(Selamat pagi cinta, jika ada hal yang indah dan sempurna dari dirimu, aku tak mau tau, karena bagiku kaulah keindahan dan kesempurnaan itu)
Si Tengil Steven memperbaharui statusnya pagi ini.
Tanganku gatal ingin mengomentarinya, namun sekuat hati menahan agar aku tak sampai melakukannya.
Entahlah, apakah status itu untukku? Atau wanita lain yang kini tengah ada dalam hatinya, yang jelas aku berdebar saat membacanya. Mengapa aku jadi wanita yang mudah terbawa perasaan setelah mengenal bocah ini.
Belum tentu juga itu untukku, bukankah dia pernah bicara jika hidupnya banyak dikelilingi wanita? Lagi pula apa pentingnya untukku, toh sekarang aku akan jadi istri Abi.
Tapi benarkah semudah itu? Mengapa hati ini seolah tak menerimanya? Hati tetaplah hati dan aku tak bisa membohonginya. Semakin aku berusaha melupakan dia, semakin bayangnya memghantui langkahku.
Steven! Aku mohon, pergilah dari hidupku!
Biarlah rindu ini terkurung disini, dihempaskan kenyataan.
Biarlah cinta ini berlayar tapi tak sampai dan menepi di dermaga hati kita.Jika kita memang berjodoh, dan ditakdirkan untuk hidup bersama maka tak ada yang akan bisa menghalanginya, walau pun kau berada dalam sudut tergelap dalam hatiku.
Hanya aku yang tau jika ada cinta di hati ini untukmu, saat ini mencintaimu adalah kesalahan fatal yang bisa membuat seseorang kecewa.
Aku munafik bukan? Mencoba menutupi rasa ini darimu, darinya dan dari mereka. Hanya Tuhan yang tau, betapa besar usahaku menepis rasa ini agar menjauh pergi dari hatiku.
-------
"Ra, aku mau bicara serius denganmu."
Ucap Abi lewat telpon sore itu, aneh, namanya terdengar berat, seperti menahan beban saat mengucapkannya.
Aku mengiyakannya, walau hati dipenuhi tanda tanya besar.
Apa Abi tau perasaanku pada Steven? Siapa yang mengatakan semuanya? Ibu atau si Tengil itu? Oh Tuhan, hatiku jadi tak karuan.
Abi menjemputku, dia ditemani sopir pribadi papanya.
"Ra, sebelumnya aku minta maaf, jika ucapanku akan sangat menyakiti hatimu."
Aku menatap wajah teduh yang terlihat gelisah itu.
Ada banyak hal yang ingin disampaikannya, bola mata hitam itu meredup seolah tengah resah luar biasa.
Sesekali dia menarik nafas berat.
"Ra, maafkan aku." ulangnya.
"Aku bingung, Bi, apa yang harus kumaafkan?"
"Aku Ra, aku."
"Tapi kenapa, Bi?"
"Pernikahan kita harus dibatalkan, Ra." ujarnya terbata. Bibirnya bergetar saat mengucapkan kalimat itu.
"Jangan bercanda, Bi, itu gka lucu."
"Aku sama sekali tak bercanda, Ra, nanti papa yang akan bicara pada ibumu, sebelumnya aku minta maaf."
Aku tertegun, dadaku serasa sesak.
Kepalaku mendadak berputar tak karuan.
"Ra, maaf sekali lagi, aku tak bisa menikah denganmu."
"Kenapa Bi, kenapa?" air mata mengalir deras dari kedua mataku.
Aku tak lagi bisa menahan tangis kali ini.
"Jangan menangis sayang, aku mohon." tubuh Abi pun sama bergetarnya.
Dia berusaha menarik lenganku, namun kukibaskan dengan kasar.
"Apa maksudmu? Bukankah kau yang ingin pernikahan ini dipercepat? Lalu ini apa?" hardikku keras.
"Ra. Ini diluar kendaliku."
"Apa selama ini kau hanya mempermainkanku, Bi?"
Abi tak menjawab, matanya memerah. Dia berkaca-kaca.
Tapi aku tak mempedulikannya.
"Pengecut kamu, Bi. Aku benci, sampai matipun akan kuingat semua perlakuanmu padaku hari ini."
"Aku memang miskin Bi, tapi bukan berarti bisa seenaknya mempermainkan hidupku." ujarku setengah menjerit.
"Maksudku bukan begitu Ra."
"Lalu apa? Apa Abi?"
Abi menunduk. Tangannya mengepal
"Kau sama brengseknya dengan papamu, kalian brengsek." ucapku berapi-api.
Kali ini aku lupa, jika pria ini yang telah mengorbankan hidupnya untukku.
Aku berdiri, bergegas membuka pintu mobil.
"Ra, dengarkan dulu semuanya, aku tak bermaksud menyakiti hatimu." Abi berusaha mencegahku keluar, tapi kau tak menghiraukannya.
Tuhan! Apa yang harus kukatakan pada ibu dan keluarga besarku, sedangkan mereka begitu bersemangat dengan acara pernikahan kami.
Brengsek!
Bajingan kamu bi, aku benci kamu bi, benci!
Pandangan mataku berkunang-kunang, hampir saja pingsan, jika tak segera mencoba menenangkan diri demi ibu dan keluarga yang pasti akan lebih shok mendengarnya.
Bersambung.

YOU ARE READING
AKU ZAHRA
RomanceZahra, seorang gadis yang berjuang untuk meraih bahagia, mempertahankan kesucian dari tangan-tangan para pencari nikmat duniawi sesaat. Penuh intrik, derai air mata serta ketulusan yang akhirnya membawanya bertemu dengan dua pria yang teramat mencin...