Vol 3 Chapter 1 "Sepenggal Kisah"

51 4 1
                                    

Aluna Vein
Vol 3 Chapter 1 “Sepenggal kisah”

[Kami sekarang dalam perjalanan menuju istana Eldea dengan menaiki kereta kuda yang tidak memiliki atap.]

*Drap drap drap.

Suara dari langkah kaki kuda yang menginjak genangan air di sekitaran jalanan yang basah dan sunyi.
Sekitaran rumah-rumah terlihat seakan ditinggalkan oleh para penghuninya, bisa terlihat dari tiap-tiap jendela rumah yamg kami lalui selalu gelap tanpa penerangan sedikit pun.

“Hey apa kau sudah tahu berita tentang distrik barat nomor 9?”
Bisik salah seorang prajurit istana kepada rekannya yang mengamati sekeliling lingkungan lewat kereta kuda.

“Berita apa?”

“Katanya para penduduk di distrik itu seketika hilang tanpa jejak sejak tadi pagi.”

“Oh, jadi berita mengenai distrik barat nomor 9 itu benar!?”

“Iya, coba lihat saja rumah-rumah di sekeliling kita. Tidak terlihat tanda-tanda bahwa rumah itu ada penghuninya. Bahkan, penerangannya pun tidak terlihat dinyalakan. Apa mungkin kejadian yang sama tengah menimpa pemukiman Ostrey saat ini?”

“Entahlah... Saat ini aku hanya bisa menduga-duga saja. Yang Mulia paling yang lebih tahu tentang apa yang terjadi saat ini.”

“Itu memang benar juga sih, tapi...”

Kedua prajurit itu melihat sekeliling rumah-rumah sekitaran mereka yang nampak sepi. kemudian, pandangan sekilas salah satu dari mereka mengarah ke arahku yang tengah duduk diam sambil mengenakan sebuah kain yang kujadikan sebagai selimut.

“Kudengar juga di kerajaan kita tersebar rumor mengenai iblis yang menyamar menjadi manusia.”

“Ah masa?, kalau memang benar. Ratu pasti sudah mengetahui terlebih dahulu identitas dari sang iblis tersebut.”

“Menurutmu apa yang akan Ratu lakukan bila mengetahui hal itu?”

“Yaaa, tebakanku pasti pelakunya akan dibawa ke istana untuk menghindari kepanikan dalam ibukota.”

“Dan menurutmu apakah itu suatu kebetulan, mengundang seorang petualang asing tanpa sebab yang jelas ke dalam istana?”

Rekannya pun mulai ikut melirik ke arahku.

Aku sempat menatapi mereka karena merasa bahwa mereka sedang membicarakanku. Pandangan curigaku seakan menyuruh mereka untuk berhenti berbisik sambil menatapku.
Akhirnya mereka mengalihkan padangan mereka ke arah pria di sampingku, pak Rosafelt.
Merasa ada sesuatu yang perlu diperhatikan, aku pun mengarahkan pandanganku padanya.

Pak Rosafelt nampak duduk sambil menyilang kedua tangannya tanpa mengenakan baju dan hanya beralaskan celana panjang.

"Aaaa... Butuh selimut, Pak Rosafelt?"
Ujarku menyodorkan kain yang ada di sampingku pada Pak Rosafelt.

"Terima kasih, tapi.... Berikan saja selimut itu pada anak nona, nona Difara."

Aku sampai lupa pada Difara karena Natia lah yang biasanya mengurus anak itu setiap saat. Berkat itu, aku menyelimuti Difara yang tengah tertidur lelap di samping kakaknya Flarea.

Aku sempat termenung melihat telinga mereka berdua yang tersamar di balik rambut mereka yang kebasahan.

"Leluhur kami dulunya sama dengan kalian, seorang manusia biasa..."

Kata-kata Flarea waktu itu membuatku penasaran dengan asal muasal dari para kaum Warbeast yang dulunya sama-sama seorang manusia.

"Pak Rosafelt. Boleh kubertanya sesuatu yang bersifat pribadi?"
Tanyaku sambil tertunduk memandangi Difara dan Flarea yang tengah tertidur pulas.

Aluna VeinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang