Bagai dikomando kami serentak menghampiri Abi
"Bi, ini aku, Zahra. Kamu masih ingat aku kan?" Bulir bening tak bisa kutahan lagi, ketika seulas senyum penuh ketulusan mulai tersungging di bibir kering itu
"Aku tidak akan pernah bisa melupakanmu." Desisnya
"Maafkan aku Bi, aku selalu menyusahkanmu." Ucapku dalam isak yang trtahan, pilu ini begitu menusuk dada, nyerinya hingga ulu hati.
"Kamu tak bersalah, akulah yang tidak bisa memenuhi janji untuk terus bisa menjagamu." Suara Abi begitu pelan, Aku harus mendekatkan diri untuk bisa mendengarnya
"Aku...Aku sangat menyayangimu, Cepatlah sembuh, kau kan sudah janji, mau membelikanku rumah, kita akan tinggal di Batam bukan?"
Abi mengangguk, lelaki baik itu sepertinya sedang menahan sakit, hingga sesekali wajahnya mengernyit.
Tak tega rasanya melihat pemandangan ini, tubuhnya yang begitu gagah, dan kekar seakan hilang entah kemana, yang tersisa hanya garis bibir dan senyuman hangat yang dulu selalu diberikan padaku.
Cepatlah sembuh, Sayang. Aku menunggumu, menunggu hingga kau mampu membawaku pergi ke tempat indah yang hanya ada kau dan aku saja.
"Abi, Mama pulang dulu, Ya, Cuma sebentar, ada yang harus Mama bicarakan dengan Papamu." Tante Tania mendekat kea rah Abi, lalu mencium keningnya.
Abi mengangguk
"Zahra, Mama titip Abi dulu ya, sayang."
Akupun mengangguk senang.
Setelah Mama Tania keluar ruangan Steven menatapku
"Ra, aku tidur dulu ya, plis jangan iseng kek tadi malam." Pria itu merbahkan tubuhnya di sofa, Abi sekilas melirik padanya
Ingin rasanya kugampar mulut bocah tengil itu
Dengan bersiul Steven mulai memasang headshet ditelinganya, Entah lagu apa yang dia dengarkan, hingga kepalanya bergoyang-goyang.
Jangan melihat aku seperti itu nyonya Steven. Nanti kau bisa jatuh cinta." Ya Ampun bocah itu menangkap tatapanku yang tengah mengarah padanya.
"Hanya Cewek gila yang akan jatuh cinta padamu." Balasku sengit
Steven terbahak sekilas, lalu dia kembali focus pada apa yang dia dengar hingga matanya merem melek
Jika saja tidak ada Abi saat ini, mungkin bungkusan tissue yang tengah kupegang sudah mendarat di wajah si tengil itu.
Namun Steven tetaplah Steven.
"Dia lucu," Bisik Abi
"Siapa? Steven lucu?"
Abi mengangguk
"Dia begini." Ujarku sambil menempelkan jari di dahi dalam kondisi miring.
Abi tersenyum
"Sudahlah, jangan ngomongin dia, darahku bisa naik kalau bahas bocah itu."
Kugeser kursi agar lebih dekat pada Abi
Kami berpegangan tangan, ada kehangatan yang menjalari darahku saat jemari tirus itu meremas lembut jemariku.
Aku dan Abi berpandangan sesaat, pijaran cinta terpancar dari mataku dan matanya, kubisikan kata-kata "Cepatlah sembuh, Cinta."
Dan tatapan mata Abi laksana menjawab, "Aku akan sembuh untukmu, sayang."
Abi mulai terlihat lelah, apalagi setelah Dokter menyuntikan kembali obat-obatan ke tubuhnya.
"Tidurlah," Kutarik selimut berwarna biru untuk menutupi setengah tubuh Abi, agar dia merasa lebih nyaman.
Dia pun mulai memejamkan mata
Kukecup dahinya lembut
Dengkuran halus Steven memaksaku meliriknya, Bocah itu cukup lelap.
Aku beranjak mendekati Stev
Kuangkat kakinya agar tak menjuntai ke lantai, terpaksa jaket yang kupakai pun kulepas untuk menutupi tubuh pria yang tengah dibuai mimpi itu.
Kucopot headshet yang menempel ditelinganya, penasaran kudekatkan ke telingaku.
Gila, Suara Rhoma Irama dengan music yang mendayu terdengar dari sana.
Aku tertegun, bocah tengil ini kadang membuatku menjadi istimewa.
Hingga Tak kusadari jika Abi memperhatikan tingkah laku dan semua yang kulakukan pada Steven saat ini.
Bersambung

YOU ARE READING
AKU ZAHRA
RomanceZahra, seorang gadis yang berjuang untuk meraih bahagia, mempertahankan kesucian dari tangan-tangan para pencari nikmat duniawi sesaat. Penuh intrik, derai air mata serta ketulusan yang akhirnya membawanya bertemu dengan dua pria yang teramat mencin...