Bagian 8

7.9K 119 1
                                    

Nasib baik sepertinya masih enggan mendekat padaku, buktinya aku kembali harus terkurung disini, sebagai wanita panggilan dari seorang mucikari yang terkenal di kalangan konglomerat.

Mami Luki, wanita yang menemukanku saat aku tak sadarkan diri ternyata seorang pemilik Bar dan Karaoke serta bisnis salon dan spa yang juga menyediakan layanan para wanita muda yang siap diajak naik ke ranjang dengan bayaran tinggi

Pelanggannya pun bukan orang sembarangan, mereka rata-rata para pengusaha kelas atas, orang kaya dan para pejabat yang membutuhkan belaian hangat dari wanita muda yang cantik dan mempesona.

Disini aku dan teman-teman tidak berhias layaknya PSK murahan dengan dandanan menor, bergincu tebal dan berpakaian seronok. Namun, kami disini wajib berpenampilan elegant, menarik, luwes serta sopan santun, karna hampir semua langganan Mami Luki adalah orang-orang berduit dan berpendidikan tinggi.

Trisia contohnya, siapa yang akan menyangka wanita cantik, pintar sepertinya adalah perempuan panggilan yang sudah berhasil mengencani ratusan pria hidung belang. Aku bergidik.

"Pakai ini." Mami Luki meletakan seperangkat perhiasan mewah dihadapanku

"Tapi Bu."

"Zahra, kamu bukan lagi gadis desa yang kuno dan kampungan, sekarang kamu adalah Zahraku, harus modis, trendi dan memikat, selama kamu berhalangan kamu harus berlatih tata karma dan sopan santun, tidak lupa penampilan kamu harus lebih keren dari yang lain."

"Tapi saya ..."

"Stop! Nanti di depan mereka jangan pake istilah saya, ganti dengan aku, karna kata saya hanya akan menunjukan kekurangan dan kebodohanmu saja."

Mami Luki menatapku tajam

"Zahra, kalau kamu mau bekerja sama, dalam satu bulan, kamu sudah bisa melunasi hutangmu pada rentenir murahan itu."

"Tapi Bu, say...eh Aku tidak bisa bekerja begini." Jawabku gagap

"Terserah padamu, lalu dari mana kau akan mendapatkan uang untuk bisa hidup dan lepas dari kejaran para berandal sewaan rentenir itu, siapa yang mau mempekerjakan perempuan lulusan SMP dengan gaji yang besar, paling kamu jadi babu, dan kamu tau berapa gaji babu?" Aku menggeleng, Mami Luki terlihat geram

"Gaji Babu itu hanya cukup untuk membeli tusuk gigiku Zahra."

Aku menunduk, rasanya tak ada lagi ada kata yang bisa melembutkan hati wanita ini

"Pakailah semuanya, nanti malam kau harus menemani Bos perusahaan properti paling terkenal di Indonesia, ingat dia hanya menemani minum saja, jika dia macam-macam, laporkan padaku."

"Memangnya kenapa?" tanyaku bodoh

"Kau sedang berhalangan bukan? Jadi tarifmu hanya untuk ngobrol saja, rugi besar aku kalau nanti dia minta ganti rugi, kecuali kalau kamu mau melayani para turis yang siap tidak memperdulikan kondisi tubuhmu."

"Tidak Bu, saya mau dia saja."

"Dia siapa si Bule apa Bos properti?"

"Bos properti Bu." Jawabku tegas

Mami Luki tersenyum

"Zahra, sekali lagi jangan pake kata saya, tapi ingat ganti dengan..."

"Aku!" Aku memotong kalimatnya

Mami Luki tertawa, dia menepuk pundakku

"Terima kasih Zahra, kamu sudah menghiburku hari ini." Dia pun berdiri dan meninggalkan kamar yang aku tempati

AKU ZAHRA Where stories live. Discover now