6

9.7K 180 0
                                    

"what? Arlan jalan sama cewek?" tanya dira terkejut saat aku menceritakan siapa yang kutemui semalam di mall.

Aku memberikan cash box yang sudah di stock oleh bu ning ke bagian kas. Untung saja hari ini cso tidak ramai. Mungkin tengah bulan, makanya tidak banyak nasabah yang transaksi sehingga kami bisa selesai lebih awal.

"gue tuh yakin banget itu arlan karena dia tuh mencolok banget. Tanpa harus berpakaian kece aja dia udah mencolok dari tinggi badannya"
Jelas Ku sambil berjalan menuju mall di kelapa gading yang dekat dengan tempat weekend banking.

Dira mengimbangi langkahku yang lebih cepat "trus cewek nya cantik?" tanya dira penasaran

Aku mengangguk-angguk hampir menjerit "banget"

Dira jauh lebih heboh saat mendengar jawabanku.

Aku gemas. Lebih gemas lagi saat tahu aku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan cewek itu.
Hanya resresan gorengan.

"lo mau pesan apa na?" tanya dira saat kami sudah singgah di restoran jepang.

"biasa ra. Ice coffee aja"

Dira masih sibuk memilih-milih makanan di buku menu. Aku sendiri sibuk mengecek-ngecek instagram sambil bersantai dibangku sofa restoran yang empuk.

"lo gak mau makan na?" tanya dira lagi tanpa menoleh kearah ku

Aku dengan santai menjawab "hemat ra"

Dira berdecak. Menutup buku menunya dengan kasar dan menatap ku "gue bayarin"

Aku mendongak "beneran?" tanyaku meyakinkan.

Dira tersenyum dan mengangguk

"yess" teriakku semangat.

Setelah beberapa saat makanan yang kami pesan sudah berada diatas meja. Kami menyantap dengan lahap makanan-makanan yang selalu dipesan banyak oleh dira si tukang makan.

"ra" panggilku saat dira sibuk melahap ramen nya.

"hmm?"

"sebenernya gue mau dijodohin sama bokap gue"

dira hampir saja menyemburkan ramen padaku kalau saja aku tidak buru-buru memasukkan sedotan di mulutnya.

"thanks na" katanya sampai terbatuk-batuk sambil menyedot orange juice.

Aku menyeringai. Sudah yakin kalau respons dira bakal se lebay ini sebenarnya.

Aku menjelaskan sebelum dira bertanya duluan.

Dira berdesis "gue kira jaman siti nurbaya itu cuma ada pas gue kecil doang. Itu juga gue liatnya di tv bukan di dunia nyata"

"sebenernya gue gak tahu sih beneran dijodohin apa enggak karena gue baru akan ketemunya sama temen bokap itu minggu depan. Tapi secara tersirat omongan bokap gue itu mengarah kesana"

Dira memutar bola mata "yaelah na lo tuh selalu kena syndrom panic ya. Siapa tau temennya bokap lo emang pengen ketemu aja kan sama lo. Kangen. Karena tadi kan lo bilang dia terakhir ketemu pas lo masih kecil. Tapi kalo emang beneran lo mau dijodohin terima positif nya aja kali. Siapa tau anaknya lebih ganteng dari arlan" ledekan dira kali ini tidak membuatku tertawa karena memang tidak lucu sama sekali.

Karena yang menjalankan semua itu aku. Yang merasakan aku. Yang mengalami aku. Dan yang mau dijodohkan aku. Bukan dira.
Kalau pun memang aku tidak bisa mendapatkan arlan. Setidaknya jodohku itu bukan seseorang yang dipilihkan orang lain.
Apa aku memang tidak bisa memilih jodoh sendiri?



                             🍁🍁🍁




Aku pulang lebih awal daripada dira, karena dia akan dijemput toni dan langsung melanjutkan malam minggu bersama.
Aku sebenarnya diajak untuk ikut. Tapi aku sudah merasakan menjadi kambing conge itu tidak enak. Jadi aku beralasan ingin membantu ibu membuat kue karena banyak pesanan.
Jadi lebih baik aku pulang dan beristirahat di rumah.

Deringan handphone ku membuat aku menghentikan aktivitas bersih-bersih wajah dan mengangkatnya

🙋 Halo?

(?) Yuna? Apa kabar?

Aku tidak mengenali suaranya. Dan nomornya tidak dikenal saat aku mengecek layar handphone

🙋 Ini siapa ya?  Tanya ku bingung.

(?) Oh jadi gitu. Baru tiga bulan loh kita gak ketemu kamu udah lupa sama suara aku.

Sekarang aku ingat. Satu-satunya teman cowok yang maunya manggil 'aku' dan memaksa aku memanggil 'kamu' yaa cuma barry.

🙋 Astagaaa kamu masih ada di muka bumi ini aku kira kamu tenggelam di air terjun niagara. 

Tawa garing dari balik telepon memekik telinga ku. Kupikir aku tidak mengatakan hal yang lucu, kenapa tawanya tidak juga berhenti.

👦 Kamu tuh makin lucu yaa, gak sabar aku pengen liat muka kamu. Apa kita ganti video call aja kali yaa.

aku buru-buru menolak. Saat ini aku sudah sangat siap untuk tidur dengan memakai piyama. Tidak etis kalau barry sampai lihat.

🙋 Kamu lagian ngapain telepon aku? Emang jam berapa sih sekarang disana? Jones banget sampe iseng telepon.

Hening. Tidak ada jawaban dari barry. Aku sampai mengecek layar handphone. Masih jalan kok waktu teleponnya. Beberapa detik kemudian suara barry kembali terdengar.

👦 Yuna aku di depan rumah kamu. Cepet keluar.

Barry langsung memutus panggilan setelah memberi perintah padaku untuk keluar rumah.

Sontak aku gelagapan. Aku keluar dari kamar menuju gerbang rumah. Ku tengok kanan-kiri tidak ada orang. Apa barry sedang mengerjaiku?

Layar handphone ku berkedip, tanda ada pesan didalamnya.

👦 Aku di depan alfamidi depan gang kamu nih.

"ini orang mau nya apa sih" desis ku sambil berlari kecil keluar gang.

Bunyi klakson mobil mengagetkan ku.  Yang empunya mobil melambaikan tangan dari balik kaca mobil dan memberikan kode padaku untuk masuk kedalam.

"aku gak tau yaa kalo kamu bisa secantik ini cuma pakai piyama doang" goda barry padaku.

Aku langsung menutupi baju piyama ku dengan cardigan. Sia-sia aku menolak video call tadi dengan barry kalau pada akhirnya aku malah langsung bertemu dengannya.

"gak usah bawel. Aku turun lagi nih" kataku mencoba mengancam.

Barry buru-buru memegang tanganku "maaf. Gitu aja ngambek sih dasar"

"kamu utang penjelasan padaku. Kenapa kamu malah disini bukan nya di amerika heh?"

Barry mengambil sesuatu di kursi belakang, sebuah kotak coklat berukuran besar yang aku yakini itu dari luar negeri. Dia memberikannya padaku.

"thanks" kataku pelan.

Kini dia sudah bisa fokus ke pertanyaan ku tadi "urusan aku di amerika udah selesai. Sekarang aku bisa stay di indo dan balik kerja lagi"

Aku tersenyum mendengar kabar baik ini.

"dan aku takut kelamaan di sana nanti ada yang rindu berat disini"

Aku melengos kearah barry yang sedang tersenyum malu setelah mengucapkan kata-kata itu.
Maksudnya yang rindu itu aku?
Heh? berbulan-bulan di amerika tidak membuat tingkat kegeeran nya mereda malah sepertinya semakin tinggi.

My Ahjussi (Complete) TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang