Rindu itu Ada
Jangan lupa vote bintang ya Guys!
Mataku terpaku pada sosok yang tegap berdiri di depan pintu.
Mati-matian kutahan pijaran rindu yang memancar dari sorot mata. Deburan di dadaku seakan tak mampu menahan semua rasa yang makin menyeruak menembus batas yang ada.
"Stev." bibirku bergetar kala menyebut namanya.
"Apa kabar nyonya Steven?" seulas senyum menghiasi bibir tipis itu.
Aku memukul dadanya pelan.
Steven meraih tanganku.
"Stt! Ada ibu, nanti kita langsung dibawa ke penghulu." bisiknya.
Ujung jarinya menyentuh pipiku yang kini mungkin bersemu merah.
"Masuk."Ujarku cepat.
Aroma musk jantan tercium dari tubuhnya, aroma yang diam-diam begitu kurindukan. Menusuk pori-pori penciumanku.
Wajah sumringah, senyum tengil, khas pemuda ini mengobati gemuruh rindu yang semakin riuh tak terkendali.
Lagi dia tersenyum saat mencuri pandang ke arahku.
"Kangen ya?" ucapnya lembut, dia mengacak poniku.
Aku menggelengkan kepala.
"Jelek." Aku cemberut.
"Tapi ngangenin kan?" tanyanya lirih.
Kucubit pinggangnya gemas, dia tergelak, meraih jemariku menggenggamnya erat.
Kami bicara banyak hari itu, sesekali tawa kami berderai.
Tapi aku khawatir jika ibu tiba-tiba datang dan kembali memperlakukan Stev seperti biasa.
Waktu begitu terasa cepat berlalu. Secangkir kopi yang kuhidangkan tandas sudah.
"Aku kangen kopi buatanmu, Ra."
Aku melengos.
"Kenapa baru datang sekarang?"
"Ketauan deh, kalau kamu nungguin aku."
"Ist, pede amat kamu?"
"Harus dong, cewek mana coba yang tidak akan tergoda dengan ketampananku?" Stev merapikan rambutnya, matanya berkedip genit.
Tapi terlihat menawan, namun aku gengsi mengakuinya."Sok kecakepan." aku mendengus.
Dia terbahak.
Tuhan! Seandainya kebersamaan ini tak akan berakhir. Seandainya... Dan Seandainya!
Beribu kata seandainya memenuhi kepalaku.
Rasanya berat melepas pria tengil ini pergi lagi.
Kami saling menatap, debaran aneh kembali menyeruak di dadaku.
Pipiku merona saat mata kami beradu.
Getaran ini semakin tak terkendali saja.
Stev, apakah ini cinta? Atau hanya sekedar rasa takut kehilangan saja? Tuhan mengapa rasa nyaman saat bersama dia begitu terasa, seoalah tak mau waktu bersamanya ini berakhir.
Aku melirik jam dinding, mungkin sebentar lagi ibu pulang, pikirkku.
"Kenapa sih liatin jam melulu?"
"Enggak kok."Jawabku jengah.
"Takut ya, tiba-tiba ibu pulang trus kita ke gep?"
"Enggaklah, kita kan gak ngapa-ngapain."

YOU ARE READING
AKU ZAHRA
Roman d'amourZahra, seorang gadis yang berjuang untuk meraih bahagia, mempertahankan kesucian dari tangan-tangan para pencari nikmat duniawi sesaat. Penuh intrik, derai air mata serta ketulusan yang akhirnya membawanya bertemu dengan dua pria yang teramat mencin...