Menceritakan tentang Zen dan Natia, sepasang laki-laki dan perempuan yang tak sengaja terkirim ke dunia yang asing tanpa mengenal satu sama lain, petunjuk satu-satunya yang mereka miliki adalah barang yang masih mereka bawa.
keadaan mereka diperpara...
Tak lama berselang kami pun tiba di gerbang pintu masuk kota Eldea, meskipun bisa kusebut ibukota, orang-orang di sini berpenampilan layaknya seorang prajurit kerajaan.
Mereka berpenampilan gagah dengan pedang dan tombak sebagai senjata dan perisai sebagai pertahanan, lengkap dengan penutup kepala dan baju besi berwarna perak.
Rolf bilang kota Eldea adalah ibukota perdagangan jadi hal semacam ini tidak begitu mengherankan. Tapi yang membuatku penasaran adalah darimana orang-orang ini mendapatkan kostum-kostum abad pertengahan?
Salah satu dari orang yang mengenakan zirah itu memberhentikan gerobak kami.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hey Rolf, kemari untuk berjualan?"
"Nah, seperti biasa aku kemari untuk menjual bahan obat."
"Dan siapa mereka berdua ini?"
"Oh, mereka hanya pasangan muda-mudi yang kebetulan kupergoki sedang bermesraan di gerobakku."
"Huhuhu, tidak heran... Terlebih lagi lihat gadis yang dia bawa, cantik sekali."
Mendengar itu Natia sepertinya merasa tersinggung.
Gerobak yang kami tumpangi berhenti beberapa puluh meter dari pintu gerbang di dekat pesimpangan jalan.
"Kalian tunggu lah di sini, aku akan ke toko di sebelah sana dulu." Rolf turun dari kendek kemudi gerobak lalu mengikat kuda coklat miliknya.
"Mau apa ke sana?" aku berdiri dengan tumit kaki, menatap Rolf sambil memegang pembatas roda sebelah kanan.
Rolf pun berhenti sejenak.
"Hadeeeh Sudah jelas bukan... Untuk menukar 'koin aneh' milikmu ini." ujar Rolf dengan nada menggerutu. "Aku tidak akan lama, jadi tunggu saja di sana." ia kembali melanjutkan langkah kakinya ke toko yang ada di depan.
Dengan perginya Rolf, kali ini tinggal aku dan gadis bernama Natia itu yang ada di gerobak kuda.
Tidak ada percakapan yang bisa kuperbincangkan pada gadis di depanku itu, yaa walaupun di benakku muncul sebuah pertanyaan, kenapa aku bisa bersamanya di sini.
Pakaianku yang asalnya basah juga sudah terasa kering, begitu juga dengan Natia. Sekarang pun sudah siang, itu artinya kami mungkin tertidur semalaman penuh dan baru terbangun siang ini. Melihat situasi sekarang ini aku harus berjaga-jaga mengamankan sesuatu yang terpenting.
Aku mengecek di setiap saku pakaian untuk memastikan bahwa HP ku aman-aman saja.
Natia juga hanya duduk Menekukan kaki sambil memeluknya dengan tangan dengan pandangan wajah yang mengarah ke bawah. Tidak ada niatan sama sekali melihat ke arahku yang sedang panik merogok saku kiri dan kananku. Benar-benar seperti type gadis yang pemalu.