❁ 36. LDR ❁

2.4K 113 2
                                    

     Di bandara New Delhi. Keduanya berpelukan untuk terakhir kalinya. Rasa tidak rela terus saja menyelimuti mereka. Tegar lebih dulu melepaskan pelukannya, menangkup wajah Kristin.

"Jaga diri baik-baik. Kalau udah sampai langsung hubungi gue," pesannya.

Kristin memegang pergelangan tangan Tegar seraya tersenyuman.
"Iya, lo juga jaga diri."

Untuk terakhir kalinya Tegar mendekap Kristin, cukup lama. Sampai stand suara berbunyi baru mereka melepaskannya.

"Hati-hati," kata Tegar. "Jangan lupa, kalo udah sampe langsung hubungi gue."

"Iya." Kristin memegang ujung kopernya. "Nggak ada kata-kata terakhir, nih?" godanya namun berharap.

Tegar terkekeh kecil. "Nggak ada kata-kata terakhir buat lo. Ingat! Kita masih bisa berhubungan dengan ini." Ia menunjukan ponselnya.

Kristin tersenyum. Ia membenarkan ucapan lelaki itu. Memang, buat apa kata-kata terakhir bila masih bisa berkomunikasi dengan alat eletronik.

"Gue pergi ya," pamitnya yang hanya diangguki pria tinggi itu.

Kristin berbalik menarik kopernya, tiga langkah ia berjalan dari pijakannya. Dia berbalik lagi, meninggalkan kopernya dan sedikit berlari ke arah Tegar.

Tegar yang melihatnya pun dibuat bingung sendiri. Dan ternyata gadis itu melingkarkan tangannya di leher Tegar, menyatukan bibir mereka. Tiga detik lamanya.

"I love you," bisik Kristin sebelum akhirnya benar-benar pergi dengan senyum menghiasi wajahnya.

Tegar yang masih syok hanya bisa membalasnya dalam hati. Me too.

▪▪▪

Kristin duduk di sebelah jendela melihat pemandangan di luar dengan telinga tersumpal headsheet Pesawatnya saja belum berangkat, tetapi dirinya sudah rindu dengan sosok Tegar. Ia mengeluarkan kalung dari balik bajunya, melihat sejenak.

Ya, benar saja. Ia seakan melihat wajah lelaki itu di sana. Pandangannya kembali ke luar jendela, masih tetap menggenggam kalung tersebut.

"Kalung yang bagus," puji seseorang tiba-tiba.

Kristin menyalakan musiknya tidak terlalu keras. Dirinya menoleh ke arah samping. Ekspresinya tak bisa digambarkan melihat senyum lelaki itu. Dia hanya diam.

"Hai," sapanya. "Masih inget sama gue kan?"

"Hm, Devan. Lo juga balik?" tanya Kristin agak malas. Entalah kenapa dirinya mendadak bad mood.

"Kok lo lesu gitu sih. Lagi LDR-an ya?" tebaknya tepat sasaran.

"Ya, gitulah."

Akhirnya mereka masuk ke obrolan seru, meskipun tanggapan Kristin sesekali dingin. Tetapi sepertinya Devan tak mau menyerah agar melihat tawa gadis itu lagi. Sampai mereka tidak sadar bila pesawat telah lepas landas. Di perjalanan pun mereka tetap mengobrol.

Cukup seru bagi Kristin, dia jadi tidak bosan lagi.

▪▪▪

Cool Boy and Strong Girl             [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang