Bagian 9

7.1K 111 1
                                    

Ayolah Zahra berpikir, berpikir!

Berkali-kali dahi kutepuk

Ya, Jika tadi aku bertemu Pak Winangun, itu artinya kemungkinan besar aku akan bertemu kembali dengan Abi, tapi bagaimana caranya?

Buntu!

Pikiranku kosong, benar kata Abi, aku teramat polos hingga kesannya bodoh banget.

Ayo Zahra cari akal!

Tiba-tiba...!

Aku bergegas menuju ruangan besar milik Mami Luki

"Bu, Aku mau Hape." Pintaku tanpa basa-basi

Mami Luki melirik sekilas, lalu kembali asyik dengan laptopnya

"Bu, aku..."

"Temui Trisia, minta padanya." Jawab Mami Luki tegas

"Mbak Tris? Jadi aku boleh pegang ponsel Bu?"

"Zahra, silahkan temui Trisia, minta merek ponsel yang kamu mau."

Tanpa berkata aku berjingkrak gembira, langsung berlalu meninggalkan Mami luki yang menggelengkan kepala sambil tersenyum simpul

***

"Mau merek apa Ra?" Trisia menatapku

"Apa aja Mbak yang penting bisa nelpon."

Wanita cantik itu tertawa renyah

"Nih." Trisia menyodorkan benda dalam dus kecil berwarna putih

"Apa ini Mbak?"

"Katanya minta posel?"

"Oh, jadi ini handphonenya." Jawabku, meraih pemberian Trisia

"Bukan Ra, itu bom, awas meledak." Trisia meledekku

Aku membukanya dengan tergesa, sebuah benda mengkilat, membuat mataku terbelalak

"Ini sih persis punya Selvi mbak, pasti mahal."

"Apa sih yang tidak buat primadona Rumah cantik Mami." Dia menjawel daguku

"Mbak, aku...aku belum bisa cara pakenya."

"Oh iya, sini aku ajarin." Trisia menarikku ke tempat tidur, dengan sabarnya dia mengajari bagaimana cara menggunakan telpon pintar.

"Mbak, fotonya ganti dong, itu terlalu seksi." Ku tunjuk sebuah foto wanita yang memamerkan separuh dadanya di foto profil Whatsappku

"Oke, Manis kita ganti dengan ini ya." Trisia menggantinya dengan foto seorang pria beerkepala botak

"Idih jijik banget mbak, ganti ah," Aku bergidik

Trisia tergelak hebat

"Mbak kok punya foto Om Sudjito sih?" Tanyaku heran

"Lah iya, dia pelanggan tetap kita, pokoknya aku selalu punya foto cowok yang pernah datang ke tempat ini."

"Buat apa Mbak?"

"Iseng aja Ra, lagian manusia seperti tuan Sudjito itu sok suci Ra, mana mau dia ngaku kalau pernah dan sering datang ke tempat kek ginian?" Trisia mencibir

Aku mengangguk, benar kata Mbak Trisia manusia munafik seperti Om Sudjito itu memang Suci di luar kotor dan rusak di dalam.

"Udah bisa kan Ra?"

Sekali lagi aku mengangguk

"Simpan nomor aku ya." Trisia mengetikkan nomor ponsel miliknya, serta beberapa nomor orang penting di rumah cantik milik Mami Luki, termasuk nomor sang empunya.

AKU ZAHRA Where stories live. Discover now