1

56.3K 686 9
                                    

"Baik pak kartu atm bapak sudah kami proses, ktp dan buku tabungan nya saya kembalikan. Ada lagi yang bisa dibantu pak danu?" tanya ku dengan senyum mengembang sambil melirik kearah kursi nasabah yang sudah kosong, membuat aku happy.

"sudah cukup mbak yuna, terima kasih atas pelayanannya" jawab pria paruh baya itu padaku.

Dengan senang hati aku berdiri dan berjabat tangan dengan nasabah terakhirku hari ini "terima kasih kembali pak danu. Selamat siang pak hati-hati di jalan"

Setelah melihat ruangan sudah kosong, aku memberi kode X pada satpam, pak jarwo untuk segera menutup rolling door agar tidak ada lagi nasabah yang masuk untuk mengantre.

Karena biasanya nasabah datang di jam-jam kritis yaitu lima menit sebelum layanan tutup dan kadang tidak hanya satu dua nasabah yang datang bahkan lebih.
Itu sungguh merepotkan dan melelahkan kami.

Terkadang aku berfikir untuk berhenti dari pekerjaan ini.
Mungkin aku tidak cocok bekerja di front liner, yang menuntut aku untuk bersikap sopan, ramah, dan selalu tersenyum pada nasabah. Dan sialnya aku sering mendapatkan nasabah yang annoying.

Tapi mau bagaimana lagi, pengalaman kerja ku belum terlalu banyak, terlebih lagi aku hanya lulusan smk dan mencari kerja di zaman sekarang itu sangat sulit bahkan perusahaan sekarang gencar-gencarnya meng phk karyawan.

Lagipula kontrak ku di bank ini hanya tinggal beberapa bulan lagi dan aku cukup tahan banting menghadapi tekanan disini.

"ayok na kamu udah tutupan nya belum? Kalo udah ayo stock an" kata bu ning, (*kabag cso cabang ini yang paling selow)

Aku mengangguk dan menyerahkan cash box untuk di stock dan di periksa oleh bu ning. "emang nya mau ngapain sih buru-buru amat mau stock an tumben kayak bakal pulang on time aja bu" cibir ku sambil terkikik meledek bu ning, diikuti dengan suara tawa dira di sebelahku.

"tau nih udah kece begitu nanti gak dijemput sama suami tercinta lagi, ujung-ujungnya naik angkot" dira tertawa kencang, membuat bu ning melemparkan tutup pulpen kearahnya yang langsung ditangkis dengan baik oleh gadis mungil ini.

Fyi, bu ning ini memang wanita super yang kerasan.
Bagaimana tidak, sudah belasan tahun dia bekerja di bank dengan memakai transportasi bus antar kota bogor-jakarta setiap hari. Gak kebayangkan jam berapa dia sudah harus berangkat dari rumah, subuh coy!!!
Untuk ukuran wanita yang sudah ibu-ibu seperti bu ning, super woman banget kan!!!

Aku saja yang rumahnya tidak terlalu jauh dari tempat kerja masih mengeluh malas dan lelah dengan kemacetan ibukota.

"biarin aja aku gak di jemput yang penting masih bisa ketemu di rumah daripada yuna cuma bisa mandangin kertas yang ada nomornya si arlan"

Ucapan bu ning yang sarkastik membuatku tidak bisa berkutik.

Memang bu ning paling bisa bikin aku gak bisa balik menyerang dengan kata-katanya yang santai tapi nyess.

Dira langsung heboh setelah mendengar ucapan bu ning barusan, dia memang terkenal sebagai miss kepo yang mau tau saja urusan orang.
"arlan? Siapa tuh bu? Kok aku gak pernah denger?"

Bu ning yang duduk didepan ku menyilangkan tubuhnya menghadap dira sambil berbisik "nasabah"

Mulut dira langsung membentuk huruf O setelah mengetahui siapa yang dimaksud bu ning itu.

"kok lo gak cerita sih sama gue waahh parah sih. Yang mana sih orangnya? Kok kayaknya gak pernah ke cso yaa? Gue baru tau nama nasabah itu"

Bu ning menghentikan komat kamit nya saat menghitung jumlah kartu atm ku "lumayan ganteng, tinggi, tapi udah om-om" ledek bu ning sambil tertawa girang.

Yaa terus saja bongkar terus. Batinku mulai pasrah.

"jadi lo suka sama AHJUSSI" teriak dira sambil menekankan kata *ahjussi.

Aku kira memberitahu rahasia ku menyukai seorang nasabah pada bu ning itu adalah keputusan yang tepat, tapi nyata nya NOL BESAR.
Baru beberapa minggu aku memberitahunya ternyata mulutnya sudah gatal untuk bercerita ke orang-orang.

"bu ning mah gak bisa jaga rahasia, sebel" rengek ku sambil memanyunkan bibir.

Sambil merapihkan cash box ku dan menguncinya, bu ning lalu berdiri dan mendekatkan wajahnya ke wajahku "makanya berani whatsapp dia daripada penasaran. Siapa tahu jodoh" bu ning terkikik sambil berlalu pergi membawa cash box kedalam ruangan kas.

Aku terpaku di tempat memikirkan ucapan bu ning yang ada benarnya.

Bagaimana aku bisa tahu arlan kalau aku saja tidak punya nyali untuk berkenalan.

"eh na, emang ada nasabah kita yang namanya arlan? Kok gue gak tau yaa " tanya dira lagi masih dengan raut wajah penasaran.

Aku mengembuskan nafas panjang sebelum menjawab "dia jarang transaksi di cso hampir gak pernah malah. Dia lebih sering ke *teller" kataku menjelaskan.

"lah terus lo bisa suka sama dia tuh gimana? Kalo dia aja lebih seringnya seliweran di teller "

Aku mengedikkan bahu "pertama kali liat dia tuh pas minta nomor antrian ke satpam. Ya karena dia itu tinggi banget untuk ukuran cowok yang pernah gue lihat jadi kayak yang fokus gue tuh ngarah ke dia dan gue kayak langsung terbius gitu sama pesonanya. Entah apa emang karena dia itu tipe gue banget. Tapi dia pernah sih beberapa kali ngeprint buku di cso dan mungkin selalu gue yang nerima kali ya bukunya makanya lo kayak gak ngeh gitu" aku memperjelas lagi soal pertemuan ku dengan arlan.

Dira hanya mengangguk-angguk tanda paham dengan penjelasanku.

"tapi dia hampir jarang banget ke cabang ini. Bisa dihitung lah berapa kali doang gue ketemu dia" ucap ku sedikit lesu.

Dira yang tadinya hanya mendengar sambil mengerjakan pendingan, kini mulai tertarik dan menatapku tajam "ya lo coba dong chat dia, buat apa lo simpen nomor nya di kertas kalo cuma buat dipandangin doang. Eh sekarang tuh udah gak zaman sok-sok jaim sama cowok. Lo tau emansipasi kan? Gak ada salahnya lo mulai duluan, toh gue jamin gak sampe ngelukain harga diri lo kok"

Yang dikatakan dira ada benar nya, kalau aku tidak berani memulai duluan, arlan mana mungkin tau aku menyukainya bahkan dia mana tahu juga ada aku di muka bumi ini.

"jadi gue saranin lo coba dulu simpen tuh nomornya di hp. Trus lo basa-basi deh chat dia. Siapa tau iseng-iseng berhadiah dia kenal lo" ledek dira sambil menyenggol lengan ku.

Tumben amat aku sampai tersipu malu mendengar ledekan dira.

"udah ah jangan dibahas lagi. Kerjain tuh pendingan nasabah, gue mau kedalam dulu buat nge file" ujar ku sambil bergegas meninggalkan dira.

"iya iya jangan lupa loh yang gue saranin tadi" teriakan dira menggema sampai ke ruang staff only, membuatku berdecak heran.

"kenapa malah dia yang ngebet sih, dasar dira kepo" desis ku kesal.







Note : *

- kabag cso : kepala bagian (supervisor) customer service
-ahjussi : om om korea :D
- teller bank : seperti kasir yang berurusan dengan uang.



Anyeong yeorubun!!!
Happy reading yaa
Semoga suka dengan cerita ini.

My Ahjussi (Complete) TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang