16

10K 307 2
                                    

"pak tolong yuna ini berat" teriakku saat menggendong karung terigu.

"ih lagian kan bapak bilang biarin aja dulu di motor. Kasian kan kamu bopong-bopong kedalam"

Aku tersenyum lebar mendengar ocehan bapak. Setiap hari ocehannya padaku selalu sama. Entah itu karena aku mengangkat karung terigu, atau membantunya memanggang di dapur. Atau aku yang seharian berdiri didepan meja kasir.

Selama lebih dari dua minggu sejak aku menganggur aku membantu bapak di toko.
Sesekali aku melakukan interview saat ada panggilan. Tapi setelah itu belum ada kepastian lagi.

"kue basah nya tinggal dikit pak, tadi ada ibu-ibu yang borong buat arisan" kataku saat menyetok kue-kue di etalase.

"iyaa gapapa. Hari ini juga rencana mau tutup lebih awal soalnya bapak mau pergi ke rumah sakit" ujar bapak

Aku menengok kearah bapak yang sedang menguleni adonan donat di dapur. Menghampirinya untuk bertanya apa bapak masih merasa sakit sampai harus ke rumah sakit.

"bapak cuma ada urusan sama teman di sana" katanya mencoba menenangkanku.

Aku ragu. Sekilas melihat wajah bapak yang tersenyum tenang.

"yaudah kalo gitu berangkat sekarang aja" gumamku pelan.

"beneran?" tanya bapak cepat.

Aku mengangguk dan menggeser bapak untuk berganti tempat.

"nanti aku telepon dira buat bantuin aku disini" kataku sambil menguleni adonan tanpa melihat bapak.

Bapak membuka celemek yang menempel di bajunya. Dan bergegas pergi tanpa pamit. Aku hanya melirik sekilas bapak yang sudah keluar dan kembali fokus dengan adonan.

"jadi kerjaan lo sekarang chef nih?" tanya dira saat tiba di toko. Aku menelponnya untuk membantu, tidak kusangka bisa secepat itu sampainya.

"ya lo liatnya gimana?" tanyaku balik.

Dira menatapku dalam-dalam "hmm gue sih liatnya cuma cewek yang lagi patah hati terus melampiaskan kekesalan berminggu-minggu sama adonan yang gak berdosa" cibirnya saat melihatku membanting-banting adonan donat yang sedang ku cetak.

Aku melotot "siapa bilang gue patah hati" komentarku pedas.

Dira tertawa disudut pintu dapur "itu tulisan patah hatinya ke cetak jelas di jidat lo, gak liat?" tawa dira semakin kencang saat aku memegang dahi. Dia semakin puas meledekku


                          🍁🍁🍁

Aku menutup toko lebih awal hari ini karena tiba-tiba saja tante anin menelpon setelah lebih dari dua minggu tidak berhubungan.

Sejak aku memutus pertunangan itu, aku tidak pernah lagi berurusan dengan keluarga om andy terutama arlan.
Dira menawarkan untuk mengantarku ke klinik tante anin. Kali ini aku menerimanya dengan senang hati.

"thankyou ra" kataku sambil tersenyum lebar.

"yuna hwaiting" teriak dira saat aku sudah berada di pintu masuk klinik.

"dasar dira lebay" desis ku pelan.

Aku memasuki ruang resepsionis dan mengatakan ingin bertemu tante anin. Tapi mbak nya bilang kalau tante anin baru saja pergi.
Aku meminta untuk menunggu tante anin diruang tunggu. Dan mengeluarkan ponselku. Barangkali tante anin menelpon lagi. Tapi tidak ada panggilan masuk.

🙋 Halo tante aku udah di klinik. Kataku saat menghubungi duluan.

👩 Tante di klinik tempat aileen kamu bisa kesini?

Aku mendesah pelan dan mengatakan iya sebelum mengakhiri panggilan.

Klinik aileen memang tidak terlalu jauh dengan tempat tante aileen. Berada disamping ruko-ruko.
Aku segera masuk kedalam dan melihat tante anin berada diruang tunggu

"tante" sapaku yang disambut dengan pelukan hangat oleh tante anin.

"tante kangen sama kamu" ucap tante anin tanpa basa-basi.

Aku tersenyum simpul dan mengatakan kalau aku juga merindukan tante anin dan om andy.

"ma masuk yuk" ajak seorang laki-laki dari dalam ruang dokter.

Tante anin mengajakku untuk ikut masuk kedalam. Aku terkejut melihat aileen berbaring di ranjang dengan alat-alat usg terpasang diperutnya. Aku melihat dengan jelas raut wajah bahagia tante anin dan laki-laki yang sekarang aku tahu adalah suami aileen. Aku juga bahagia saat melihat janin kecil yang sudah berbentuk dari layar monitor.

"maaf ya kak yuna, mama jadi ngajak kakak ke klinik tadi. Mama bilang nerveous kalau liat sendirian. Padahal kan ini bukan cucu pertamanya" kata aileen saat kami berada direstoran.

"gapapa kok. Lagian juga aku gak ada kerjaan" ucapku sambil tertawa kecil

Mas raja, suami aileen datang membawa makanan yang dipesan
"ternyata yang dibilang aileen benar ya. Kalo calon istrinya arlan cantik" katanya saat duduk disamping aileen

Aku tersenyum getir. Aku melirik aileen menyikut mas raja dan memberi kode padanya untuk diam.

"kamu belum dapet kerja lagi yuna?" tanya tante anin mengalihkan pembicaraan.

Aku menggeleng pelan. Tapi kulihat ekspresi wajah tante anin tampak senang.

"kamu mau temenin tante di rumah gak?"

Aku tidak membayangkan maksud tante anin memintaku untuk menemaninya di rumah adalah menyuruh menginap.

Aku pikir dia hanya ingin berbincang-bincang denganku.
Tapi tante anin langsung menghubungi ibu untuk tidak khawatir dan meminta izin aku menginap di sana. Dan jawaban ibu tentu setuju. Ibu mana yang tidak senang melihat anaknya kembali akrab dengan mantan calon ibu mertuanya. Itu harapannya agar aku mau mengubah pikiran.

Sebenarnya tante anin menyuruhku menginap karena om andy sedang ada kunjungan kerja diluar kota selama beberapa hari. Kata tante anin biasanya aileen yang menemaninya, tapi berhubung aileen dalam masa kehamilan muda jadi aku lah yang dicarinya.
Aku janji akan menemani tante anin berhari-hari sekalipun asal tante tidak memberitahu arlan kalau aku berada disini. Aku masih tidak ingin bertemu dengannya.

Dihari ketiga di rumah tante anin,  aku mulai terbiasa ditinggal sendiri.
Diawal-awal aku bingung ketika tante anin berangkat ke klinik. Apa yang harus aku lakukan sampai tante anin pulang? Apalagi tante pulang tidak menentu kadang cepat kadang lebih lama.

Tadi pagi aku membantu bi sumi membersihkan halaman rumah, menyiram tanaman-tanaman herbal dan sayur-mayur organik yang ditanam sendiri oleh tante anin. Aku selalu ingin punya kebun sayuran sendiri. Tapi di rumah tidak ada halaman luas untuk menanamnya makanya aku iri saat melihat kebun itu.

"mbak yuna yakin gak mau bibi bantuin?" tanya bibi sumi saat melihat ku memotong cabai dan bawang di dapur.

Aku menggeleng "iya bi gak usah" jawabku sambil lanjut memotong.

"yaudah kalo gitu bibi tinggal ya non" pamit bi sumi

Sore ini aku memasak sayur asem dan ikan jambal roti kesukaan tante anin. Pasti tante senang saat pulang nanti.

Aku menata makanan yang sudah siap ke meja makan.
Kudengar suara pintu terbuka. Pasti tante anin sudah pulang. Pikirku

"bi, bibi" teriak seseorang memanggil bi sumi.

Aku seperti mengenali suara itu. Dan benar saja kulihat arlan menghampiri ruang makan. Untung saja aku sudah selesai menaruh makanan di sana. Semoga saja arlan tidak datang ke dapur.

"iya den ada apa?" tanya bi sumi yang datang dari arah kamarnya.

"bibi nyuci kemeja coklat saya gak waktu saya nginep disini? Saya butuh itu bi buat besok" kata arlan sambil duduk di meja makan.

"sepertinya ada den. Sebentar bibi cari dikamar aden" kata bi sumi

"gak usah bi biar saya aja yang cari" sambung arlan cepat.

Sebelum beranjak, arlan sempat mencicipi masakan yang ku masak.

"ini enak bi. Lain kali kalau saya menginap buatin ikan ini ya" pintanya sambil berlalu pergi.

My Ahjussi (Complete) TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang