❁ 02. Berkali-kali ❁

5K 196 37
                                    

Di kelas XI IPA 2, sedang jam kosong di karenakan guru mapel tidak masuk. Siswa-siswi tetap di dalam kelas, mereka semua sibuk beraktivitas sendiri. Ada yang merumpi, ketawa-ketiwi, sampai ada yang menjahili temannya sendiri. Arif sendiri sedang bermain game di ponselnya, Kristin membaca novel thillernya yang baru ia beli kemarin, dan Tegar tengah mengisi soal-soal di buku paket.

Arif membalikkan badannya menghadap Kristin. "Kris, nanti temenin gue ya?"

Tanpa melepaskan tatapan dari bukunya Kristin menjawab, "Kemana?"

"Toko buku."

Kristin menurunkan bukunya, tangannya memegang dahi Arif. "Lo nggak lagi sakit, kan?"

"Iya gue sakit," sinis Arif.

"Otak lo geser ya? Kan baru kemaren kita ke sana!"

Arif langsung menampol kepala Kristin. "Jaga itu mulut! Kemaren gue nggak bawa uang."

"Hahaha, tumben ada buku yang mau dibeli, biasanya juga beli VCD."

Sekali lagi Arif menampol kepala Kristin. "Gue berubah sewot, nggak berubah bacot."

Kristin menampol kepala Arif sebagai balasan. "Dari tadi lo main tangan mulu, kalo gue tonjok lo baru tahu rasa."

Arif menyengir kuda. "Hehehe, nggak dah. Gue nggak mau ditonjok kayak kak Ozan dulu."

Memang, dulu Ozan pernah ditonjok oleh Kristin karena mengagetinya dengan merubah wajah tampan itu menjadi hantu. Hal itu tentu saja membuat Kristin takut dan langsung menonjoknya dua kali. Dari situ juga membuat Ozan kapok untuk mengerjai Kristin.

"Ya, gue temenin nanti. Tapi gue nggak ikut masuk."

"Nah, gitu dong." Ia menjewer kedua pipi Kristin gemas kemudian berbalik lagi dan melanjutkan permainannya.

Ia berdecak pelan. Bisa-bisanya ia bersaudara dengan cowok seperti Arif. Pandangan Kristin beralih pada Tegar. Semenjak kedatangan Tegar, mereka berdua tidak pernah saling berbicara satu sama lain. Di saat inilah Kristin berinisiatif untuk bercengkrama dengan cowok frozen itu.

"Em ... Tegar, lo pernah latian karate nggak?" Kristin sengaja membahas tentang kegiatan cowok. Hanya berjaga-jaga saja.

"Pernah," jawabnya sing-kat dan itu pun tanpa menatap Kristin.

"Latian di mana?"

"Rumah."

Kristin berdecak kesal sendiri, dari pertanyaan awal sampai kedua balasannya cuma satu kata. Tapi, Kristin bukan tipe cewek mudah menyerah.

"Rumah lo di mana? Latian sama siapa? Lo udah punya temen nggak di sini?" Pertanyaan bertubi-tubi langsung Kristin lontarkan begitu saja.

Tegar menoleh, menatap Kristin tajam. "Nggak usah banyak nanyak."

Kristin memalingkan wajahnya kesal "Dasar frozen," gerutunya yang masih didengar baik oleh Tegar.

Tanpa disadari, bibir Tegar membentuk sabit tipis. Gadis ini masih kesal, karena kedinginan cowok itu telah melampaui batas. Apalagi dia harus duduk bersebelahan setiap hari, rasanya gue mau pindah dari sini, Kristin membatin, nggak seru punya temen dingin mulu.

•••

KRIING!!!

Jam pulang sekolah akhirnya tiba. Ozan pulang dulu karena dia membawa motor. Sementara Kristin dan Arif langsung ke toko buku.

"Kak, gue nunggu di rmh itu ya?" Kristin menunjuk cafe kecil yang tak jauh dari toko buku itu. Sebenarnya ia malas untuk masuk, lagi pula dirinya sudah lapar. Jadi, lebih baik menunggu di cafe kecil itu.
"Kalo udah selesai langsung ke sana."

"Seterah, gue masuk dulu." Setelahnya Arif masuk ke toko buku yang lumayan ramai itu, Kristin berjalan menuju cafe kecil tersebut.

Bukan buku pelajaran yang dicari Arif, melainkan buku not alat musik. Entah apa yang dipikirkan laki-laki ini yang tengah berjalan di blok buku musik.

Pesanan telah tertata rapi di hadapan Kristin, matanya sudah berbinar dan tidak perlu waktu lama untuk menghabiskannya. 15 menit kemudian, dia sudah membayar pesanannya. Sembari menunggu Arif-Kristin menyeruput es coklatnya yang berwadah gelas plastik. Ia menendang kaki meja, ia mulai merasa kesal sebab saudaranya belum juga keluar.

"Dasar, lama banget tu orang. Beli buku ato tidur sih?" gerutunya sebal.

Tak lama kemudian, Kristin mendapati seorang pria frozen yang tiba-tiba duduk di hadapannya.

"Heh," panggil Kristin sinis.

Tegar mendongkakkan wajahnya menatap datar Kristin tanpa ada niatan untuk membalas.

"Suruh siapa lo duduk situ?" Jujur, dirinya masih kesal soal kejadian di sekolah tadi. Ia paling tidak suka di dinginin oleh cowok kecuali kakaknya.

"Ini bukan kursi punya lo." Ia menyeruput es yang ada di tangannya sambil fokus pada ponsel. Kristin hendak berbicara lagi, tapi suara ribut dari belakang Tegar mengalihkan pandangan penuh Kristin. Dan kebetulan cafe ini outdoor.

"Maliiing!"

"Hei, berhenti!"

Suara ribut itu terus mendekat ke arah meja mereka. Kristin seratus persen yakin bila maling itu yang memimpin larinya para warga. Di saat maling itu mau melewati meja mereka, Kristin langsung berdiri. Tegar menatap dingin gadis itu, tapi di dalam hatinya ia terheran-heran dengan apa yang akan dilakukannya.
Dalam hitungan ketiga, Kristin melayangkan kursi miliknya kearah maling tersebut. Dan tepat sasaran, kursi itu mengenai punggung maling bertopeng itu, malingnya langsung tersungkur ke bawah. Secepatnya Kristin berlari ke arah maling itu dan menginjak punggungnya agar tidak kabur lagi.

Tangannya mengambil barang yang dicuri maling. Warga yang berlari tadi mulai mengerumunginya sembari mengucapkan terima kasih berkali-kali. Kristin menyerahkan barang tersebut pada pemiliknya. Dan warga yang lain membawa maling itu ke pihak yang berwajib.

Pengerumunan itu sudah bubar. Kristin membawa kursi itu ketempatnya semula dan mendudukinya lagi, mulai mengetikkan sesuatu di ponsel. Seakan tindakannya tadi hanyalah angin lalu. Tegar yang melihat aksi Kristin dari awal sampai akhir dibuat tersenyum tipis berkali-kali.

"Cie ... berduaan mulu," goda Arif tiba-tiba muncul di tengah-tengah.

Keduanya menatap Arif dingin.

Kristin bangkit lagi, kakinya langsung menendang tulang kering Arif. "Yok pulang, gue capek." Kristin pergi mendahului.

"Ah gila, sakit bego," umpat Arif memegangi kakinya sebelum menyusul Kristin.

Untuk sekali lagi, Tegar dibuat tersenyum tipis.

🌻🌻🌻

Maaf jika ada typonya, soalnya aku ngetiknya pake HP.
🌈🌈🌈

Cool Boy and Strong Girl             [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang