Vol 2 Chapter 6 "Tangisan Flyukishila"

54 6 0
                                    

Aluna Vein
Vol 2 chapter 6 “Tangisan Flyukishila”

Beberapa kali terdengar di telingaku, suara petir dari kejauhan yang menandakan hujan tidak lama lagi akan segera datang.

Di sinilah aku, berlarian ke sana kemari mencari keberadaan seseorang yang tak lama ini hilang ditelan waktu.

"Natia?... Dimana kau!?... Natia?"

Teriakan keras kugemakan di sepanjang jalanan kota yang mulai sepi dari pejalan kaki. Walaupun aku bertemu beberapa orang, mereka hanya mengatakan sesuatu seperti 'tidak tahu' ataupun 'tidak lihat' seakan percuma bilamana aku bertanya pada mereka.
Tak terasa seiring waktu aku mencari, hujan pun mulai turun.

Derasnya hujan sempat membuatku terdiam, suasana nya mirip seperti seseorang yang menangis karena kesepian.
Membuatku berpikir bahwa seharusnya aku tidak mengatakan hal kejam seperti itu pada Natia.

[Beberapa menit sebelumnya]
Waktu itu, aku terlibat adu mulut dengan Natia.

"A-... Apa yang kau bicarakan?... Sekarang bukan saatnya untuk bercanda–"

"Aku tidak bercanda!"
Nada suara gadis itu terdengar serius.

"Aku benar-benar tidak bisa mengingatnya... Benar-benar tidak bisa. Setiap kali aku berusaha mengingatnya, kepalaku mulai terasa sangat sakit... Bahkan, hingga saat ini pun."
Natia memegang kepalanya dengan tangan kanan.
Air matanya terus mengalir seiring mencoba mengingat-ngingat sesuatu yang aku tidak tahu apa itu.

Tentu saja, aku sulit untuk mempercayainya, mengingat perkataan tidak masuk akal tentang hilang ingatan ataupun hal semacam itu bisa saja dijadikan sebagai sebuah alasan untuk mengelak di situasi kami saat ini. akan tetapi...

Ekpresi dari gadis yang satu ini, sudah cukup meyakinkan bagiku bahwa Natia benar-benar kehilangan semua ingatannya.

"Apapun itu, ini tetap saja sulit untuk kupercaya..."

Terkejut pada diriku sendiri karena bisa-bisanya mulutku mengeluarkan kata-kata seperti itu.
Bahkan aku sendiri pun tidak mempercayai apa yang gadis ini ceritakan, walaupun hatiku sangat ingin untuk mempercayainya.
Bila aku pikir-pikir lagi, ceritaku pada orang-orang di bawah tadi juga terdengar sama anehnya dengan miliknya.

Saat sedang bercanda ria, tiba-tiba aku membuka pembicaraan tentang sesuatu yang orang lain bisa saja anggap tidak masuk di akal. Pantas saja tidak ada yang mempercayai apa yang aku bicarakan bila situasinya seperti itu.

Kenapa aku baru menyadarinya di saat situasinya menjadi seperti ini.
Ditambah lagi aku sudah melukai perasaan Natia, perasaan gadis yang mau menghiburku sampai aku sempat membencinya karena ulahku sendiri.

"Kumohon, percayalah... Zen. Aku tidak berbohong."

Keringat dan air mata membasuhi seluruh wajahnya.

"Kalau begitu kenapa kau tidak katakan dari awal? Kenapa kau baru bilang sekarang!"

"Itu karena... Aku takut."

Badannya bergemetar. Natia mulai berbicara dengan nada suara terbata-bata karena takut.

Ia mengatakan padaku alasan kenapa ia tidak memberitahukan hal itu dari awal.
Alasannya tidak lain karena aku terlihat seperti 'orang yang istimewa' di matanya.

Bisa dibilang ia tidak mau sampai menyakiti perasaanku bilamana ia tiba-tiba mengatakan 'aku tidak tahu siapa kamu?' atau 'aku hilang ingatan, jangan mendekatiku'.

Alasan semacam itu, bisa dibilang masuk akal bagi pecundang sepertiku. Untuk tetap diam dan menceritakannya ketika semuanya jelas.
Gadis baik seperti Natia. Seharusnya tidak boleh bersama pria jahat sepertiku.

Aluna VeinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang