Rapor hasil belajar baru saja dibagikan. Anak-anak kelas XII IPS 3 memutuskan untuk piknik di rumah Serri sebelum menikmati liburan masing-masing. Mereka tak terlalu ambil pusing dengan hasil belajar selama enam bulan terakhir. Yang penting bersenang-senang dengan teman-teman, masalah nilai bisa dipikirin nanti.
Meskipun peserta piknik cukup banyak, tapi hanya sebagian yang berpartisipasi dalam acara memasak. Sisanya asik main-main dengan berbagai fasilitas yang tersedia di rumah Serri.
Rumah ini memang jadi tongkrongan paling diidolakan anak-anak IPS 3 dan Keluarga Berantakan. Selain fasilitas lengkap, interior yang mirip dengan vila-vila di Bali dan banyaknya spot buat santai juga jadi faktor yang menentukan kenyamanan mereka.
Rega menghampiri Dame yang sedang memberi makan ikan di kolam kecil samping rumah Serri. "Lo lagi semedi ya? Serius amat." Lalu ia duduk di sebelahnya.
"Mau?" Dame menyodorkan kantong makanan ikan ke arah Rega. "Gue suapin ya?"
"Apa sih?!" Rega mencibir. "Gue heran, lo akhir-akhir ini kok keliatan sendu kelabu terus?"
Dame pura-pura terisak. "Lagi berkabung. Baru aja diputusin."
"Serius lo? Kapan tuh? Kenapa?" Rega langsung antusias.
Dame mendelik. "Biasa aja dong. Semangat amat liat orang lain putus. Jangan-jangan selama ini... lo sebenernya ngincer gue?" kata Dame asal.
"Buset dah. Macem nggak ada cewek lain aja," sungut Rega. "Bukannya apa-apa. Gue cuma penasaran, rasanya aneh banget. Kayak ada aura bermasalah di atas kepala kalian."
Dame mengerjapkan matanya bingung. "Oya? Kok lo peka banget sih?"
"Sebenernya bukan cuma gue, anak-anak lain juga. Tapi kita semua diem aja karena kita punya masalah sendiri-sendiri yang harus dipikirin. Dan ini bukan pertama kalinya kita ada di situasi kejepit pas kalian lagi perang dingin, jadi ya... nggak terlalu kaget juga," aku Rega.
Dame manggut-manggut. "Oh. Makasih ya. Dan sorry udah bikin kalian nggak nyaman."
Rega mengangguk. "Siapa aja yang udah tau?"
Dame mengangkat sebelah alisnya. "Temen sekolah sih baru lo doang. Nggak tau deh Nara udah cerita apa belum sama yang lain."
Rega menggembungkan pipinya, mengolah kalimat biar nggak terkesan maksa. Lalu merubah posisi duduk hingga menghadap Dame. "Nyesek nggak sih dipendam sendirian? Mau cerita?"
Dame menatap Rega sesaat, lalu kembali menatap ke arah kolam ikan. "Gue juga nggak ngerti, Re. Tiba-tiba aja dia ngirim SMS tentang break up, leaving atau apalah gitu, pokoknya sekali liat lo bakal ngeh itu kata-kata perpisahan." Dame menatap Rega sambil tersenyum pahit. "Yang bikin gue eneh tuh karena kita baik-baik aja. Nggak berantem atau perang dingin. Dia malah sempet curhat soal masalah pribadinya."
"Aneh," gumam Rega.
"Makanya gue sempet bingung gimana caranya minta penjelasan ke dia. Gue takut runtuh pendirian dan nangis di depan dia. Selama kita pacaran, dia cuma pernah liat gue nangis sekali, waktu abah meninggal."
Abah adalah sebutan untuk ayah Landri dan mama. Dame nggak sempat dekat sama kakek dari papa karena beliau meninggal beberapa bulan setelah Dame lahir. Makanya ketika mendengar kabar abah tutup usia, Dame langsung nangis sejadi-jadinya. Saat itu dia lagi nonton di rental DVD sama Nara. Melihat Dame yang kalah sama kesedihannya bikin Nara jadi ikutan murung dan pucat.
"Makanya gue males minta penjelasan. Gue pasti nangis. Gue tau dia lagi banyak pikiran, kalo gue nangis bombai sambil minta penjelasan, gue takut itu bikin dia jadi makin stres."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Chronicles of Senior Year [COMPLETED]
Teen FictionSekumpulan anak kelas 3 SMA yang menamai diri sebagai Keluarga Berantakan mengalami perubahan besar dalam pertemanan mereka. Hal itu terjadi sejak masa persiapan Ujian Nasional dimulai. Masalah percintaan, perbedaan gaya belajar dan cara menghadapi...