Aluna Vein
Chapter 4 “Dirimu yang sesungguhnya”*Tok...Tok...Tok...
Suara pintu yang diketuk oleh Avion dibuka oleh Seorang Ibu-ibu yang dipanggil dengan nama Luvina Bi'Oshia. Ibu itu melihat ke arah lantai yang basah lalu sejenak melihat ke arahku untuk beberapa saat.
"......"
"Masuklah..."
"Hi ibu, bagaimana keadaan nona Natia?"
Avion langsung masuk tanpa segan-segan ke dalam ruangan sementara aku mengikutinya dari belakang.
"Dia baik-baik saja, hanya terkena luka goresan sedikit karena terjatuh di jalan"
Ibu itu melihatku saat aku memasuki ruangan, dengan tatapan mata yang seakan geram melihatku namun ditahan untuk suatu alasan.
Karena merasa diperhatikan, aku lalu diam dan melihat ke bawah lantai, tetesan air terlihat berjatuhan dari arah baju dan celanaku.
"Ahehehe... Maaf, aku masuk."
Aku menggaruk rambut belakang kepalaku yang sebenarnya tidak gatal dengan memasang muka nyengir bersalah.
Ibu Luvina lalu menghampiri Natia dan mengusap-usap kening kepalanya, saat itu juga Natia terbangun dari tidurnya.
Natia sempat refleks ingin bangun namun bu Luvina langsung menahan tubuhnya agar tetap di posisinya semula.
"Tenang saja, temanmu ada disini."
Natia melihat ke arahku yang sedang berdiri di dekat pintu keluar.
"Zen..."
Aku tidak tahu harus menjawab apa, pikiranku seakan tidak bisa memikirkan apapun. Apa yang harus aku katakan saat melihat gadis yang ku selamatkan sedang terbaring lemas di tempat tidur karena kesalahanku sendiri.
"Aaa ... Hi..."
Hanya kata itu yang terpintas dalam pikiranku.Bu Luvina langsung melihat ke arah Avion seakan menyuruhnya melakukan sesuatu.
"Ah aku akan mengambil sesuatu dulu di bawah, dadah tuan Zen."
"Dan aku akan biarkan dia beristirahat, tolong jaga dia selagi aku pergi sebentar."
Avion dan bu Luvina meninggalkan kami berdua di ruangan itu.
Kali ini lagi-lagi situasiku dibuat berdua lagi dengannya.Aku melihat ke seluruh sudut ruangan yang hampir semuanya terbuat dari kayu.
Mulai dari tiang penyangga atap, pintu, kursi, meja, tempat tidur, tembok, bahkan lantai."Woow mereka mendesign semua ini dengan gaya klasik yah."
Natia hanya diam menatapku, namun saat aku melihatnya, dia langsung menundukan pandangannya ke bawah sambil menatap kedua tangannya.
"Apa tanganmu terasa sakit?"
Natia menggelengkan kepalanya.
"Aku hanya penasaran."
"Kenapa?"
"Saat pertama kali aku bangun di gerobak kuda, kedua tanganku kotor seperti bekas memegang besi yang berkarat... Tapi sekarang tidak lagi."
Natia memperlihatkan kedua telapak tangannya padaku."Kau tahu, aku ingin bertanya ini padamu. sejujurnya.... Waktu di jembatan itu, kau ingat?... Kenapa kau ingin bunuh diri?"
"Jembatan? Mmmm maaf, sepertinya aku lupa."
"Ah!? Itu loh, jembatan penyebrangan itu... Apa kamu waktu itu punya masalah yang berat sampai-sampai nekat ingin bunuh diri?"
"Aku gak ngerti dengan apa yang kamu bilang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna Vein
FantasíaMenceritakan tentang Zen dan Natia, sepasang laki-laki dan perempuan yang tak sengaja terkirim ke dunia yang asing tanpa mengenal satu sama lain, petunjuk satu-satunya yang mereka miliki adalah barang yang masih mereka bawa. keadaan mereka diperpara...