Chapter 5 "Ukiran Hati"

140 14 0
                                    

Aluna Vein
Chapter 5 "Ukiran Hati"

Kami berdua saling bertatap muka satu sama lain, tidak ada salah satu dari kami yang berbicara. Hanya hembusan angin dari balik jendela yang terdengar mewakili suara kami berdua.

Diawali dengan kedipan kedua mataku, lalu dibalas lagi oleh kedipan matanya, membuat semuanya terasa berbeda.

"Aaah... M-maaf, aku tiba-tiba masuk."

Pandanganku seolah dialihkan oleh sesuatu dalam diriku sendiri yang tak kuasa memandang Natia lebih lama.

Semerbak cahaya bulan nampak biru, bayanganku mengikuti gerakan tubuhku yang kaku dalam diam bersama pantulan cahaya bulan.

Suara angin yang berhembus pun mulai berhenti. Membuat semuanya terasa semakin sunyi, seakan berusaha menguping percakapan yang akan kami lakukan.

"Apa kau... Mendengarnya?"

Dibalik pertanyaan yang ia berikan padaku, seakan merujuk pada lagu kecil yang ia nyanyikan barusan.

"Maksudmu, lagu twinkle little star yang barusan itu?"

Natia menutup mulutnya dengan kedua tangannya karena malu. kemudian memalingkan badannya ke arah jendela, seraya menutup kedua matanya.

"Ah enggak!, aku gak bermaksud menguping! Hanya saja aku tadi kebetulan lewat dan mendengar suara nyanyian mu yang–..."

"....."

"Su-suara nyanyian... Yang ..."

Mulut dan gigiku mendadak merapatkan dirinya sendiri seakan enggan berbicara. Di ikuti oleh rasa merinding yang kurasakan disekujur kaki dan tanganku.

Ayo... Kenapa sulit sekali untuk mengucapkan kata «indah». Paling tidak, «merdu» saja sudah cukup.”

Natia melirik ke arahku dengan tatapan mata polosnya lagi.

Uurgh sial! Aku mematung seperti batu. di tengah malam berduaan bersama gadis dalam satu ruangan dengan ditemani cahaya bulan purnama yang indah. Sebenarnya, rencana konyol apa lagi yang tuhan berikan padaku saat ini.

Tenanglah... Tenang, wahai diriku.
Seperti kata Avion, semua akan baik-baik saja bila aku tenang.

Tok... Tok... Tok...

"Nona Natia, boleh ibu masuk?"

“Gawat! Itu bu Luvina.”

Aku melirik kesana kemari seperti manusia purba yang mencari tempat untuk berlindung dari kejaran mahluk buas.

Namun disini tidak ada tempat yang bagus untuk dijadikan tempat persembunyian, lantas aku harus bersembunyi dimana?

"Psssh.... Zen..."
Natia menunjuk kearah peti yang ada di dekat jendela.

"Nona Natia, ibu membawakan sup kali saja nona lapar ingin makan."
Luvina masuk dan menaruh supnya di atas meja.

"Terima kasih bu."
Balas Natia dengan senyum.

"Ibu mencari tuan Zen di tempatnya tapi dia tidak ada disana. Apa nona sempat melihat tuan Zen kemari?"

"Aaaa.... Sayangnya tidak."

"Ini aneh... Hmmm akan tetapi ibu lihat seragam ibu yang dulu cocok sekali kamu pakai."

"Iya bu, terima kasih. Aku pun menyukai bajunya."

"Tapi sepertinya ada sesuatu yang kurang..."

"Sesuatu yang kurang?"

"Oh ya! Kenapa aku bisa lupa... Pitanya!... Sebentar, ibu ambilkan dulu yah, ada di dalam peti ini."

Aluna VeinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang