"Ra, Kamu baik-baik saja kan?" Trisia menghampiriku sebelum
"Iya, memangnya kenapa Mbak?"
"Ponselmu kenapa kok mati?"
Aku tersenyum, memang hapeku lowbat dan aku hampir tak memperdulikannya, mungkin karena kau terlalu bahagia bertemu dengan Abi.
Lalu kulirik ponsel yang kini tengah diisi ulang baterenya"Kok malah senyum-senyum sendiri sih, dapat tip banyak ya dari Om Hartono?" Trisia mendelik ke arahku
"Bukan Mbak." Aku menggeleng
"Lalu kenapa?" tampaknya Trisia mulai penasaran
"Panjang ceritanya, Mbak, nanti saja ya aku ceritain, sekarang aku lelah ngantuk banget." Ujarku sambil menguap lebar
"Oke deh kalau begitu, tapi jangan lupa ya, ceritain." Dia mengedipkan mata cantiknya, aku kembali mengangguk."Jangan lupa hidupin hapenya, takutnya Mami ada perlu, soalnya dia tadi nanya kamu sudah pulang apa belm?"
"Oke mbak."
Trisia berjalan keluar kamar
Kuhidupkan posel yang tadi sempat mati karna lowbat
Nampak ada beberapa panggilan tak terjawab dari sebuah nomor, aku berdebar seketika, apakah ini nomor Selvi, atau...?"
Dengan agak gemetar kusentuh nomor itu lalu aku meamanggilnya
"Hallo, Assalamualaikum." Terdengar suara seorang anka lelaki yang sangat kukenal"Waalikum salam...Adek!" Jeritku tanpa sadar
"Kakak, benarkah ini Kakak?"
"Iya, sayang ini Kakak, apa kabar? Mana Ibu?" Tanyaku antusias"Kami baik kak, Pak Winangun sudah mengembalikan Rumah, kebun dan kolam ikan kita, sekarang kami tinggal di rumah kita yang dulu, malah besok Ibu mau ngadain acara syukuran Kak."
"Pak winangun mengembalikan semuanya?" gumamku
"Iya kak, Pak Winangun sekarang sering datang ke rumah, malah kami juga sempat datang ke rumah sakit menjenguk Kak Abi." Adikku nyerocos
Aku tertegun sesaat"Kakak baik-baik saja bukan, ini Ibu kak." Ponsel beralih
"Zahra, sayang." Terdengar suara seorang wanita yang terisak haru
"Ibu." Jeritku
"Iya ini ibu sayang."
"Ibu sehat?"
"Ibu baik-baik saja, kamu bagaimana Nak, kamu sudah bertemu Pak Winangun?"
"Sudah Bu,"
"Bagaimana Keadaan Nak Abi, Ibu tak berhenti mendoakannya,"
"Ibu sudah melihatnya?""Sudah sayang, Ibu sudah bertemu dengannya, dia adalah lelaki yang pantas untuk jadi pendampingmu, Abi rela mengorbankan hidupnya untuk kebahagianmu, Zahra."
"Iya Bu,"
Aku terisak, teringat akan wajah Abi
"Zahra, sepanjang hari Abi hanya menyebut namamu. Ibu tak mempercayainya sebelum Ibu melihat sendiri kondisi pria itu di rumah sakit.""Apa Ibu bertemu mamanya Abi juga?"
"Iya Sayang, Mamanya Abi yang menjemput kami kemari, dan dia juga yang meminta setiap malam jum'at diadakan pengajian khusus untuk mendoakan kesembuhan Abi disini, di rumah kita."
Aku terdiam, begitu banyak hal terjadi setelah kepergianku"Kapan kamu pulang. Sayang?"
Aku tak bisa menjawabanya, karna kau tau bukan hal yang mudah untuk bisa lepas dari rumah cantik ini
"Zahra, segeralah pulang, mungkin sudah waktunya kita hidup bahagia.""Iya, Bu. Doakan saja biar Zahra cepat pulang."
"Ibu tak pernah berhenti mendoakanmu, Sayang."
