Dame merebahkan kepala di atas meja dengan mata terpejam dan hembusan napas lemah. Energi Dame terkuras habis setelah menyelesaikan ulangan matematika.
"Bodo amat deh. Gue nggak mau mikirin nilainya," gumam Serri.
"Biarlah ulangan berlalu bersama bunyi bel yang kuno ini," sahut Rega, "Kantin yuk!"
"Oya Fide serius mau traktir lagi? Kan kemarin udah waktu karaoke," tanya Serri.
Nino bangkit dari kursinya dan menghampiri meja Serri dan Dame. "Dia kan udah SMS. Berarti emang niat dong."
"Anak bos besar, jatah uang jajannya banyak. Wajarlah traktir dua kali," timpal Rega.
Mata Dame perlahan terbuka. "Barusan kalian bilang apa?" Ia kembali duduk tegak. "Fide mau traktir lagi?"
"Emang lo nggak dapet SMSnya?" Nino balik tanya.
Dame menggeleng. "Gue kira traktirannya udah tamat. Makanya gue puasa."
"Lo puasa-puasa kok nyontek sih?" tukas Rega.
"Hah?" Dame menoleh pada Rega dengan muka bingung.
"Orang puasa nggak boleh nyontek kali, Dam," timpal Rega.
"Yang nggak puasa aja nggak boleh nyontek, apalagi yang puasa. Hayo lho. Dosanya bisa jutaan kali lipat tuh," ledek Nino. "Udah, batalin aja. Percuma puasa, nggak dapat pahala."
Dame tertawa garing mendengus, badannya membongkok dengan gaya berlebihan. "Kalian nih ya. Padahal biarin aja gue nggak tau. Sesungguhnya ketidaktahuan itu lebih baik, daripada tau di akhir dan jadi ngerasa bersalah lalu galau," protesnya, membuat yang lain nyengir geli.
Rega menghampiri Dame dan mengajaknya berdiri. "Ganti aja puasanya jadi besok. Sekarang kita makan-makan dulu pake duit Fide. Nunggu traktiran tahun depan kelamaan."
Dame menggertakan giginya kesal. Akhirnya memutuskan untuk batal puasa. Padahal ini salah satu strateginya biar makin dekat sama Allah, dengan harapan Beliau memberi kemudahan selama UN. Dalam hati ia meminta maaf sambil menyalahkan teman-temannya. Kadang-kadang teman memang bisa jadi setan pengganggu paling berpengaruh.
"Hoi, anak-anak jenius! Udahan dong bahas ulangannya. Kantin yuk!" teriak Nino pada Didan dan Yuna yang khusuk diskusi dengan Ardi di meja guru.
"Amazing ya. Orang pinter lebih sering mojok sama orang pinter tiap abis ulangan." Rega menatap iri pada Yuna dan Didan yang sedang berjalan menghampiri mereka di pintu kelas.
"Tapi nggak seamazing orang yang puasanya batal gara-gara diganggu temen," sindir Dame.
"Siapa yang puasa?" tanya Didan, lalu menepuk jidatnya. "Gue lupa! Pak Darwis tadi nyuruh gue datengin dia pas istirahat. Kalian duluan aja, entar gue nyusul." Kemudian ia berlari menuju ruang guru.
Rega geleng-geleng kepala. "Amazing, amazing. KM kita selalu sibuk mondar-mandir ruang guru. Gue sih deket-deket aja udah males."
"Auranya serem gimana gitu ya," timpal Nino. "Mendingan deket-deket kantin, adem."
* * *
Geng IPS 3 memasuki kantin dengan celotehan lantang yang menarik perhatian seisi kantin. Tapi mereka nggak peduli dan menghampiri Fide yang sedang menjulurkan kepalanya ke dalam lemari pendingin minuman. Berusaha mendinginkan kepala beserta organ-organ di dalamnya, sementara Nara memperhatikan dengan kepala miring 30 derajat di sebelahnya.
"Makanya, kalo nggak punya duit, nggak usah belagak mau traktir segala," komen Nara, singkat tapi cukup tajam untuk membuat Fide menendang kaki Nara dengan sepatu bolanya. Nara meringis kesakitan ketika geng IPS 3 menghampirinya sambil menyanyikan lagu happy birthday.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chronicles of Senior Year [COMPLETED]
Teen FictionSekumpulan anak kelas 3 SMA yang menamai diri sebagai Keluarga Berantakan mengalami perubahan besar dalam pertemanan mereka. Hal itu terjadi sejak masa persiapan Ujian Nasional dimulai. Masalah percintaan, perbedaan gaya belajar dan cara menghadapi...