22

9.5K 320 3
                                    

"dengar yuna. Kamu boleh menghindariku, kamu boleh mengabaikan semua pesan dan panggilanku, kamu boleh tidak berbicara padaku. Tapi satu hal..." arlan mendekatiku
"jangan menghilang. Jangan pergi ketempat yang tidak bisa aku lihat. Aku mohon"

Aku tidak pernah melihat tatapan arlan selembut ini padaku. Raut wajahnya memelas. Tapi Ada kesedihan didalam nya.
Aku harus bagaimana?
Aku tidak tahu harus berbuat apa.
Setiap kata yang terucap dari mulutnya membuatku terpaku. Apa sekarang dia sedang mempermainkan ku?

"kamu jangan bengong dong na. Nanti kalo kesambet aku yang repot" tegur arlan sambil tertawa.

Aku memasang wajah kesal. Bisa-bisa nya dia mentertawakan ku. Kalau saja dia tahu efek dari ucapannya itu membuat jantungku rasanya mau copot.

"kamu mau kemana?" tanya arlan ketika melihatku berbalik.

Tolong jangan tahan aku arlan. Aku ingin kabur dari situasi ini.

"aku ingin pulang" jawabku ketus

Dia langsung menahan lenganku. Aku berontak. Tapi dia malah semakin mengeratkan pegangannya.

"lepasin mas nanti orang rumah lihat gak enak" kataku sambil melihat ke arah ruang tamu, om andy dan keluarganya masih sibuk bercengkrama.

"kenapa emangnya kalau mereka lihat? Kamu gak tau kalo mereka malah seneng ngeliat kita berduaan begini" katanya dengan suara mengejek.

Aku berusaha tidak peduli. Aku melepaskan pegangan tangannya dengan kasar. Arlan masih terlihat tenang. Dia seperti kebal dengan sikap dingin yang ku tunjukkan. Dia malah menggenggam tanganku erat dan membawa ku masuk kedalam rumah.

"pa ma kata yuna dia mau pulang. Aku mau antar dia dulu ya" kata arlan santai.

Aku melotot kearahnya. Dia mulai semena-mena lagi.
Pandanganku kini beralih pada orang-orang di depanku ini. Mereka nampak terkejut melihat arlan menggandengku. Ada raut wajah malu-malu dari tante anin. Dan suara berdeham om andy seperti sedang meledek.

"antarnya kerumah ya lan jangan ke apartemen lo. Inget belum sah" ledekan mas azka sukses membuat seisi rumah tertawa.

Dan aku...
Kalian mau tahu apa yang terjadi padaku? Wajahku pasti sudah berubah-ubah warna seperti bunglon.

"kamu jangan kayak gitu ke yuna, lan. Nanti dia gak mau datang lagi kesini" tegur tante anin pada arlan.

Arlan melirik ke arahku sebelum menjawab "kali ini gak akan lagi ma"





                           🍁🍁🍁




Arlan berbohong dengan mengatakan akan mengantarkan ku pulang ke rumah. Nyatanya saat ini aku sedang berada di apartemennya.

Aku menolak? Tentu saja. Bahkan aku sempat mengancam untuk turun dari mobilnya setelah tahu dia mengarahkan kemudinya kearah lain.
Aku bisa apa saat genggaman tangannya sangat kuat di tanganku seakan-akan aku seperti seorang tahanan yang hendak kabur.

"kamu tunggu sini. Aku ganti baju sebentar" kata nya sambil meninggalkan ku diruang tamu.

Aku menengadah. Melirik sekilas ruangan apartemennya yang cukup luas untuk ukuran orang yang tinggal sendirian. Mataku gatal untuk tidak melihat-lihat. Tapi aku tidak ingin beranjak dari kursi ini. Aku kan kesini bukan untuk bertamu.

"kamu laper gak na? Mau makan sesuatu? Aku pesan online ya?" kata arlan saat kembali dari kamarnya.

Aku sudah tidak bisa menahan ini. Sejak tadi arlan sudah bertindak sesukanya tanpa peduli padaku.

"ini udah malam mas. Aku harus pulang" kataku sambil berdiri menatapnya.

"aku mohon na kita harus bicara"

Aku menunduk. Kemudian menatapnya lagi. Tatapan kami saling bertemu. Tapi itu membuat ku sesak.

Baiklah aku mengalah. Aku penasaran apa yang ingin dia katakan padaku.

"oke kamu mau bicara apa?" tanya ku tenang.

"oke aku akan bicara. Tapi aku bikin minum dulu ya buat kamu"

" gak usah mas" ujarku cepat tapi kalah cepat dengan langkah kaki arlan yang sudah ngeloyor ke dapur.

Dasar ahjussi labil. Aku tahu dia hanya berusaha mengulur-ulur waktu.

Aku melirik arlan yang masih sibuk membuatkan minuman di dapur. Aku diam-diam berjalan menatap sekeliling ruangan. Aku mungkin tidak mengerti soal desain ruangan. Tapi aku memuji interior yang dipilih arlan yang terkesan mewah tapi nyaman. Lagi-lagi aku melihat action figur superhero yang terpajang di lemari tapi ini jauh lebih banyak daripada yang di rumah om andy.

Aku mengembuskan nafas kasar. Bahkan selera tontonan nya jauh berbeda denganku.
Selain itu kulihat beberapa bingkai foto yang terpajang di dinding. Tidak ada foto keluarga disini. Lebih banyak foto-fotonya bersama rekan-rekan dokter. Dan... Chelsea tentunya.

"lihat-lihat apa? Belum ada foto nikah kita kok. Kan kamu belum mau aku nikahin" ledek arlan saat membawakan ice coffee untukku.

Aku memutar bola mata "chelsea cantik ya dari dulu. Pantas aja kamu mau sama dia" sindirku halus

Arlan tersenyum lebar. Dia menyuruhku untuk duduk disampingnya.

"jadi ceritanya cemburu lagi nih?"

"siapa yang cemburu sih" sambungku cepat.

"kamu lah masa aku" jawabnya enteng.

Apa dia sedang mengajak bertengkar lagi?

"aku mau lurusin sesuatu ke kamu" katanya sambil menghadap kearah ku. "ini tentang hubungan kita" sambungnya cepat.

Aku diam. Menunggu nya menjelaskan maksud ucapannya tentang hubungan kita.

"aku rasa hubungan kita harus di mulai lagi"

Apa dia sedang mengejek? Aku rasa dia salah mengartikan. Apa dia sadar, bahkan hubungan kita sudah berakhir tanpa pernah dimulai.

"hubungan apa maksudnya mas? Kita bahkan sudah memutus perjodohan itu"

"nah itu dia. Kamu yang memutus perjodohan itu bukan aku" katanya membela diri.

Jadi sekarang aku yang salah disini? Siapa yang membuatku tidak tahan selama ini? Ya dia...
Keegoisan dan emosi labilnya yang membuatku berpikir dua kali untuk menerima perjodohan itu.

"aku mau kita memperbaiki hubungan ini" katanya dengan mata berkaca-kaca.

Aku terdiam. Entah harus menjawab apa.

"aku minta maaf. Selama ini aku bersikap kasar dan egois sama kamu"

Itu tahu. Batinku kesal.

"aku sadar apa yang aku lakukan ke kamu itu udah keterlaluan. Sikap dingin aku ke kamu itu telah melukai harga diri kamu. Aku berharap kamu mau maafin aku" dia menatapku dalam-dalam

Aku tidak mengerti kenapa lidah ku kelu. Aku hanya terpaku mendengar kata demi kata yang diucapkan nya bahkan saat di rumah om andy tadi.

Di Satu sisi ada perasaan bahagia saat dia mengungkapkan segala isi hatinya padaku. Tapi disisi lain masih ada sesuatu yang mengganjal didalam hatiku.

"yuna tolong jangan diam aja. Aku butuh jawaban kamu" katanya sambil memegang tangan ku.

"aku perlu berpikir mas" jawabku pelan.

My Ahjussi (Complete) TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang