23

9.9K 264 2
                                    

Aku tidak bisa memungkiri hatiku bahwa aku suka. Aku menyukai setiap kata demi kata yang keluar dari mulutnya. Aku bahkan tidak bisa tidur, terngiang-ngiang dengan ucapannya yang tulus meminta maaf padaku. Menginginkan hubungan ini diperbaiki lagi.

Astaga!!! Ada apa dengan hatiku? Apa saat ini aku sedang mengalami syndrome fallin in love?

"udah fix kalo dia jatuh cinta sama lo" kata dira setelah mendengar cerita ku tentang arlan.

Aku mengangkat bahu. Tidak mengerti juga apa perubahan sikap arlan ini karena dia menyukai ku. Atau karena ada alasan lain. Ah sudahlah. Aku tidak ingin menduga-duga. Bahkan aku saja tidak tahu isi hatinya.

"makasih mbak" ucapku saat pelayan datang membawakan makanan ke meja kami.

Sekarang fokus kami tertuju pada seafood yang berjejer rapih diatas piring. Apalagi dira si tukang makan yang langsung berbinar-binar hanya dengan melihat makanan didepannya.

"sekarang lo tanya sama hati lo sendiri apa bener lo udah gak ada perasaan apa-apa sama dia?" tanya dira saat sudah menghabiskan seluruh makanan di meja tanpa sisa.

"ya dulu kan gue suka sama dia karena tampangnya. Mana gue tau kalo aslinya nyebelin banget" jawabku jengkel sambil menyesap minuman.

"jadi cuma itu alasannya?" kata dira sambil memutar bola mata "Yuna denger yaa, sifat manusia itu bisa berubah dan sekarang lo bisa nilai sendiri kan perubahan sikap nya arlan ke elo tuh gimana?" sambungnya dengan nada tinggi.

Aku meringis dan menggeleng "ini bukan masalah 'cuma' dira. Ini masalah lain" kataku tegas.

Aku merasa dira mulai frustasi "masalah lainnya apa ra. Coba lo jelasin ke gue biar gue ngerti keresahan lo"

Kini giliran ku yang frustasi. Aku mendesah berat "ini soal chelsea" jawabku pelan.

"lo tau kan arlan itu suka sama chelsea dan gue pun yakin kalo mereka tuh ada something meskipun ya gue gak tau hubungan mereka seperti apa. Tapi yang pastinya mereka itu lebih dari sekedar teman"

Raut wajah dira yang semula kesal kini berubah seperti sedang mengasihani ku. Karena berada diantara hubungan sepasang manusia.

"oke gue paham. Sekarang yang harus lo lakuin adalah cari tahu. Lo harus cari tahu hubungan seperti apa yang lagi mereka jalanin. Kalo memang mereka gak ada apa-apa lo punya kesempatan buat deket sama arlan. Tapi kalo emang mereka ternyata beneran pacaran...." aku menunggu dira melanjutkan ucapannya dengan serius "ya lo bisa tikung dia"

Gubraaakk!!!!  Ini anak ngasih solusinya gak bener ya. Baru mau aku sanjung karena sudah menjadi pendengar dan pemberi jalan yang baik. Ternyata dia malah menyuruhku untuk menjadi seorang PELAKOR.

"udahlah udah males gue bahas ini lagi sama lo" kataku jengkel.

Dira malah tertawa geli "oke oke jadi gimana lo udah dapet kerja lagi?" tanya nya mengganti topik pembicaraan.

Aku menggeleng "susah ra pusing gue juga"

"oh iya om gue lagi buka lowongan dikantornya. Perusahaan percetakan buku. Gue gak tau sih lagi buka lowongan apa. Kalo mau lo titipin cv ke gue nanti gue kasih om gue"

Aku mengangguk girang.  Dira memang sohib ter the best lah.

                             🍁🍁🍁


"ra ra itu barry kan ya?" tanya ku sambil menunjuk kearah barry yang sedang berada di salah satu toko pakaian di mall.

Dira mengikuti arah telunjukku "iya itu bener barry. Lah dia sama cewek yang waktu itu gue lihat di bioskop" kata dira yakin.

"eh eh mau kemana lo?" tanya ku saat dira berjalan menuju toko itu.

"ya mau samperin barry lah mumpung gak ada damar. Gue mau tahu itu ceweknya apa bukan" kata dira sambil melenggang pergi.

Aku juga sebenarnya penasaran siapa wanita yang bersama barry itu.

"eh ada barry" sapa dira pura-pura tidak melihat.

Raut wajah barry nampak terkejut saat melihatku muncul dibelakang dira.

"hai bar, beli apa?" tanya ku saat melihat barry membawa shopping bag.

"oh ini beli hoodie sama beberapa kemeja buat ngantor" kata nya sambil menunjukkan isi tas nya.

"kamu kapan balik dari batam bar?" pertanyaanku terpotong karena tiba-tiba saja wanita yang bersama barry itu datang.

"yang aku udah dapet nih dress nya" kata wanita itu sambil merangkul lengan barry.

Aku sedikit terkejut. Begitupun dira. Tapi aku masih bisa mengontrol raut wajahku agar tetap tenang.

Dira berdeham kencang "ini siapa bar? Pacar lo?" tanya dira

Belum sempat barry menjawab, wanita itu sudah menyodorkan tangannya kearah dira.

"gue nadia" sapa nya sambil tersenyum.

Dira menyambut uluran tangan nya "gue dira. Dan ini yuna temen gue dan ---temen deketnya---- barry" kata dira dengan nada sarkastis.

Aku bisa melihat raut wajah nadia berubah kecut saat mendengar nama ku. Bagaimana dengan barry? Oh tentu saja dia tampak jauh lebih kecut daripada nadia.
Aku tahu ada kecanggungan di situasi ini. Lebih baik kami pergi sebelum dira mengatakan sesuatu yang membuat nadia salah paham nanti nya.

"dira kan damar bukan nya udah jemput lo ya?" kata ku sambil mengedipkan mata kearah dira.

Sejujurnya dira agak lola kalau soal kode-mengkode. Lebih baik aku berinisiatif pamit daripada harus tetap berada disini.

"ra apa-apaan sih sakit tau" kata dira meringis saat aku memegang pergelangan tangannya kuat-kuat.

"sorry ra" desis ku pelan "lagian gue gak enak ra gangguin barry sama nadia. Lo gak liat itu anak berdua mukanya kayak gak suka gitu" sambung ku cepat.

Dira berdecak "lah kenapa mereka mesti gak suka? Kesannya kayak barry tuh ke gap cewek nya lagian jalan sama selingkuhan nya"

"gue bukan cewek nya kan ra" kata ku pelan.

Dira berkacak pinggang "itu dia maksud gue na. Kalo emang kalian berdua gak punya hubungan special ngapain juga barry mesti malu ngenalin pacarnya didepan kita"

Dira selalu saja benar. Aku dan barry tidak pernah memiliki hubungan special. Tidak seharusnya barry bersikap seperti itu didepan ku tadi. Jika memang nadia itu pacarnya, dia pasti merasa tersinggung barry tidak memperkenalkan nya didepan kita.
Lagian nadia itu cantik. Pake banget malah.

Kenapa aku selalu berhubungan dengan wanita-wanita cantik belakangan ini?  Lagi-lagi aku terlihat seperti resresan gorengan.

My Ahjussi (Complete) TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang