Bagian 3

14.2K 150 5
                                    

Dengan motor besarnya, pria itu membawaku ke sebuah rumah yang terbilang mewah, halaman luas yang dipenuhi berbagai tanaman, serta bunga-bunga yang terlihat jelas indahnya saat lamu-lampu taman menyinari, air mancul mungil membuat suasana rumah semakin menawan. Sayang kondisiku sedang dalam keadaan seperti ini, jika tidak, aku akan berlari kearah bunga-bunga cantik itu untuk sekedar mencium aroma harumnya.

Dulu, rumah kami pun sama, dipenuhi berbagai macam tanaman, baik itu bunga dan buah-buahan, ditambah ibuku senang sekali menanaman obat-obat tradisional, sejenis herbal. Hingga hampir seluruh tetangga selalu memita pada Ibu ketika mereka membutuhkannya. Ibu juga wanita yang sangat senang membantu orang lain.

Setiap hari ada saja yang meminta tanaman hasil kebun mini Ibu, seperti beluntas, kemangi, daun sirih, daun kelor, antanan dan yang lainnya. Ibu pun sangat pandai menjelaskan segala manfaat dari tanaman herbal itu.

Ah! Aku jadi baper jika mengingat semuanya

"Masuk!" Suaranya mempersilahkan masuk, membuyarkan lamunan panjangku

Aku termagu didepan pintu yang terbuka lebar

"Ayolah, ini rumahku, disini tidak ada orang jahat kok." Kini dia kembali memamerkan senyum manisnya lagi.

"Tapi..."

"Kamu masih takut aku juga jahat seperti mereka? Oke sebentar aku panggil Mama dulu ya, biar kamu yakin kami orang baik." Tanpa menunggu anggukan kepalaku dia berlalu kedalam rumah.

Tak berapa lama, dia kembali bersama seorang wanita berparas menawan, walau usianya mungkin sudah kepala lima, tapi terlihat masih cantik, dengan kulit bersih, hidung mancung, serta postur tubuh maksimal layaknya model, profosional banget malah.

"Ya ampun Abi, kenapa kamu biarin gadis ini berdiri di luar, ini kan malam, bisa masuk angin, Sayang." Gaya bicaranya Khas ibu-ibu

"Dia gak mau mau masuk Ma, mungkin dikira aku tinggal sendirian disini."

"Ah, kamu bisa aja, Sini sayang, kita masuk," Wanita itu menarik tanganku

Aku gelagapan, sikap wanita itu yang sangat bersahabat, sedikit mengusir rasa khawatirku

"Abi, siapa Namanya? Kok enggak dikenalin sih?"

"Aku aja belum kenal dia Ma." Tukas Abi nyengir, mengerling kearahku

"Gimana ceritanya sih, kamu ngajak anak orang main ke rumah tapi kamu enggak tau siapa namanya? Jangan-jangan dia korban aksi nakal kamu dijalanan?" Cerocos Mama sambil mengerutkan dahi

"Ceritanya panjang Ma, besok deh Abi ceritain, sekarang Mama ajak dulu istirahat, kalau bisa gantiin bajunya sekalian." Abi menutup mulut Mamanya

Aku tersenyum simpul, melihat kedekatan dua mahluk asing yang baru kukenal.

"Ayo Sayang, Mama antar kamu ke kamar." Lagi, wanita itu menuntunku menuju sebuah kamar berukuran besar.

"Sebentar ya, Mama ambil baju dulu." Terdengar aneh sih saat wanita itu memintaku memanggilnya Mama, tapi entahlah, aku suka mendengarnya.

Tak berapa lama dia kembali dengan dua buah piyama yang masih berlabel

"Ini piyama lama Mama, tapi bukan bekas kok, pasti cantik kalau kamu yang pakai." Diulurkannya benda itu padaku.

"Istirahat ya, pastinya kamu sangat lelah." Aku mengangguk, sekilas membalas senyum wanita ramah itu padaku

Aku merebahkan tubuh disebuah ranjang mewah, ruangan beraroma klasik, semuanya begitu rapi dan bersih. Rasanya aku masih tak percaya jika aku bisa melewati malam yang sangat menakutkan dan berakhir di tempat ini.

AKU ZAHRA Where stories live. Discover now