Ep 4 • Passion Sahabat

22 2 0
                                    

Dame, Yuna, Serri dan Lulu duduk berimpitan di halte bis yang penuh sambil ngerumpi. Mendadak Serri ingat dia punya rencana pergi ke toko buku buat hunting bacaan baru. Yuna, yang merasa perlu untuk membeli buku panduan UN, memutuskan untuk ikut.

"Kalo gitu gue juga deh. Udah lama nggak nebeng baca majalah baru." Dame nyengir mengingat hobinya mengintip majalah baru hanya untuk menyalin chord lagu diam-diam.

"Lo gimana, Lu? Mau ikut nggak?" tanya Yuna, tapi Lulu cuma senyum-senyum tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.

Serri mencondongkan tubuh ke hadapan Lulu untuk mendapat perhatiannya. "Hei, Lulu. Mau ikut ke toko buku nggak?"

"Hah?" Lulu mendongak, tangannya masih fokus mengetik SMS. "Oh, kapan? Mau ngapain?"

Dame mengernyit pada Lulu. "Bisa nggak sih lo sekali aja bangkit ke dunia nyata? Kayaknya terlalu fokus SMSan bikin otak lo jadi mikir lebih lambat."

"Maksud lo?" Lulu balas mengernyit, tak terima dengan pernyataan Dame.

Dame terkekeh. "Ya pertanyaan lo aneh deh. Bukankah seluruh dunia juga tau, toko buku adalah tempat untuk membeli atau melihat buku dan alat tulis?"

Serri merangkul bahu Dame. "Harap maklum aja. Yayangnya jauh sih. Ada di Bandung. Susah ketemu. Jadi SMSan terus buat ngobatin kangen."

"Dan ngontrol posisi biar si yayang nggak selingkuh," timpal Yuna.

Ketiga cewek itu terbahak sementara Lulu cemberut dan lanjut mengetik SMS yang sempat terhenti. Tak lama kemudian, busway yang akan membawa mereka menuju mall terdekat muncul dan menghampiri para calon penumpang dengan lambat. Dame, Serri dan Yuna mengantri bersisian sambil saling lirik. Lulu berdiri di belakang mereka, masih fokus dengan ponselnya.

"Karena orang yang udah addicted cenderung nggak gampang kapok meski udah kena musibah," Dame merebut ponsel Lulu sebelum anak itu sempat membalas SMS terakhir yang masuk ke ponselnya, "jadi HP ini gue pegang dulu sampe kita tiba di toko buku. Oke?" Lalu ia buru-buru masuk dan berhasil nyelip ke depan buat ambil posisi di dekat sopir.

Lulu melongo, tangannya mengambang di udara seolah berusaha menggapai ponselnya yang kini berada di tangan Dame. Akibatnya Yuna dan Serri harus menarik paksa Lulu, sebelum ia terdorong oleh orang-orang di belakangnya.

Bis penuh karena bertepatan dengan jam pulang kantor. Lulu berdiri dekat pintu diapit Yuna dan Serri. Ia meringis pada Dame di kejauhan. "Dam, HP gue," rengeknya.

Yuna dan Serri cekikikan. Dame melotot, berusaha tampak galak sebisa mungkin. Ada dendam terselubung atas kebiasaan Lulu yang selalu nempel dengan ponselnya. Makanya kalo ada kesempatan, Dame bakal ngusilin Lulu biar dia bisa jauh dari HPnya.

Tahun lalu, tepat seminggu setelah ulang tahun yang ke-17, Dame mengalami kecelakaan motor hingga meninggalkan bekas luka permanen di pahanya. Saat itu Keluarga Berantakan sedang dalam perjalanan ke rumah sakit untuk menjenguk Didan yang baru operasi usus buntu. Lulu yang dibonceng oleh Dame mendadak nangis histeris di punggungnya, membuat ia kaget dan hilang kendali. Padahal akar masalahnya sih sepele. Cuma gara-gara Lulu ribut di SMS sama Gandi—sang pacar―yang nginep di kosan temennya tanpa ngasih tau Lulu.

Tapi sayangnya, efek dari kejadian itu justru bikin Dame kapok dan dengan sukarela menyerahkan motor hadiah ulang tahunnya pada Ares, adiknya. Membutuhkan waktu hampir tiga bulan sampai cedera Dame dan Lulu benar-benar sembuh total. Dan entah berapa bulan waktu yang dibutuhkan sampai dendam Dame benar-benar hilang total.

Meski sering ribut dengan pacar gara-gara keusilan Dame, Lulu nggak pernah mengamuk. Ia bersyukur, setidaknya Dame nggak memutuskan pertemanan dengannya. Lulu bukan orang yang gampang bergaul. Nggak mudah baginya terbuka sama teman baru. Makanya dia lebih sering main sama anak IPS 3 ketimbang teman-teman sekelasnya. Lulu sampai nangis waktu pengumuman pembagian kelas dan ia harus terpisah dengan teman-temannya. Sendirian.

The Chronicles of Senior Year [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang