13

9.8K 291 2
                                    

Sabtu pagi ini aku sudah berada didepan rumah sakit arlan. Harusnya aku keukeuh saja untuk tidak pergi kesini, karena aku ingin menjaga bapak di rumah. Tapi bapak malah menyuruhku untuk tetap pergi dan tidak mengkhawatirkannya. Dia tidak ingin aku mengecewakan keluarga arlan.
Dan aku mengalah.

"yuna kok diluar. Ayok masuk" kata tante anin saat aku berada di lobby utama menunggunya datang.

Aku berdampingan dengan tante anin menaiki lift ke lantai lima. Tempat dimana acara amal operasi bibir sumbing gratis diadakan.

Saat kami tiba di ruangan itu, sudah banyak pasien-pasien yang datang menunggu. Kata tante anin, tiap tahun rumah sakit ini selalu mengadakan amal operasi gratis terutama saat perayaan ulang tahun rumah sakit, dan tahun ini tema amal diusulkan oleh arlan untuk membantu pasien-pasien bibir sumbing. Dan banyak pasien-pasien yang antusias mendaftar dan kuota selalu full.

Punya perikemanusiaan juga dia. Batinku.

"kamu mau tunggu disini atau ikut tante keruangan om andy, na?" tanya tante anin saat kami berada diruang kerja arlan.

Aku lebih baik ikut tante anin keruangan om andy daripada menunggu arlan disini.

Belum sempat menjawab, tante anin mendapat telepon dari om andy untuk segera ke ruangannya dan menyuruhku untuk tetap disini sambil menyerahkan bekal makanan yang dibawa-bawa tante anin untuk arlan padaku.

Sekitar sepuluh menit menunggu, terdengar suara pintu terbuka dan arlan masuk diikuti seseorang yang berdiri disampingnya.
Aku refleks bangun dari kursi dan menatap kedua orang di depanku dengan tajam.

"ngapain kamu disini?" tanya arlan ketus.

Aku memutar bola mata. Mengapa dia selalu emosi setiap bertemu denganku?

"aku kesini disuruh tante anin" jawabku santai.

Dia berdecak, tampak jengkel mendengar jawabanku.

"yaudah gih pulang aja. Gak membantu juga kan kamu disini" katanya tambah ketus.

Aku masih sabar. Tidak perlu juga untukku berdebat dengannya di tempat seperti ini. Apalagi kalau nanti terdengar orang-orang diluar.

"arlan kamu apaan sih. Gak usah galak gitu kali" seseorang disamping arlan membuka suara.

Aku mengingat-ingat pernah bertemu dengannya dimana.

Aahh cewek yang di mall itu.

Dia juga yang bersama arlan di coffee shop semalam.
Ternyata dia jauh lebih cantik saat dilihat dari dekat. Dan mereka terlihat... sangat cocok.

"kamu pasti yang namanya yuna. Aku chelsea" sapanya sambil mengulurkan tangan.

Aku menjabat tangannya dan tersenyum simpul.

Aku baru sadar kalau dia juga mengenakan jas dokter seperti arlan.

"aku pergi dulu" kataku setelah menaruh bekal makanan diatas meja dan bergegas pergi meninggalkan mereka.

Aku berada di atap rumah sakit saat ini. Menghirup angin segar dan pemandangan-pemandangan jalanan yang tampak macet meskipun dihari sabtu.

Aku mengembuskan napas berat mengingat kejadian yang ku alami tadi diruangan arlan.

Entah mengapa aku selalu merasa arlan membenciku. Tatapannya selalu mengintimidasi setiap melihatku. Dan bicaranya selalu saja emosi padaku.
Apalagi saat bersama chelsea tadi, aku merasa dipermalukan didepannya.

Apa dia melakukan hal itu karena tidak suka aku bertemu dengan pacarnya itu?

Bunyi deringan ponselku membuyarkan lamunanku, tante anin menelpon sampai lima kali. Mungkin dia sedang mencari ku saat ini. Aku tadi tidak bilang akan ke atap setelah dari ruangan om andy tadi.

"arlan juga telpon" gumamku saat melihat panggilan tak terjawab darinya.

"kamu ngapain disini" arlan datang saat aku baru saja melangkahkan kaki untuk turun.

"cari angin" jawabku ketus.

"cari angin tuh jangan disini. Di blower sana biar sekalian masuk angin" bentaknya sambil berkacak pinggang

Emosi ku tidak bisa terbendung lagi. Aku sudah muak berbicara sopan padanya

"biarin aja aku cari angin disini. Gak ada yang ngusir aku juga. Karena tempat ini untuk umum" aku berteriak menyindirnya.

Arlan tampak frustasi. Tatapannya saat ini seperti ingin menelanku hidup-hidup.

"cepetan turun mama nungguin dibawah" katanya sambil berlalu pergi.



                          🍁🍁🍁

"maafin yuna ya tante" kataku merasa bersalah telah membuat khawatir tante anin tadi.

"gapapa kok na" tante anin mengusap punggung tangan ku lembut "tapi tadi yang lebih khawatir itu arlan dibanding tante" katanya menambahkan.

Aku tertegun. Aku hampir tertawa mendengar lelucon tante anin. Khawatir dari hongkong. Dia bahkan membentak-bentak ku di atap tadi.

"pas tante bilang kalo kamu itu gak ada dan kamu gak angkat telepon tante, dia langsung pergi ninggalin pasiennya. Mama rasa dia mencari kamu tadi"

Apa sekarang aku masih harus menganggap ucapan tante anin sebagai lelucon? Kalau cara dia berbicara saja sangat meyakinkan.

"terimakasih mbak anin sudah repot-repot datang menjenguk saya" kata bapak saat menerima kedatangan tante anin di rumah.

"gapapa kok mas. Aku juga baru tahu tadi di mobil, yuna yang cerita"

Aku mendengar percakapan bapak dan tante anin dari dapur. Saat ini aku sedang membantu ibu menyiapkan makan malam.

"tadi acara amal nya lancar mbak?" tanya ibu pada tante anin saat kami sedang di ruang makan.

"alhamdulillah mbak. Antusias nya banyak" jawab tante anin sambil menyantap ikan jambal roti yang menurut tante anin sangat enak sampai-sampai dia meminta resepnya pada ibu.

Setelah selesai makan, mereka melanjutkan percakapan diruang tamu sambil menunggu om andy jemput.

Aku kembali ke kamar untuk mandi.

"yuna tante anin mau pulang" teriak ibu dari luar.

"om andy udah dateng ternyata" gumamku

Aku bergegas keluar untuk berpamitan dengan mereka. Tapi yang kulihat bukan om andy yang datang melainkan arlan.

"hati-hati dijalan ya tante" kataku sambil menyalami tante anin.

Dia juga berterima kasih padaku karena sudah menemaninya di rumah sakit tadi.

"kalo ada apa-apa hubungi kami ya mas" kata tante anin pada bapak ku.

Bapak mengangguk dan meminta tante untuk tidak khawatir. Bapak menitip salam untuk om andy. Dan dijawab anggukan oleh tante anin.

Arlan tidak banyak bicara, dia langsung berpamitan pada kedua orangtuaku dan menatap ku sebentar sebelum beralih pandangan lagi ke yang lain.

"yuna, apa tadi arlan membentak mu di rumah sakit?" tanya bapak saat aku hendak masuk ke kamar.

Kenapa bapak bisa tahu?

"kenapa memangnya pak?" aku balik bertanya.

"tadi arlan meminta maaf  sama bapak dan ibu. Katanya dia tadi sudah salah membentak mu di ruangannya" kata bapak menjelaskan.

Aku lagi-lagi tertegun dengan sikapnya yang berubah-ubah.
Saat bersama ku kerjaan nya hanya marah-marah. Tapi saat bersama orangtuanya bahkan orangtuaku dia bersikap seperti penjilat.
Tapi kenapa dia minta maaf melalui bapak dan ibu? Kenapa tidak mengatakannya langsung padaku?
Dasar ahjussi labil.

My Ahjussi (Complete) TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang