XX - Jadian!

541 50 15
                                    

Mingyu menyapa manajer noona dan menahan tawa melihat Tzuyu yang tampak kebingungan. Kini Tzuyu tepat di hadapannya.

"Tzuyu, nanti jika mendengar 3... 2... 1... dari staff di depanmu, kamu buka penutup matamu, ya!"

"Eonni, kita ada di mana? Kenapa Jihyo eonni, Mina eonni, Dahyun eonni tidak ada suaranya? Mereka tidak ikut? Mereka kemana?"

"Mereka ada, tenang saja." Manajer itu lalu menyemangati Mingyu. "Fightiiing!" Lantas pergi.

"Fighting juga, eonni."

Mingyu menahan tawa. Tzuyu polos sekali.

Dia merangkul lengan Tzuyu. Tzuyu kaget. Tangannya seperti tangan cowok. Dia sungkan, segera melepaskan tangan Mingyu dari lengannya. Mingyu menuntun Tzuyu agar duduk di sebuah bangku berbentuk potongan batang pohon.

"Kamu eonni, atau oppa?"

Mingyu diam saja. Dia menarik bangku yang serupa, duduk tepat di depan Tzuyu.

"Oppa ya?"

Mingyu tersenyum. Iyaaa, ini Mingyu oppa, biasmu di SEVENTEEN, yang keren ituuu.

"Ada kamera ya? Kita syuting TWICE TV ya? Buat spesial Hallowen?"

Kita kencan, sayaaang. Mingyu gemas ingin mencubit pipi Tzuyu.

Mingyu menopang dagu dengan bertumpu di paha, hanya memandangi Tzuyu di hadapannya. "Hhhh!" Kenapa dia bisa secinta ini sama Tzuyu? Semua yang ada di diri Tzuyu terlihat indah. Bibirnya, rambutnya, hidungnya, kepolosannya, keanggunannya.

Dia masih memangku dagu, memandangi Tzuyu. Tersenyum-senyum ketika Tzuyu mengebelakangkan helai rambutnya. Tzuyu yang polos terlihat sedikit seksi. Mingyu memiringkan kepalanya sedikit, menunggu pertanyaan lugu dari Tzuyu.

"Sepi, ih. Aku tidak dibawa ke pemakaman, kan?"

Mingyu menutup mulutnya dengan tangan. Kalau dia ketawa, Tzuyu mengenalinya.

Tzuyu mulai gerah karena kelamaan ditutup matanya.

"Annyeonghaseyo~!" Tzuyu menyapa lagi, hanya ingin tahu, staff di depannya cowok atau cewek.

Mingyu masih memandanginya, dengan mata bersinar. Hhh. Dia pikir, dia tidak akan bosan memandangi gadis ini, walau mereka selalu bersama setiap harinya sampai berusia 70 tahun sekali pun.

"Aku lelah. Kapan aku boleh membukanya?" Tzuyu sudah memegang penutup matanya.

"Mmmhhh... kamu nyanyi dulu," ucap Mingyu dengan suara diberatkan.

"Nyanyi apa?" tanyanya dengan sikap agak dingin.

Mingyu tertawa tanpa suara. Penyamarannya berhasil.

"Lagu terakhir yang kamu nyanyikan. Selain lagu TWICE."

Tzuyu yang dikenal penurut mengangguk. "Aku harus berdiri? Atau duduk?"

"Duduk saja." Mingyu refleks menyentuh tangan Tzuyu yang hendak berdiri.

Tzuyu mulai tak nyaman dengan sentuhan itu. Dia memundurkan bangkunya, tetapi ditahan lagi oleh Mingyu.

Mingyu ingin Tzuyu lebih dekat dengannya.

Tzuyu mulai merinding. Dia tidak mendengar ada suara lain, selain suara mas-mas di depannya. Dia mulai bernyanyi, hanya agar ujian ini segera berakhir. Dia tahu dia dikerjai. Dia memilih part yang mudah untuk dinyanyikan.

"Ireon neoreul ejjeona, neoreul bwado nega deo saenggangna (apa yang harus aku lakukan padamu? Semakin aku menatapmu, semakin aku memikirkanmu)

SWEET OCTOBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang