Chapter 9 "Deja Vu"

72 8 0
                                    

Aluna Vein
Chapter 9 “Deja Vu”

"Sial..."
Kata yang menggambarkan penderitaan kami kala menelusuri kembali sungai dimana aku terjatuh waktu itu.

"Kenapa kita harus pagi-pagi lagi berangkatnya sih, hawanya dingin dan perutku lapar belum makan dari kemarin."

"Ayolah Zen, tidak seburuk itu. Lagipula, kita yang menyebabkan semua masalah ini terjadi."

3 jam sebelumnya.
Sebelum semua kelelahan ini terjadi, malam berlalu tanpa ada seorangpun yang tertidur.
Waktu itu kami berempat duduk di meja makan sambil berdiskusi tentang masalah hewan yang masuk ke dalam tas punggung milik Avi.

"Biar kujelaskan, hewan biru ini adalah Mamomo. Salah satu jenis hewan yang bisa mengeluarkan sihir menggunakan batu kristal yang terdapat di kening kepala mereka. Hewan ini sudah jarang sekali ditemukan di wilayah ini, terutama karena maraknya perburuan ilegal yang terjadi akhir-akhir ini oleh sekelompok orang tak dikenal."
Ujar Rolf melihat Natia yang sedang memberi makan Umu dengan sayuran hijau.

"Tidak mungkin. Itu berarti, Umu hewan yang hampir punah."
Raut wajah Natia menjadi sedih mendengar berita itu.

"Lalu apa masalahnya bila hewan itu jarang ditemukan?" tanyaku.

"Apa kau sudah kehilangan akal? Bila hewan di sini terus diburu, Orc penjaga hutan akan marah dan menyerang para pejalan kaki, petualang, bahkan para penduduk desa yang tinggal di dekat sini.
Gara-gara Orc itu pula hasil panen buah kami menjadi terhambat."

"Apa kakek tidak mendengar beritanya?"
Avi bergabung dalam pembicaraan.

"Berita apa?"

"Bahwa Orc itu sudah dibasmi oleh para prajurit istana."

"A-APA!... Tidak mungkin, kapan itu terjadi!?"

"Tadi siang... Malam dimana kami menginap di rumah kakek. Tuan Zen pun ikut bertarung dalam pertarungan sengit itu loh."
Avi dengan bangganya melihat ke arahku.

"Huh?, anak bau kencur ini? ikut bertarung melawan Orc raksasa itu!? Rasanya sulit dipercaya."
Rolf mengeluarkan ekpresi senyum yang menggelikan padaku.

"Yaa... Normalnya, aku pun tidak percaya bisa melakukan itu semua, walaupun..." aku melihat ke arah Natia "Yang kulakukan hanya menahan serangan Orc itu saja sekali."

Natia pun dengan manisnya tersenyum melihatku sebagai balasan karena telah melindunginya dari serangan Orc raksasa itu.

"Haha.. Sudah kuduga, kau hanyalah anak kencur waktu kutemukan pertama kali di gerobak kudaku."

"Ah itu mengingatkanku..."
Natia nampak memiliki sebuah pertanyaan dari perkataan Rolf barusan.
"Ngomong-ngomong di gerobak kuda waktu itu. Kami sedang melakukan apa?"

"Biasa... Melakukan adegan bermesraan di gerobak kuda milik kakek tua ini."

*Pffffft...
Air teh yang sedang Avi minum keluar dari mulutnya setelah mendengar celutusan kakek tua itu.

Muka Natia terlihat memerah tertunduk ke bawah, dan aku dibuat terdiam mengingat kejadian itu lagi.

"Ah maaf, aku menumpahkan air ke lantai. A-akan aku bersihkan.. Ummm... Permisi sebentar."
Avi bergegas mencari lap untuk mengeringkan lantai.
Dan Umu terlihat bingung melihat Natia yang terdiam menutup mukanya karena malu.

Badanku gemetar karena tidak menyangka bahwa Rolf akan mengatakan kalimat itu secara prontal.

"Oy,... Kalau bicara... Tolong diperjelas dong... nantinya terjadi salah penafsiran."

Aluna VeinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang