Aluna Vein
Vol 2 chapter 8 “Warbeast”Aku menyadari hal yang tak seharusnya terjadi. Ketika aku bangun dari mati suriku, nyatanya aku sekarang berada di posisi dimana aku berubah menjadi Natia. Bisa dibilang bahwa aku sedang bertukar tubuh dengan Natia atau semacamnya, karena melihat dari segi apapun kondisi tubuhku sekarang berubah dengan memiliki rambut panjang dan tonjolan yang semestinya tidak dimiliki oleh laki-laki pada umumnya.
"Kenapa ini? Lepaskan aku!, sebenarnya apa maumu?!"
"Tidak banyak, hanya ingin memberi pelajaran pada pacar laki-lakimu yang so-soan itu."
Aku meronta-rontah berusaha membebaskan ikatan rantai yang melilit kedua tanganku sampai membuatku tergantung di balik jeruji besi.
"Dia bukan pacarku, lagipula hubungan kami tidak sedekat itu-..."
*Crang!
Tiba-tiba suara bising terdengar dari arah tempat Difara dikurung. Terlihat Gadis kecil berambut pirang itu berubah menjadi seekor serigala putih, berusaha membebaskan diri dengan menggigit-ngigit tiang besi yang mengurungnya di samping tempatku berdiri.
Akan tetapi tidak berlangsung lama, sebuah kalung yang terpasang di leher serigala itu mendadak mengeluarkan sengatan listrik tinggi yang langsung membuatnya kesakitan dan berubah kembali menjadi wujud manusia.
"Difara!"
Bahkan suara teriakanku pun sama persis seperti Natia. Sebenarnya, kenapa bisa terjadi seperti ini?.
Difara yang berada di balik jeruji besi di sampingku, menggeram lemah kepada Bolsete, Pria botak dibalik dalang semua ini.
Aku mengenali pria itu berkat kepala botaknya yang familiar, ia adalah orang yang mengajakku berkelahi waktu pertama kali menerima tawaran pekerjaan dari Avi.
Kurasa ia yang telah menculik Natia dan Difara lalu mengurung mereka berdua kemari.Difara pun nampaknya tidak menyadari bahwa aku bukanlah Natia, karena dari gerak-geriknya ia tidak merasakan sesuatu yang aneh saat melirik ke arahku dari tempat ia diikat di ujung sana.
Anak itu terus menerus menggeram menyuruh Bolsete untuk segera melepaskan aku.
"Lepaskan Mamaku!"
"Dia bukan Ibumu." ucap Seseorang yang lehernya diikat oleh kalung yang sama unjuk bicara mengenai sebutan 'mama' yang sering Difara ajukan kepada Natia.
"Baik kau maupun aku, kita berdua sama-sama telah kehilangan seseorang yang bisa kita sebut sebagai 'ibu'."
Difara terdiam mendengar hal itu dari sesosok gadis remaja berambut hijau dengan telinga yang mirip seperti telinga serigala.
Bolsete lalu menepuk bahu gadis itu, dan menyuruh ia untuk mengawasi kami berdua selagi ia pergi mengurus sesuatu.
Kini, hanya tinggal kami bertiga yang berada di tempat penangkaran itu.Difara menjadi terlihat lebih sunyi dibanding biasanya. Serasa seperti berhadapan dengan sesuatu yang ia tak kuasa menghadapinya.
Aku yang sepertinya menuai perhatian si gadis berambut hijau itu, membuat ia memandangiku terus seakan menaruh perhatian khusus setiap kali aku melakukan sesuatu.
“Sial, Penjagaan gadis yang satu ini terlalu ketat. Difara juga malah jadi diam tak bersuara. Kalau begini jadinya aku tidak bisa berpikir dengan tenang.”
Setelah sekian menit memandangi aku yang tidak melakukan pergerakan yang mencurigakan, ia kemudian melirik ke arah Difara yang termenung dengan tangan yang berusaha menarik pelan kalung kerah yang terpasang di lehernya itu.
"Kau tidak mau keluar?" tanya si gadis berambut hijau.
Difara tidak merespon pertanyaan dari si gadis berambut hijau.
Gadis itu pun perlahan menghampiri Difara sambil berusaha menyentuh wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna Vein
FantasiaMenceritakan tentang Zen dan Natia, sepasang laki-laki dan perempuan yang tak sengaja terkirim ke dunia yang asing tanpa mengenal satu sama lain, petunjuk satu-satunya yang mereka miliki adalah barang yang masih mereka bawa. keadaan mereka diperpara...