"Bu, sudah dulu ya, Nanti Zahra telpon lagi, yang penting Ibu dan Adik-adik sekarang baik-baik saja."
"Zahra, bantulah Nak Abi untuk sembuh, segeralah menikah dengannya." Ujar ibu sebelum telpon terputus
Semoga bu, semoga secepatnya kami menikah, akupun berharap semuanya cepat terlaksana.
Aku terlelap dalam kungkungan mimpi, asa dan harapan indah akan hidup berdampingan bersamanya.
***
Waktu berjalan dengan cepat, Steven selalu mengajakku untuk menemui Abi di rumah sakit, ternyata keluar dari rumah cantik tidak semudah yang kusangka, walaupun Pak Winangun sudah menjamin jika aku tidak akan membocorkan segala aktivitas yang pernah terjadi di rumah cantik milik Mami Luki ini.
Namun, Mami Luki tetap tak mengijinkan aku untuk segera bebas dari sana, dengan banyak alasan yang dikemukakan.
Ya, aku tau, kami banyak tau rahasia bobroknya para pejabat dan para pengusaha yang ternyata sering datang mencari kenikmatan semu ditempat ini, mereka juga bekerja sama untuk bisa menikmati bisnis yang di kelola oleh Sang Mami. Dan itu yang jadi pokok utama kenapa tak semudah membalikan telapak tangan untuk bisa lepas dari cengkraman rumah ini."Kamu terlalu banyak tau tentang kami, Zahra." Ujar Mami Luki saat Pak Winangun bersikeras akan membawaku
Setelah berdebat sengit, dua manusia yang saling memahami bisnis kotor itu sepakat, jika aku akan keluar dalam waktu yang telah ditentukan oleh sang Mami.
"Kita lihat saja nanti, apa gadis itu bisa menepati janjinya." Mami melirik ke arahku
"Aku jamin semua itu. Karna dia ada dalam pengawasanku." Pak Winangun balik menatap Mami Luki"Aneh, sekali dia gadis yang bekerja ditempat kotor, tapi kenapa kamu ngotot ngangkat dia jadi mantumu?"
"Kalau bukan karna putra kesayanganku yang begitu mencintainya, aku sendiri punya harapan jika aku bisa memiliki menantu dari kalangan oarng-orang terhormat."
Aku mendengarkan apa yang mereka bicarakan, hanya sesak ketika aku menydarai jika lembah terkutuk itu ternyata meninggalkan noda hitam yang tak akan pernah bisa dihapus oleh apapun.
"Tapi aku sadar diri, jika semuanya ini berawal dari kesalahanku, Zahra tak bersalah, karna aku lah yang menjerumuskannya pada pekerjaan kotor ini, dan mungkin ini sebuah peringatan dari Tuhan untukku." Pak winangun menarik nafas berat
Mami Luki pun tak menjawab, sekilas dia menatapku yang menunduk
"Baiklah Luki, aku berharap semoga kamu bisa segera memberiku kabar baik, karna Kami sangat membutuhkan Zahra."
Pak Winangun bangkit dan menjabat tangan Mami Luki"Semuanya butuh proses Teddy." Mami mbalas menjabat tangan Pria itu
Aku mengerutkan dahi, kok bisa Mami menyebut Pak winangun dengan panggilan 'Teddy'.
"Zahra, Om pulang dulu ya, Kamu masih harus disini, nanti kalau Mami Luki sudah mengizinkan, Om akan segera mejemputmu."
Aku mengangguk"Jangan berikan dia pada siapapun, kecuali jika Steven yang membawanya, dan aku akan membayar ganti rugi atas hal itu."
Mami mengangguk, mereka berjalan beriringan keluar ruangan, aku menatapnya dengan tatapan bingung.
YOU ARE READING
AKU ZAHRA
RomanceZahra, seorang gadis yang berjuang untuk meraih bahagia, mempertahankan kesucian dari tangan-tangan para pencari nikmat duniawi sesaat. Penuh intrik, derai air mata serta ketulusan yang akhirnya membawanya bertemu dengan dua pria yang teramat mencin...