Awalnya Memang Abi hendak memilih jalur laut, namun karena terbatasnya waktu, akhirnya jalur udara menjadi pilihan kami.
Pengalaman pertamaku naik pesawat benar-benar tak menyenangkan, apalagi saat membayangkan berada di ketinggian ribuan kaki, mendadak kepalaku merasa pusing, pandanganku pun mulai berkunang-kunang.
Aku tak bisa mengungkapkannya pada Abi, Malu dan segan rasanya, sudah cukup aku membebaninya dengan masalah ini.
Sepanjang Perjalan kami tak banyak bicara, hanya saat pesawat mengudara, Abi memegang erat tanganku, seolah berkata jangan takut, semua baik-baik saja.
Aku tersenyum, apakah wajahku sepucat dan terkesan ketakutan, hingga pancaran mata Abi menyatakan itu semua.
Atas perintahnya akupun berusaha memejamkan mata, menentramkan hati yang dibalut takut dan khawatir berlebih saat berada diketinggian.
***
Setelah kami keluar dari Bandara internasional Hang Nadim, Abi menyetop taksi yang kini membawa kami menuju tempat yang disebutkannya, Bukit senyum, Kecamatan Batu Ampar, hanya itu yang kudengar disela pusingnya kepala yang kurasa
"Sepertinya kamu phobia ketinggian ya?" tanyanya
"Entahlah." Aku memijit kepala yang masih terasa berdenyut.
"Aku lihat tadi kamu tidak menikmati perjalanan sama sekali." Ujarnya
"Aku takut, Bi"
"Pusing kan kepalanya, mau berhenti dulu?"
Aku menggeleng, rasanya ingin cepat tiba di tempat tujuan
Aku tak menolak, saat Abi meraih tubuhku agar bersandar di bahunya, entah karna kepalaku yang terlalu pusing atau memang karna aku juga membutuhkan sebuah sandaran agar penat dan lelah ini bisa berkurang.
Sepanjang perjalanan dia terus memijit kepalaku pelan, namun terasa sangat nyaman, aku sampai terharu dibuatnya, betapa sentuhannya saat ini begitu membuatku merasa damai
Kami tiba di sebuah rumah sederhana, di depan gerbang tertulis nomor 57
"Ini Mas rumahnya." Sopir taksi memberhentikan mobilnya
"Oh, Iya ini."
Abi mengajakku turun, sementara sopir taksi menurunkan barang dari bagasi
Setelah membayar sesuai Argo, Abi membuka gerbang
"Ini rumah siapa, Kok gerbangnya Enggak di kunci?" Tanyaku
"Ini rumah temanku, Ra, kami satu kossan saat kuliah dulu."
Aku mengikuti langkah Abi memasuki halaman rumah
Sesampainya di pintu Abi nampak clingukan mencari sesuatu
"Kamu nyari apa sih?"
"Kunci Ra, katanya di taruh dekat di bawah Pot bunga warna hitam, taunya pot bunganya hitam semua nih, Bingung aku."
"Aku bantu cari ya." Segera kususuri satu demi satu Pot yang berjejer rapi hasilnya nihil
"Coba baca lagi pesannya Siapa tau ada yang kelewat."
"Iya Ra, di bawah pot hitam, pojok teras." Abi tertawa sambil menepuk dahinya
Segera aku berjalan pada pot yang ditunjuk Abi
"Ini." Kuulurkan kunci padanya
Kami masuk secara bersamaan
"Istirahat ya, ra, besok kita harus beres-beres rumah, ini tempat tinggal kita sementara doang kok, setelah mobilku terjual, kita segera pindah."

YOU ARE READING
AKU ZAHRA
RomansaZahra, seorang gadis yang berjuang untuk meraih bahagia, mempertahankan kesucian dari tangan-tangan para pencari nikmat duniawi sesaat. Penuh intrik, derai air mata serta ketulusan yang akhirnya membawanya bertemu dengan dua pria yang teramat mencin...