi tidak ada di rumah."

"Pasti udah kayak di film ya, Ra. Kamu diseret-seret gitu."

"Kok tau?"

"Aku juga sama, saat dulu kabur dari sini, ketemu ya diseret juga."

"Dia memang bajingan berdasi."

"Apalah itu Ra, tapi sekarang aku butuh pekerjaan ini. Itu sebabnya saat pak Winangun menyuruhku untuk jagain kamu aku harus patuh, makanya kamu jangan bandel lagi ya, nurut sama aku." Selvi tersenyum kecut

"Kita terjebak disini Sel, tapi aku yakin kok suatu saat aku pasti bisa keluar dari tempat menjijikan."

"Kamu mungkin iya, Ra, tapi tidak denganku." Tiba-tiba wajah Selvi menajdi sendu

Wanita muda berkulit putih, montok, bibir laksana Angelina Jolie, serta mata mata sipit mirip orang Tionghoa dengan rambut agak ikal itu tersenyum kecut.

Selvi memang laris di klub ini, tubuhnya yang padat berisi, serta ukuran dada yang lumayan besar membuat semua mata tak mau lepas darinya, pelanggannya selalu mengantri, dia tak pandai menyanyi, suaranya cempreng, bisa membuat gendang telinga pecah kalau bernyanyi, namun Selvi terkenal akan keahliannya bergoyang hot nan erotis, maka suara cempreng pun tak menjadi masalah baginya. Dia juga pintar merayu, ditambah pakaian yang dikenakannya begitu terbuka hingga menambah hasrat para pria hidung belang untuk bisa mencicipi dahsyatnya wanita yang memiliki kerlingan mata maut ini.

Buaya tak bersisik itu memang tak berniat mendengarkan nyanyian, mereka hanya mencari kepuasan dan penyaluran hasrat birahi, uang bukan masalah besar bagi mereka.

Berbeda denganku yang hanya bermodal suara, tubuhku laksana pohon pisang, kaku saat bernyanyi, ditambah aku selalu menolak untuk berpakaian seksi.

Tip yang kudapatkan dengan yang didapat Selvi berbeda jauh, dalam semalam Selvi bisa mendapat lima ratus bahkan hingga jutaan rupiah, sedangkan aku, Cuma seperak dua perak, itupun jika ada pengunjung yang baik hati rela nyawer tanpa harus menyentuh tubuhku.

Selain mendapat tip Selvi juga digaji perbulan, sedangkan aku tidak, gajiku dipotong untuk melunasi tanggungan hutang Bapak. Yang kukirimkan pada Ibu hanyalah hasil tip dari pengunjung klub saja, itupun tak seberapa.

"Ibuku ingin punya rumah baru, perhiasan, sawah dan ladang yang banyak Ra, adiku yang ke dua juga akan kuliah, Bapak ngotot pengen pergi haji." Selvi menunduk

"Apa Sel? Pergi haji?" Aku tersentak, Selvi mengangguk

"Uang hasil begini pake pergi haji Sel?" keningku berkerut

AKU ZAHRA Where stories live. Discover now