Bab 22

3.7K 54 4
                                    

Rasa Yang Berbeda

Kepalaku serasa dipenuhi kenangan bersama Steven.

Terlebih saat kami menemui keluargaku untuk pertama kalinya.

Steven datang pagi itu untuk menjemputku dan bertemu ibu, ya Mami Luki hanya memberi akses itu pada Steven, sesuai permintaan pak Winangun, calon mertuaku.

"Cantik sekali kamu pagi ini, Cinta." matanya tak berkedip saat melihatku pagi itu.

Bisa tidak matamu tak menunjukkan betapa kotor isi kepalamu itu, Stev." dengusku kesal. Tak kuhiraukan pandangan nakalnya.

"Ayo Jalan!"

"Ra, bisa kan kamu bertingkah sedikit manis padaku?" sorot mata itu penuh harap.

"Laki-laki seperti kamu biasanya dikasih hati minta jantung."

"Sorry, Cinta, aku tak suka jantung dan hati, bagiku lebih enak dada dan paha." dia terkekeh geli.

Aku cemberut, pintar sekali dia mengalihkan perhatianku.

"Kamu kira aku ayam goreng?" geramku.

"Bukan, aku selalu menganggapmu wanita spesial, sayangnya kalau ponsel kamu itu merk jadul, agak lemot, susah nangkep jaringan 4G. Jadi sinyal hatiku tak bisa  terdeteksi."

Dia terbahak sendiri. Menyebalkan memang.

"Aku malas debat sama kamu, nyebelin."

"Tapi ngangenin kan? Hayo ngaku."

Aku pura-pura mau muntah.

"Pede banget kamu."

Dia tak membalas, hanya tersenyum ke arahku, mengemudikan mobil dengan pelan.

"Itu apa?" mataku menatap beberapa paper bag, di jok belakang.

"oleh-oleh untuk calon mertua."

Aku tertegun.

Stev aku tak sempat memikirkan itu, ah si Tengil kadang membuatku baper.

"Tidurlah nyonya Steven, perjalanan panjang ini akan membuatmu lelah."

Stev memutar musik, kali ini lagu dangdut, yaps Rhoma Irama kini jadi pavoritnya.

"Aku mau denger lagu mandarin." ujarku cepat.

Kembali dia tersenyum, mengganti musik dangdut dengan lagu mandarin.

Si Konyol ikut bernyanyi, entahlah, kini aku suka suaranya, terdengar lembut dan menenangkan hati.

Sesekali aku melirik pria itu, dia khusu menyetir, sesekali menggigit bibir merah basah miliknya, Ah, hatiku berdebar tak menentu.

"Aih, ada yang iseng nyuri pandang rupanya." ujarnya saat menangkapku sedang melirik ke arahnya.

"Geer."

"Akui saja lah."

"Stev, aku penasaran cewek seperti apa yang akan jadi jodohmu?"

"Seperti kamu." jawabnya cepat. Membuat dadaku berdebur kencang.

"Mana percaya aku sama omongan ngaco kamu."

"Suatu saat kamu akan percaya kalau aku tak pernah membohongimu.'

"Terserahlah."

"Nyantai aja Nyonya Steven, takusah lah kau pikirkan sekarang, jika kita berjodoh lautan dan gunung pun tak akan mampu memisahkannya."

"Sok puitis, Hm! Ada ya cowok nyebelin kek kamu di dunia ini."

"Kegantengan ya?"

"Tuhan! Pedenya itu unlimited banget."

AKU ZAHRA Where stories live. Discover now